Bittersweet

By sourpineapple_

11.8K 1.5K 114

[ FOLLOW SEBELUM MEMBACA ] REPUBLISH ( TELAH DIREVISI & ROMBAK ULANG ) ──────────────── Adlyne nggak pernah p... More

[0.0] prologue
[0.1] lembar satu
[0.2] lembar dua
[0.3] lembar tiga
[0.4] lembar empat
[0.5] lembar lima
[0.6] lembar enam
[0.7] lembar tujuh
[0.8] lembar delapan
[0.9] lembar sembilan
[10] lembar sepuluh
[11] lembar sebelas
[12] lembar dua belas
[13] lembar tiga belas
[14] lembar empat belas
[15] lembar lima belas
[16] lembar enam belas
[17] lembar tujuh belas
[18] lembar delapan belas
[19] lembar sembilan belas
[21] lembar dua puluh satu
[22] lembar dua puluh dua
[23] lembar dua puluh tiga
[24] lembar dua puluh empat

[20] lembar dua puluh

295 56 3
By sourpineapple_

Gila.

Adlyne beneran nggak paham sama yang ada di dalam pikiran Leon tuh apa. Bisa-bisanya dia bilang kayak gitu, mana enteng banget ngetiknya. Adlyne yang awalnya enjoy aja pas lagi becanda bareng teman-temannya Arega, langsung diam seribu bahasa. Jantungnya serasa mau lompat dari tenggorokan, bahkan perutnya ikutan mules.

Sampai ditanyain sama sepupunya karena tiba-tiba nggak berkutik padahal tadinya masih asik ketawa.

"Kenapa?"

Dengan ekspresi melas, Adlyne merengek. "Ga ..."

"Kenapa, lo?" Arega mengulangi pertanyaannya, bingung karena Adlyne tiba-tiba jadi aneh.

"Kalau gue nangis di sini, lo bakalan malu, nggak?"

Arega melotot kaget. "Lo kenapa, njir? Abis liat apaan, lo? Siniin hape lo."

Waktu Arega mau ambil ponselnya, Adlyne langsung buru-buru sembunyiin telepon pintar itu dan menggeleng cepat.

"Ga ...," rengeknya lagi, membuat Arega semakin bingung.

"Lo kenapa sih, nyet? Jangan bikin khawatir deh. Dimarahin bokap lo? Putus sama cowok— oh iya lupa lo 'kan jomlo, terus kenapa?" tanya Arega kayak rel kereta, nggak ada habisnya.

Adlyne mencebikkan bibirnya, jujur aja dia speechless banget, bingung mau bereaksi apa, tapi dari desiran darah dan pacuan jantungnya yang seperti habis lari marathon cukup untuk mendeskripsikan bagaimana perasaan Adlyne saat ini.

Sedangkan di sisi lain, Leon lagi merutuki dirinya sendiri karena ngetik nggak pakai akal sehat.

"Alahh, goblok banget nih, alamat ditolak ini mah," rutuknya frustrasi, apalagi pas liat chat-nya cuma dibaca sama Adlyne.

Makin-makin dah tuh overthinking-nya.

"Ya Allah galau." Leon mengusap wajahnya, pusing.

Sebab dia nggak mau galau sendirian, langsung deh dia koar-koar di grup HZSQ, ngajak sobat-sobatnya buat nongkrong. Nggak perlu ditanya mereka pada mau apa enggak, jawabannya ya jelas mau. Walaupun isinya orang begajulan, kalau urusan begini mereka nggak kaleng-kaleng solidnya.

Dan ya, saking solidnya, yang galau satu orang, tapi yang healing satu tongkrongan.

"Lo gapapa, Lyne?"

Pertanyaan yang tiba-tiba terlontar dari Alice itu membuat Adlyne mengangkat pandang dengan tatapan bingung, karena Adlyne rasa dia nggak lagi ngapa-ngapain sampai perlu ditanyain kayak gitu. Orang mereka berdua daritadi cuma diam sambil main handphone, ya Adlyne bingung dong tiba-tiba ditanya begitu.

"Emang gue kenapa?" Adlyne balik bertanya.

"Lo aneh," cetus Alice. "Gue perhatiin akhir-akhir ini lo anteng banget, biasanya paling rame, ribut sama Leon. Kalian berdua lagi ada masalah?"

Adlyne diam. Dia emang belum cerita apa-apa sama Alice soal apa yang terjadi malam itu, tentang Leon yang tiba-tiba banget confess ke Adlyne, entah itu serius atau cuma becanda, tapi hal itu cukup bikin Adlyne merasa terdistraksi.

Udah berhari-hari cewek itu nggak bales chat-nya Leon, dia juga sengaja banget menghindar. Adlyne sadar kalau yang dia lakuin ini malah bikin rumit masalah, cuma gimana ya, Adlyne nggak bisa mendeskripsikan lewat kata-kata.

"Lo lagi sembunyiin sesuatu dari gue, ya?" tanya Alice penuh selidik, membuat Adlyne menegak salivanya.

"Gimana ya ...," cicit Adlyne, meringis canggung.

"Kenapa?"

"Kalau gue cerita, lo jangan ketawain gue, ya?"

Alice mengangguk cepat. "Iya, iya. Emang ada apa sih? Sus banget."

Adlyne langsung membuka kunci ponselnya, menunjukkan direct message dari Leon, lima hari yang lalu, yang bikin Alice langsung speechless.

"Wow, jadi permasalahannya di mana?"

"Ih gimana sih? Justru ini yang jadi masalahnya, Alice. Kayak aneh nggak sih? Tiba-tiba banget? Gue sampe mikir kalau sebenernya ini tuh nggak serius," ujar Adlyne.

"Tiba-tiba gimana? Lo aja yang nggak sadar, dodol. Dibilang, lo tuh nggak peka-peka, Lyne, lo selalu denial sama perasaan lo sendiri. Apa perlu gue perjelas kalau sebenernya Leon itu udah suka sama lo dari lama? Cuma lo aja yang dodol," sanggah Alice. "Sumpah, gue kalau jadi Leon mending cari cewek lain. Dia udah effort dengan deketin lo, ngajak lo jalan, ngajak lo nonton, tapi lo malah nggak peka dan lawaknya malah ngira kalau dia nggak serius."

Adlyne cemberut, berasa lagi dimarahin sama mamanya.

"Gini deh, Lyne, gimana mau ngira kalau Leon serius sedang lo sendiri aja terus denial dan nggak kasih dia kesempatan?"

"Lice, lo tau sendiri Leon tuh orangnya gimana. Dari dulu dia selalu begitu ke gue, nggak pernah serius dan selalu jadiin sesuatu sebagai candaan. Gimana gue nggak ragu? Coba kalau lo jadi gue, emang lo bakalan dermawan dengan izinin dia masuk ke hidup lo, tanpa mikirin resikonya? Ya kalau emang serius, kalau cuma modus atau penasaran doang? Gimana? Kalau gitu ya sama aja dengan gue izinin dia buat nyakitin gue," sanggah Adlyne, yang memang tidak sepenuhnya salah.

Wajar banget dia kayak gitu, karena emang dari awal hubungan mereka cuma sebatas teman, dan Leon flirty ke dia bukan akhir-akhir ini aja. Dari dulu. Dari jaman MPLS sampai sekarang. Apalagi Leon tuh tipikal cowok yang kedip sana-kedip sini, gimana Adlyne nggak makin ragu?

Alice membuang napas panjang. "Emang ini perkara nggak bisa take side doang, harus lo berdua sendiri yang selesaiin. Biar lo dapat kepastian dan Leon juga nggak ngerasa digantung."

Selesaiin? Mereka berdua?

Buat bales chat-nya aja Adlyne masih malu, apalagi buat bicara empat mata, padahal dia nggak melakukan sesuatu yang aneh, tapi nggak tau kenapa dia malu aja bawaannya, bingung juga karena suasananya udah beda.

Menghela napas panjang, Adlyne mencebikkan bibirnya dan menaruh dagunya di atas meja. "Hng ..."

"Jangan hang heng hang heng, kesempatan nggak datang dua kali, daripada ntar lo terpaksa move on sebelum memulai? Pilih mana?"

"Sama Kak Daniel juga harus move on, padahal nggak jadian," balas Adlyne.

"Ya itu beda konsep, dodol!" Alice geregetan.

"Iya, iya, nanti gue pikirin."

Dan pada akhirnya, Adlyne cuma mikir doang sambil ngumpulin nyali, tapi nggak kekumpul-kumpul karena dia memang masih belum berani.

"Alin, lo tuh ribet banget tau, nggak?" gerutu Adlyne, kembali merengek-rengek, sambil memukul kasurnya.

Dari tadi dia cuma goleran sambil sambat doang, sesekali buka ponsel, habis itu sambat lagi. Membuang napas panjang, Adlyne menatap langit-langit kamarnya.

"Kalau begini terus, sampai upin-ipin masuk SD juga nggak bakal selesai," monolog Adlyne, berdecak sebal.

Kembali meraih ponselnya, Adlyne membuka aplikasi chat, tapi nggak langsung kirim chat ke Leon, dia malah scrolling pembaruan status dari kontak-kontaknya buat cari hiburan biat nggak tegang-tegang banget.

Eh, pas dia lagi scrolling, muncul nama kontak Leon di bagian atas, baru banget update status. Iseng aja tuh Adlyne lihat, ternyata isinya cowok itu lagi gitaran sambil nyanyi.

Nggak kelihatan muka, cuma badan sama gitarnya doang. Lagi nyanyi lagu Friendzone punya Budi Doremi.

Adlyne yang tadinya masih sedikit rileks langsung mules, apalagi ketika mendengar lirik bagian reff dari lagu tersebut.

Tetap tak jadian ...
Tidakkah cukup, yang engkau lihat
Pertemanan ini sungguh berat

Tidakkah indah, bila kita bersama
Tapi tidak di mimpi saja ...

Adlyne yang lagi ngelamun sambil gigitin bibir langsung terkaget karena dengar notif personal chat. Tebak dari siapa?

Betul. Dari Leon.

"Haduh, mampus, jawab nggak ya? Jawab apa tapi? Mamaa, mules bangett," rengek Adlyne, menggigit bibir bawahnya.

Akhirnya, dengan segenap keberanian yang dia punya, Adlyne balas tuh chat-nya Leon.

Leon yang awalnya cuma ngawasin beranda whatsapp pun kaget karena chat-nya ceklis biru diikuti keterangan mengetik.

"Manjur juga nih kode kerasnya?" gumam cowok itu yang emang sengaja posting video tadi buat kodein Adlyne.

Adlyne Galak:
Apa?

Leon:
Tumben dibales

Adlyne Galak:
Chat lo tenggelem

Leon:
Sematin dong biar nggak tenggelem

Leon awalnya mau becanda tipis-tipis lah biar nggak canggung, karena dia juga deg-deg an, eh tiba-tiba Adlyne manggil namanya.

Adlyne Galak:
Yon

Leon langsung ketar-ketir, tapi berusaha buat ngasih respons santai.

Leon:
Oit

Adlyne mengetik ...

Leon tungguin, makin ke sini kok makin lama, ini orang mau ngetik apa sebenernya?

Pas muncul notif balasan, Leon langsung buru-buru lihat.

Adlyne Galak:
Maaf, ya

Saking lamanya, yang diketik cuma itu doang. Mana ambigu banget, bikin Leon salah paham karena tiba-tiba cewek itu minta maaf.

"Minta maaf kenapa nih? Maaf gue nggak suka sama lo? Maaf, kita temenan aja? Maaf, gue sukanya sama orang lain?" monolog Leon kayak orang kesetanan bikin presepsi-presepsi buruk.

Pas Leon mau bales, Adlyne ngirim chat lagi.

Adlyne Galak:
Lo ada waktu nggak besok?
Boleh ketemuan?

Leon langsung mengucek matanya beberapa kali. Ini dia nggak salah baca? Dia diajakin ketemuan sama Adlyne yang beberapa hari ini setengah hidup berusaha hindarin dia.

Perasaan Leon nggak enak.

Leon:
Buat lo mah, selalu ada
Tumben banget, dalam rangka apa nih?

Adlyne Galak:
Yang waktu itu ...

Leon:
Oh itu
Gue juga mau ngomong sesuatu
Mau ketemuan di mana?

Adlyne Galak:
Mmm ... taman aja, gimana?

Leon:
Boleh

Adlyne Galak:
Agak sorean ya
Sendiri-sendiri aja

Entah sudah berapa lama mereka berdua cuma diem-dieman, kalut sama pikirannya masing-masing. Baik Leon maupun Adlyne sama-sama bingung mau mulai topik kayak gimana. Kalau langsung to the point juga jatuhnya krik banget, apalagi mereka lagi canggung-canggungnya.

Sumpah, ini bukan momen mereka banget.

Kata canggung itu sebelumnya nggak pernah ada di kamus mereka yang tiap hari kerjaannya berantem, tapi semenjak mereka sama-sama sadar sama perasaannya, hubungan mereka jadi lebih sedikit rumit, apalagi buat Adlyne yang dari awal sudah mengikrarkan kalau dia nggak bakalan suka sama Leon.

Makanya dia malu setengah hidup buat ketemu sama Leon sekali pun mereka satu kelas. Jangankan ketemu, balas chat-nya aja Adlyne menciut duluan. Sama sekali nggak sinkron sama ava-nya yang galak, isinya malah letoy kayak jelly.

Melirik Leon lewat ekor matanya, Adlyne sedikit tersentak waktu Leon ternyata juga lihat ke arah dia, alhasil mereka berdua sama-sama buang muka, salah tingkah. Dasar ABG.

Karena nggak suka sama situasi mereka yang kaku abis kayak kanebo kering begini, mereka berdua sama-sama punya niatan buat cairin suasana.

"Yon."

"Lyne."

Tapi malah nggak sengaja manggil barengan, bikin mereka tambah kikuk.

"Lo duluan," ringis Adlyne.

"Lo aja," balas Leon.

"Lo ... Ng, haus nggak?" tanya Adlyne tiba-tiba, karena serius dia sendiri aja haus sampai tenggorokannya kering, efek gugup.

"Lo haus? Gue beliin minum dulu, lo tunggu—" Leon yang ancang-ancang mau berdiri langsung ditahan sama Adlyne.

"Enggak! Eh, maksudnya, kalau haus ... ayo beli minum," ajak Adlyne, kikuk.

Leon mengerjap, lalu mengangguk. "Ayo."

Alhasil mereka berdua pergi ke indomaret yang ada di seberang buat beli minum, Adlyne juga sekalian beli es krim, biar dia ada kegiatan lain buat alihin fokus nanti kalau tiba-tiba salah tingkah. Udah antisipasi duluan dia.

Usai beli minum, mereka berdua balik ke bangku tadi. Adlyne langsung buka cup es krimnya.

"Mau?" tawar cewek itu.

Leon menggeleng. "Makan aja."

"Nggak pa-pa kalau lo mau," tawar Adlyne lagi.

Leon kembali menggeleng. "Nggak usah. Gue nggak terlalu suka es krim."

Adlyne manggut-manggut sambil ber-oh panjang. Terus suasananya balik hening lagi. Adlyne sibuk makan es krim, Leon sibuk lihatin cewek itu.

"Lo suka banget ya sama es krim?" celetuk Leon, tiba-tiba, membuat Adlyne menoleh.

"Ya kalau nggak suka, ngapain gue makan?" balas Adlyne, yang refleks bikin Leon senyum.

"Gitu ya lo mikirnya?" balas cowok itu. "Bagus deh, jadi lo juga bisa mikir kayak gitu ke gue."

Adlyne otomatis menoleh. Bingung. "Maksud lo?"

"Kalau gue nggak suka sama lo, ngapain coba gue nempelin lo mulu?" lanjut Leon, diselingi senyuman, walaupun aslinya lagi nahan gugup.

Adlyne speechless. Rasanya kayak ada kupu-kupu terbang di dalam dadanya, yang bikin perut Adlyne langsung jadi mules seketika, tapi cewek itu buru-buru ketawa buat cairin suasana yang mendadak jadi gerah buat dia.

"Apaan sih, lo?" tawanya, walaupun kedengaran garing banget.

"Gue serius."

Adlyne langsung diam.

"Lo ... beneran suka sama gue?" tanya Adlyne, memastikan.

Leon mengangguk. "Gue harus gimana lagi buat bikin lo peka?"

Adlyne menunduk, menghindari kontak mata. Cewek itu meletakkan cup es krimnya.

"Kenapa?" tanya Adlyne membuat Leon mengerutkan keningnya.

"Apanya?"

"Kenapa lo suka sama gue?"

Leon tersenyum. "Lyne, bukannya lo sendiri yang bilang, kalau ada sesuatu di dunia ini yang nggak butuh alasan? Salah satunya perasaan gue ke lo."

"Mustahil. Lo pasti tetep punya alasan, entah itu karena gue cantik, gue pinter, gue baik, atau apapun itu, lo pasti punya alasan kenapa bisa suka sama seseorang, dan gue bukan cewek yang punya itu semua buat jadi alasan lo suka sama gue," balas Adlyne, menatap Leon dengan serius. "Gue nggak cantik. Gue juga nggak pinter. Baik? Apalagi itu."

Membuang napas pelan, Leon mengulurkan tangannya, memegang lengan kanan Adlyne. "Liat gue. Denger, gue nggak butuh itu semua buat jadi alasan kenapa gue suka sama lo. Gue suka sama lo, karena lo adalah diri lo sendiri. Udah."

Adlyne menelan salivanya karena ditatap sebegitu dekatnya oleh Leon.

"Perasaan manusia itu emang sesuatu yang nggak bisa ditebak, dan bisa tumbuh lancang tanpa izin. Gue sendiri nggak tau sejak kapan gue bisa suka sama lo."

"Sejak awal, tujuan gue deketin lo itu cuma pengen isengin lo dan bikin lo kesel, gue nggak pernah niat dan rencanain mau suka sama lo, tapi liat sekarang? Gue jadi uring-uringan kayak orang gila cuma karena lo cuekin gue. Gue tau, lo pasti ragu karena emang dari awal gue nggak pernah ada serius-seriusnya dan tiba-tiba aja gue bilang suka, gue ngerti banget sama perasaan lo, tapi percaya sama gue, Lyne, kali ini gue serius, gue nggak becanda. Gue suka sama lo, Adlyne," urai Leon panjang lebar, membuat Adlyne terdiam.

Cewek itu tersentak sewaktu Leon membawa tangannya untuk menyentuh debaran manis yang terasa sampai permukaan dada Leon.

Rasanya seperti menular. Darah Adlyne berdesir bersama pacuan jantungnya yang bertalu-talu. Kalau bisa, Adlyne pengen pingsan karena saking berdebarnya.

"Apa ini masih kurang buat jawab semua keraguan lo?"

Mengerjap, Adlyne buru-buru menarik tangannya dan membuang muka. Rasa hangat merambat dari telinga hingga wajahnya, hingga kini tampak merona.

Adlyne bingung harus respons kayak gimana, sampai nggak sadar kalau dia melontarkan kata iya dengan tergagu, membuat Leon memiringkan kepala, berusaha untuk menatap Adlyne, tetapi dihindari oleh si empu.

"Iya apa?" tanya Leon yang juga lagi deg-deg an setengah mampus.

"E-enggak! Nggak ada!" balas Adlyne.

"Lo percaya sama gue 'kan?"

Melirik lewat ekor matanya. Adlyne mengangguk pelan.

"Lo ... juga mau buka hati lo buat gue, 'kan?" tanya Leon lagi, menelan ludahnya dengan susah payah.

Adlyne mendongak, menatap sepasang mata lawan bicaranya cukup lama, hingga ia menceletukkan kalimat yang bikin Leon terkaget-kaget sampai pengen salto kelilingin Bandung.

"Kenapa nggak jadian sekarang aja?"

😭😭😭

gas aja ya, lyne, kelamaan, hatinya udah terbuka lebar soalnya 😭

Continue Reading

You'll Also Like

809K 96.2K 12
"Gilaa lo sekarang cantik banget Jane! Apa ga nyesel Dirga ninggalin lo?" Janeta hanya bisa tersenyum menatap Dinda. "Sekarang di sekeliling dia bany...
Love Hate By C I C I

Teen Fiction

3.2M 222K 38
"Saya nggak suka disentuh, tapi kalau kamu orangnya, silahkan sentuh saya sepuasnya, Naraca." Roman. *** Ada satu rumor yang tersebar, kalau siapapu...
486K 53.1K 23
( On Going + Revisi ) ________________ Louise Wang -- Bocah manja nan polos berusia 13 tahun. Si bungsu pecinta susu strawberry, dan akan mengaum lay...
GEOGRA By Ice

Teen Fiction

2.4M 101K 57
Pertemuan yang tidak disengaja karena berniat menolong seorang pemuda yang terjatuh dari motor malah membuat hidup Zeyra menjadi semakin rumit. Berha...