REYNARA-13

11.1K 1K 29
                                    

HOLLA READERS.

SEBELUM MEMBACA BAB INI.
BUDAYAKAN KLIK BINTANG TERLEBIH DAHULU. JANGAN LUPA TINGGALKAN KOMENTAR KALIAN DI BAGIAN YANG KALIAN SUKA.

—HAPPY READING—

Cahaya sinar matahari memasuki celah-celah jendela kamar seorang pemuda yang terlelap dalam tidurnya. Kamar yang begitu berantakan dengan banyaknya bungkus makanan ringan yang berserakan.

Wanita paruh baya yang baru masuk kedalam kamarnya berdecak pinggang, menatap kamar Putranya sudah seperti kapal pecah. Dirinya yakin semua bungkus makanan ringan ini, milik anak bungsunya.

“Astaga, Rey! Berapa kali Mama bilang untuk jaga kebersihan. Ini kamar, apa kandang ayam sih!” ujar kesal Tania meratapi kamar putranya.

“Belum bangun, dia?”

Tania menoleh kearah pintu kala mendengar suara suaminya. Lantas wanita itu menggelengkan kepalanya, sebelum akhirnya mengatakan sesuatu.

“Seperti biasa Mas.”

Devan menghela nafasnya berat. “Sudahlah, kamu bersihkan kamar ini saja. Biar aku yang bangunin anak kerbau ini.”

Devan dengan cekatan melangkahkan kakinya kearah kamar mandi. Selang beberapa detik. Pria paruh baya itu keluar dengan membawa se gayung air. Berbanding terbalik dengan Tania yang terkekeh, menggeleng-gelengkan kepalanya heran melihat interaksi anak dan ayah itu.

Berbeda dengan Devan yang tersenyum usil. Sudah sangat lama sekali dirinya tidak melakukan ini terhadap Rey. Tidak ada cara lain untuk memberikan efek jera kepada Pria yang suka tidur itu.

“Gak usah siram segala! Dikira Rey tanaman apa?!”

Blam!

Devan mendengus kecewa saat Rey sudah terbangun. Bahkan rupanya, putranya itu mengerti niat buruknya. Sudah gagal ia menyiram putranya itu. Sedangkan Rey sendiri langsung memposisikan dirinya untuk duduk.

“Kok sudah bangun?”

Rey memutar matanya jengah. “Bangun Pagi salah, kesiangan juga salah. Paling bener tidur selama lamanya!”

“Rey mulutnya!” tegur Tania yang sembari melipat selimut putranya itu.

“Maaf, Ma.”

“Sudahlah cepat bangun, lalu mandi. Kamu harus menjemput Kiara lagi kan?” suruh Devan.

Rey menggeleng. “Cadel gak mau berangkat tiap hari bareng Rey. Lagian kita berdua punya motor masing-masing, gak seharusnya berangkat bareng terus.”

“Tapi ini kakek kamu yang minta, Rey.”

“Papa sama Mama gak bisa gitu bantuin Rey, biar Kakek gak seenaknya perintahkan ini dan itu. Rey capek kalau terus menerus disuruh ini dan itu. Kiara lama-lama bisa risih sama keluarga kita.” cerca jelas Rey.

Devan menghela nafasnya berat, menepuk pelan pundak Putranya. “Papa tau kamu terpaksa menjalankan semua ini. Tapi kemauan keluarga itu untuk kebaikan kamu dan Kiara juga. Papi merasa memang Kiara itu ditakdirkan untuk kamu.”

“Kalau tidak?” Perkataan Rey mampu membuat kedua orangtuanya bungkam.

“Rey sering denger kisah muda kalian, dari nenek bahkan Mama sendiri. Gimana kalau seandainya obsesi kalian untuk menyatukan kami gagal? Rey mungkin bisa bertahan sampai kapan pun. Tapi Kiara? Apa kalian bisa jamin dia gak tertekan dengan semua ini?”

“Rey mandi dulu.”

Devan dan Tania hanya mampu mengamati Rey yang melenggang masuk kedalam kamar mandi. Keduanya hanya mampu saling terdiam untuk sesaat. Perkataan Rey begitu terngiang kembali ditelinga mereka.

REYNARA [XS-2 NEW VERSION]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang