Jika syurga hanya ada di bawah telapak kaki ibu, rasanya seorang ibu harus menjaga setiap langkahnya, apa tak ada syurga bagi bapak? Jika hanya wanita saja yang boleh menangis, apakah pria tak punya air mata? Dan satu hal, tak ada gading yang tak retak, tak melulu seorang pria dihakimi atas kesalahannya? Kisah Syurga di Bawa Telapak Tangan Ayah ini, seakan menjadi catatan dan menegaskan bahwa pria yang nampak gagah di pandang mata, nyatanya mereka punya cara menyembunyikan air matanya. Seperti Kamal (25 ) yang ia memahami seberapa besar tanggung jawabnya sebagai suami yang ingin membahagiakan Nabila (21) wanita yang ia pinta untuk meninggalkan profesinya yang menjajahkan senyum, bukan semata atas nama cinta Kamal mempertahankan semua tetapi ia sadar arti sebuah konsekwensi pilihan, dan janji yang tersimpan rapih dalam perjalanan pernikahan. Tak ada seorang pun pasangan hidup yang menginginkan dan menghadirkan badai dalam rumah tangga, pria mana yang tak ingin pasangan hidupnya bahagia? Krikil, biduk, badai, hujan bukanlah sesuatu yang dinanti. Realita hidup membisikan Nabila untuk kembali ke profesinya yang lama, dan lebih menjanjikan. Kamal mencoba mempertahankan wanita yang ia tebus beberapa tahun silam dari sebuah tempat hiburan. Lalu bagaimana guratan naskah hidup yang tertulis? Masih adakah syurga di dalam rumah tangganya? Apa salah jika Kamal memiih jalan hitam untuk menebus syurganya yang hilang? Biarlah, Syurga di Bawah Telapak Tangan Ayah menjawab dan semoga yah... Selamat berselancar dalam lautan aksara, semoga setiap lembaran kisah ini membawa pesan dan menemani waktu luang anda. Author Emha Al Bana
3 parts