Jika saja waktu bisa diputar kembali, ia lebih memilih untuk tidak pernah mengenal pria itu. Pria dengan sejuta pesona yang berhasil menjeratnya masuk dalam kebahagiaan semu yang diciptakannya. Almira mengutuk dirinya sendiri. Bagaimana bisa ia baru menyadarinya setelah sekian lama, setelah berulang kali menorehkan luka di hati wanita lain. Bagaimana bisa perasaan bersalah baru hinggap di hatinya setelah dengan sengaja ia menari di atas tangisan seorang istri. Mungkin inilah teguran Tuhan untuknya, untuk mengingatkan Almira akan posisinya.