Summary : Selama hampir tiga musim panas terbuang, The Pandora telah mengarungi lautan mencari keberadaan kota pelabuhan Sal demi menemukan satu dari delapan artefak jantung garam yang ditinggalkan dewi Salacia―sang deiti dari cerita para tentara bangsa Romawi. Kota pelabuhan itu tak ubahnya seperti pesisir-pesisir lainnya, namun dalam kelazimannya itulah naluri Jung Jaehyun merasakan keganjilan. Dia beserta kru The Pandora telah mengarungi lautan dalam badai-badai paling agresif dan brutal, tetapi tak ada yang dapat membuat mereka merasa merinding kecuali saat The Pandora pertama kali menurunkan jangkar di pelabuhan Sal dan merasakan sebuah ketenangan luar biasa. Penduduk di sini seperti kisah-kisah hantu yang sering diceritakan para awak bajak laut di malam-malam tenang demi merasakan adrenalin. Wajah-wajah yang kelabu, hewan-hewan yang bertingkah seakan-akan mereka tak memiliki nyawa, seakan memberi tanda bahwa sesuatu tengah menantinya. Mereka semua terlihat seperti mati―atau tidak mati, melainkan seperti hidup di bawah hipnotis. Puncaknya adalah hilangnya satu persatu awak kapal The Pandora. Ada apa dengan kota ini? Apakah ini yang disebut Sal, kota persembunyian artefak jantung garam dari sang dewi Salacia? Kecurigaannya menajam. Terlebih saat dia mendengarkan nyanyian-nyanyian serta senandung-senandung merdu di setiap malamnya, menggema di perairan gelap Sal yang berkarang dan berbahaya. Di tengah-tengah teror yang berselimutkan ketenangan palsu itu, Jung Jaehyun mendapati seseorang tengah duduk di atas bebatuan karang. Di bawah cahaya redup bulan, sosoknya menggumamkan nyanyian pengantar tidur paling indah yang pernah didengarnya, membuat Jung Jaehyun ingin menerjunkan diri dari dek kapal ke lautan, nyaris terperosok dan menusukkan jantungnya ke sebuah batu karang runcing demi melihat wajah dari sang siren.
4 parts