Chapter 2 - Udik di Urban

55 7 2
                                    

Duman, 23 Juni 2018 ...

Milo adalah contoh teladan bagi seorang anak ideal. Ia sangat mencintai ibunya dan melakukan apa saja yang diminta oleh ibunya. Saat ibunya meminta Milo untuk berlatih beladiri, ia langsung mencari master Kirk untuk diajari ilmu beladiri. Master Kirk yang mengagumi Milo pun dengan senang hati mewariskan semua ilmu yang ia miliki. Pemuda itu seperti monyet yang kelebihan energi, dan tenaganya di atas rata-rata. Semangatnya seperti ombak berdebur yang tidak akan pernah berhenti. Senjata pertamanya adalah golok biasa yang biasa dipakai untuk memotong-motong tubuh ikan besar yang ditangkap di laut.

Saat ini usianya 17 tahun, dan ibunya berpesan agar ia terus berkembang, dan berpegang pada kebaikan. Ia harus rela menolong yang kesusahan, dan membela yang tertindas, serta memberantas ketidak adilan.

Milo menyanggupinya.

Dan terakhir, ibunya memberikannya sebuah pisau tembaga dengan belati sehitam batu opal. Ada emblem emas membingkainya. Itu jelas bukan pisau sembarangan. "Terimalah nak, jagalah baik-baik benda ini."

"Apa ini?" tanya Milo, berpikir dari mana atau siapa ibu merampas belati ini di masa muda.

"Seorang kawan lama menitipkannya padaku. Namanya Jon Damascus. Aku minta kau kembalikan benda ini padanya. Ia ada di suatu tempat di seberang daratan di utara," kata ibu.

"Itu saja? Mengembalikan barang? Baiklah. Aku akan mengembalikannya," kata Milo dengan mantap.

"Saat kau bertemu dengannya, Lo, aku minta kau membantunya hingga selesai."

"Selesai?"

Ibu mengangguk, "Jon Damascus ... Dulu adalah atasanku, saat ia butuh bantuanku, aku tidak ada di sisinya. Aku minta kau gantikan aku untuk membantunya hingga selesai."

Milo tersenyum mantap, "ibu tenang saja, serahkan semua padaku!"

Laya mengembuskan nafas terakhirnya dengan lega, percaya bahwa putranya akan menepati ucapannya.

"Ibu, tunggu, jangan mati dulu!" Milo mengguncang lengan ibunya sementara ayah dan pamannya sudah mulai menangisi kematian kerabat mereka. "Ibu, aku membantu apa? Alamatnya di mana?"

Laya dikuburkan di tempat terpencil tak jauh dari rumahnya. Setelah seminggu berkabung, Milo segera menanggalkan pakaian berkabungnya lalu berkemas untuk menyeberangi selat sampai ke utara dimana Ortarica berada.

"Damascus, cih! Dia orang galak tak mengerti cara menikmati hidup. Kau tidak perlu dengarkan ibumu, Lo. Di desa saja bantu ayah mencari ikan!" ujar Gideon dengan kedua lengan berselingkap, wajahnya menjelaskan segenap masa lalu yang buruk antara dia dengan Jon Damascus.

"Setidaknya aku kembalikan belati ini padanya. Ayolah ayah, beritahu aku dimana alamatnya!"

"Kalau aku tidak mau memberitahumu, bagaimana?"

"Kalau kau tidak mau memberitahu, aku cari sendiri. Yang pasti dia ada di Ortarica. Biar kudatangi setiap goa, lembah, kota dan rumah yang terlihat!"

"Gila! Itu bakal menyita banyak sekali waktu! Kapan kau akan pulang untuk membantuku melaut?!"

"Makanya beritahu aku alamatnya!"

"S-sebagai ayah aku melarangmu untuk pergi!"

"Kau pikir aku anak perempuan yang bisa dilarang ke mana-mana?! Aku bongkar atap rumahmu bila kau sekap aku di rumah!"

Gideon menyerah, anaknya ini terlalu mirip dengannya. Barangkali saat bertemu Dasmascus nanti, mereka juga akan berkelahi satu sama lain seperti dirinya dulu. "Aku tidak tahu dimana dia tinggal!"

War of Asgares LandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang