Love Story Of Sharga & Ahra ✅...

By FatimahIdris3

1.9K 1.8K 312

Hujan mengguyur bumi pagi itu. Jalanan digenangi air yang terus berjatuhan dari subuh tadi. Tampak gadis bert... More

BAGIAN 1
BAGIAN 2
BAGIAN 3
BAGIAN 4
BAGIAN 5
BAGIAN 6
BAGIAN 7
BAGIAN 8
BAGIAN 9
BAGIAN 10
BAGIAN 12
BAGIAN 13
BAGIAN 14
BAGIAN 15
BAGIAN 16
BAGIAN 17
BAGIAN 18
BAGIAN 19
BAGIAN 20
BAGIAN 21
BAGIAN 22
BAGIAN 23
BAGIAN 24
BAGIAN 25
BAGIAN 26
BAGIAN 27
BAGIAN 28
BAGIAN 29
BAGIAN 30
BAGIAN 31
BAGIAN 32
BAGIAN 33
BAGIAN 34
BAGIAN 35
EXTRA PART 1
EXTRA PART 2

BAGIAN 11

65 62 7
By FatimahIdris3

Diaz baru saja sampai dirumah Sharga setelah melaksanakan tugasnya diluar kota. Diaz keluar dari mobil yang disambut wajah lesu Sharga.

"Aku baru saja pulang dari luar kota, harusnya kau menyambutku dengan wajah ceria bukan wajah lesu seperti itu" Keluh Diaz sambil bersedekap.

"Aku patah hati Diaz, Ahra menolakku lagi semalam" Sharga merengek seperti anak kecil.

Diaz menghembuskan napas lelah. Beginilah sosok Sharga jika didepannya. Merengek seperti anak kecil bahkan tidak ada Sharga yang tegas seperti yang selama ini dia tunjukkan pada orang-orang.

"Aku harus apa? Jika dia menolakmu, ya sudah cari lain, mungkin sudah waktunya kau membuka hatimu untuk wanita lain" Kata Diaz dengan santainya.

"Aku mencintainya, belum berubah sedikitpun, kau tau itu" Kata Sharga, kali ini dia berhenti merengek. Lalu menatap Diaz seolah mendapat sebuah ide.

"Jangan aneh-aneh lagi, rencanamu sebelumnya sudah membuatku dibenci adik Ahra, sekarang apalagi?" Tanya Diaz seolah bisa membaca apa yang ada dipikiran Sharga.

"Bagaimana jika aku mengancam Ahra dengan membuat resto atau EO milik temannya itu bermasalah, pasti Ahra akan melakukan apapun, termasuk menikah denganku, benarkan?" Sharga tersenyum bangga dengan idenya sendiri. Diaz yang mendengar itu, langsung memukul kepala Sharga.

"Aduuuuuh sakit" Kata Sharga sambil mengelus kepalanya yang baru dipukul Diaz.

"Berpikirlah dulu jika ingin berbicara, Jika kau ingin Ahra semakin membencimu, lakukan saja, tapi jangan harap aku membantumu" Kata Diaz sambil melangkah masuk kedalam rumah.

"Lalu aku harus bagaimana sekarang?" Tanya Sharga menyusul Diaz masuk kedalam rumah.

"Cukup diam, jalani hidupmu seperti biasanya" Jawab Diaz lagi-lagi memukul kepala Sharga. Setelah itu dia masuk kedalam kamarnya.

"Kau selalu begitu" Suara Sharga diluar sana masih didengar oleh telinga Diaz.

Diaz menyandarkan tubuhnya pada pintu. Menutup kedua matanya, mengingat kembali masa lalunya bersama Sharga.

Flashback on :

Anak remaja berumur 19 tahun itu meringis kesakitan saat ayahnya memukulinya menggunakan rotan. Pukulan itu sering didapatnya ketika dia melakukan kesalahan. Tidak peduli kesalahan itu kecil atau besar, dia akan mendapatkannya.

Hari ini dia hanya keluar rumah untuk bermain bersama teman-teman sebayanya, tapi dia lupa kalau ayahnya melarangnya keluar rumah. Alhasil, dia dipukuli sepulang bermain. Remaja itu Diaz yang hidup dengan ayah angkatnya yang pemabuk. Tidak ada hari tanpa pukulan rotan ditubuhnya. Ayahnya masih terus memukulinya meski tubuh Diaz sudah penuh dengan luka.

Lalu tiba-tiba seseorang membuka paksa pintu depan rumah itu. Disana berdiri seorang remaja seumuran Diaz membawa beberapa orang bersamanya.

"Jangan pukuli Diaz lagi, berhenti bertindak kejam padanya" Teriaknya lantang. Lalu dia yang tidak lain adalah Sharga melangkah menghampiri ayah Diaz. Mendorong tubuh yang lebih besar darinya itu hingga tersungkur kelantai.

"Kurang ajar, beraninya kau...." Ayah Diaz hampir melayangkan rotannya pada remaja itu, namun paman Sharga menahan tangannya.

"Bawa anak itu kerumah Sharga, biar paman urus orang ini" Kata Sang paman.
Dengan segera, Sharga menuntun Diaz keluar dari rumah itu dan membawanya kerumah sang paman.

Sampai dirumah, bibi Sharga berteriak histeris, mengira Sharga yang memukuli Diaz. Namun setelah dijelaskan akhirnya bibinya bisa tenang. Setelah mengganti pakaian dan membersihkan diri, Sharga membantu mengobati luka-luka ditubuh Diaz.

"Au... Bisakah kau pelan sedikit" Kata Diaz menahan perih karna Sharga terlalu kuat menekan lukanya.

"Ma'af ma'af, aku akan lebih pelan lagi" Kata Sharga lalu kembali mengobati luka Diaz.

"Jadi kenapa kau tidak melawan ketika ayahmu memukulimu? Bukankah kau juara teakwondo internasional? Pasti mudah bagimu membuat ayahmu itu babak belur" Kata Sharga yang masih fokus memberikan obat pada luka Diaz.

"Jika aku ingin, sudah dari dulu aku membalas perlakukannya padaku, tapi.... Dia orang yang merawatku saat aku kecil, dia mengadopsiku dari panti dan membesarkan aku sampai seperti sekarang, dia memang sering memukulku, memarahiku dengan kata-kata kasar, tapi dia satu-satunya yang menganggapku ada, dia mengakui keberadaanku dibanding orang tuaku sendiri" Kata Diaz.

"Kau punya hati yang baik sekali, pasti orang tuamu bangga padamu dan menyesal menitipkanmu dipanti asuhan" Kata Sharga lalu menyudahi kegiatannya.

"Sudah selesai, istirahatlah, aku akan tidur disofa" Sambung Sharga lalu bersiap untuk tidur.

"Terima kasih, jika kau tidak datang mungkin tubuhku sudah hancur" Kata Diaz menatap kearah Sharga yang sudah merebahkan tubuhnya disofa.

Posisi Diaz yang tengkurap memudahkannya menatap remaja yang baru dikenalnya beberapa hari lalu itu. Sharga yang tidur dengan posisi terlentang akhirnya memiringkan tubuhnya menghadap Diaz.

"Kau sering membantuku disekolah sejak awal aku datang kenegara ini, kau bahkan keluar dari rumah diam-diam hanya untuk mengajariku pelajaran yang sulit kupahami, lukamu tidak terlalu parah tapi aku tidak mau kau terus-terusan dipukuli seperti itu" Kata Sharga sedikit bergidik ngeri membayangkan kalau dia yang berada diposisi Diaz.
Keduanya terdiam beberapa saat sampai Sharga tiba-tiba berbicara.

"Jika paman dan bibi mengangkatmu menjadi anak mereka, apa kau mau? Kau bukan hanya punya orang tua, kau juga punya saudara, kita akan jadi saudara" Sharga menatap Diaz dengan mata berbinar.

"Entahlah, aku hanya tidak yakin akan menjadi anak yang membanggakan, paman dan bibimu orang yang baik, mereka harusnya mengangkat anak yang lebih baik dariku" Ucap Diaz tidak yakin.

"Kau pantas menjadi anak kami, Diaz" Suara Paman Sharga mengejutkan kedua remaja itu.

"Paman...." Diaz akan bangun dari tidurnya tapi ditahan oleh paman Sharga.

"Paman dan bibi sering mendengar Sharga bercerita tentangmu, dari cerita Sharga, paman tau kau anak yang baik, kalau kau bersedia, paman akan mengurus semua" Kata Paman Sharga lagi.

"Terima kasih Paman" Ucap Diaz tersenyum bahagia.

"Yeeeey, artinya aku dan Diaz menjadi saudara sekarang" Teriak Sharga senang. Bahkan dia memeluk Diaz erat, lupa kalau punggung temannya itu terluka.

"aaaaaaargh" Diaz meringis kesakitan. Sharga langsung melepas pelukannya.

"Ma'af aku lupa" Kata Sharga cengengesan.

"Waaaaaah para pangeran berkumpul disini, kenapa tidak mengajak ratu" Kata Bibi Sharga yang masuk kedalam kamar.
"Kemarilah sayang, kau harus menyambut pangeran barumu" Kata Paman Sharga sambil merangkul pundak istrinya.

"Mulai sekarang, kau harus memanggil Ibu, bukan bibi lagi, mengerti, kau anakku sekarang, jika ada yang menyakiti dan menyentuh kulitmu sedikit saja, dia akan berurusan denganku" Kata Bibi Sharga.

"Bibi galak sekali" Celetuk Sharga.

"Kau ini" Bibi Sharga mencubit pipi Sharga gemas, membuat Sharga mengadu kesakitan. Semua tertawa melihat hal itu. Saat itu Diaz menjadi bagian dari keluarga itu. Diaz sangat beruntung memiliki orang tua angkat seperti paman dan bibi Sharga.

Mereka begitu menyayanginya seperti anak sendiri. Bahkan perlakuan mereka pada Diaz, tidak berbeda dengan perlakuan mereka pada Sharga. Hingga dihari dimana Diaz mengalami kecelakaan parah. Dia hampir kehilangan nyawanya kalau saja Sharga tidak menyumbangkan darahnya.

Sharga bilang dokter boleh mengambil darahnya sebanyak mungkin agar Diaz bisa bertahan. Bahkan selama berada dirumah sakit, Shargalah yang terus berada disamping Diaz. Saat Diaz tersadarpun, orang yang pertama diliatnya adalah Sharga.

Selama dirumah sakit, Sharga merawat Diaz dengan baik. Bahkan menyuapi Diaz saat makan. Seperti biasa, Sharga harus membujuk Diaz untuk memakan makanan yang disediakan rumah sakit. Diaz berulangkali menggelengkan kepala. Tapi pada akhirnya dia menurut untuk makan dari sendok yang disodorkan Sharga.

"Nah sudah selesai, anak baik" Kata Sharga setelah Diaz menghabiskan makanannya.

Tangannya mengelus kepala Diaz penuh kasih sayang. Diaz menatap Sharga, lalu meraih tangan Sharga dan menggenggamnya.

"Terima kasih sudah menjadi saudara terbaik, juga untuk semuanya, mungkin aku sudah tidak ada didunia jika kau tidak mendonorkan darahmu, terima kasih" Kata Diaz tulus.

"Hmm.... Untuk apa berterima kasih, bukankah kita keluarga, harus saling membantu dalam hal apapun benarkan?" Kata Sharga.

"Berjanjilah kalau kau akan selalu ada untukku, begitupun denganku, tidak akan meninggalkanmu dalam situasi apapun" Kata Diaz lalu melepas tangannya yang menggenggam tangan Sharga. Menggantinya dengan jari kelingking.

"Tentu saja, aku tidak akan meninggalkanmu dalam situasi apapun, kau juga" Sharga menautkan jari kelingkingnya dengan jari kelingking Diaz.

Keduanya sama-sama tersenyum.

Flasback off.

🌸🌸🌸

Diaz tersenyum mengingat masa itu. Didalam tubuhnya mengalir darah Sharga juga, jadi dia tidak akan pernah tega melihat Sharga sedih dan putus asa. Dia dan Sharga memang tidak terlahir dari rahim yang sama, tapi keduanya memiliki nasib yang sama.

Mereka sama-sama ditinggalkan orang-orang yang mereka sayangi. Diaz menghela napas, lalu beranjak menuju kamar mandi. Dia akan mencari cara membuat Ahra dan Sharga bersatu, tentunya tanpa membuat orang lain menderita.

Sementara itu ditempat lain, 3 gadis sedang bergelung diatas kasur. Fai sibuk menonton konten horor di youtube, El dengan segala snack yang dibelinya dan Ahra dengan lagu korea yang didengarnya.

"Cause I-I-I'm in the stars tonight
So watch me bring the fire and set the night alight (hey)
Shining through the city with a little funk and soul
So I'ma light it up like dynamite, whoa oh oh", Suara Ahra yang menyanyikan lagu dynamite milik BTS memenuhi kamar. Fai yang merasa terganggu, melempar bantalnya kearah Ahra.

"Kecilkan suaramu, kau menggangguku" Kata Fai kesal. Ahra langsung menghentikan kegiatan menyanyinya.

"Woaaaaaah lihat lihat, kalian pasti tidak percaya ini" Seru El heboh sendiri sambil memukul Fai dan Ahra bergantian.

Ahra dan Fai langsung menghentikan kesibukannya masing-masing. Mereka mengalihkan perhatiannya pada El.

"Ada beberapa vendor yang ingin bekerja sama denganku, mereka bilang akan memberikan apapun yang kubutuhkan agar menjadi salah satu pengisi acara di ulang tahun perusahaan keluarga Pradipta, woaaaaaaaah aku tidak percaya, perusahaan itu membawa pengaruh besar" Lanjut El masih tidak percaya dengan pesan yang diterimanya.

"Hebat sekali.... Lalu apa kau sudah menemukan vendor yang tepat?" Tanya Fai penasaran.

"Tentu saja sudah, semua sudah selesai, tinggal mencocokkan saja dengan pemilik acara" Jawab El bangga dengan kecepatan dirinya mengurus bisnis yang dijalaninya.

"Hmm.... Ngomong-ngomong, kau pakai jasa catering siapa?" Tanya Ahra.

"Tentu saja milik Fai" Jawab El semangat.

"Heh, kau bahkan tidak membicarakan ini sebelumnya denganku, kenapa memutuskan sendiri" Kata Fai kesal.

"Fai, bukankah setiap aku mendapat pekerjaan, kau pasti kutunjuk jadi cateringnya? Harusnya kau tidak perlu berlebihan begitu" Kata El berusaha membela diri.

"Berlebihan? Apa kau pikir aku tidak butuh waktu, aku bahkan tidak tau selera pemilik acaranya" Fai mulai mengomel seperti ibu-ibu.

"Astaga.... Iya aku salah, aku baru akan mengatakannya hari ini tapi aku lupa" Kata El pada akhirnya, membuat Fai memutar matanya malas.

"Memangnya kapan acaranya diadakan?" Tanya Ahra yang tadi hanya diam memperhatikan Fai dan El.

"Bulan depan, tapi tanggal pastinya belum ditentukan, mungkin dia ingin mendiskusikan dulu dengan calon istrinya" Jawab El.

"Oh begitu...." Kata Ahra mengangguk-anggukkan kepalanya, lalu meraih salah satu snack milik El, memakannya tanpa disadari El.

"Oya, apa kalian percaya kalau CEO itu belum pernah berpegangan tangan dengan calon istrinya?" Tanya El tiba-tiba.

"Jangan bercanda, mana mungkin, mustahil sekali" Jawab Fai tidak percaya.

"Orang kepercayaannya sendiri yang mengatakan itu, bahkan dia bilang tuan Pradipta tidak pernah mau bersentuhan dengan lawan jenis" Kata El.

"Benarkah? Pasti dia sangat menghormati wanita, aaaaaaaa gentleman sekali" Kata Ahra sambil berpose imut.

"Jangan memikirkan calon suami orang, bagaimana dengan pria yang akan menikahimu itu? Seperti apa dia?" Fai mendorong tubuh Ahra.

"Hmm.... Dia itu pria pemaksa, egois dan aneh, tidak ada yang baik darinya" Kata Ahra mendiskripsikan sosok pria yang katanya akan menikahinya.

"Kalau kau menikah dengannya, tamatlah riwayatmu" Ucap El menakut-nakuti.

"Lalu bagaimana dengan ancamannya?" Tanya Fai lagi.

"Entahlah, semoga saja dia tidak melakukan sesuatu yang buruk" Jawab Ahra pasrah.

Tidak ada yang bicara lagi, semua kembali sibuk dengan kegiatan masing-masing. Suara dering ponsel milik El memecah kesunyian dikamar itu. Fai dan Ahra menatap ke arah El penasaran.

"Heheheh aku akan kedapur mengambil minum" El buru-buru keluar dari kamar. Melihat tingkah aneh El, Ahra dan Fai saling pandang.

"Mencurigakan sekali, siapa yang menelponnya? Kenapa dia jadi aneh begitu?" Gumam Ahra.

"Pasti dia punya kekasih" Tebak Fai sambil memicingkan matanya.
Beberapa menit kemudian El kembali dengan membawa segelas air minum.

Ahra dan Fai langsung menatap kearahnya penuh intimidasi.

"Ada apa dengan kalian? Kenapa menatapku begitu?" Tanya El gugup.

"Jadi siapa yang menelponmu?" Fai mengabaikan pertanyaan El.

"Hanya teman, tidak penting" Jawab El sambil meletakkan gelas yang dibawanya ke meja disamping tempat tidur.

"Benarkah? Kau bohong ya" Kali ini Ahra mencoba membuat El berkata jujur.

"Tentu saja tidak, aku tidak bohong" El mulai salah tingkah. Lalu melihat Ahra yang memakan snacknya.

"Heh, kenapa kau makan snack milikku" El merebut snack yang dimakan Ahra.

"Heeeeeh pelit sekali, ini kan hanya snack, berbagilah sedikit dengan adikmu ini" Ahra berniat merebut snack itu dari El, tapi tidak bisa.

"Tidak mau"

Keduanya sibuk berebut snack seperti anak kecil. Fai hanya memperhatikan tanpa niat memisahkan. Hal itu sudah biasa terjadi. Fai sudah seperti ibu yang hanya pasrah melihat kedua anaknya berebut snack.

🌸🌸🌸

(Jangan lupa votenya ya..... Mau koment juga boleh, makasi)

Continue Reading

You'll Also Like

My sekretaris (21+) By L

General Fiction

289K 2.9K 20
Penghibur untuk boss sendiri! _ Sheerin Gabriella Gavin Mahendra
6.3M 484K 57
Menceritakan tentang gadis SMA yang dijodohkan dengan CEO muda, dia adalah Queenza Xiarra Narvadez dan Erlan Davilan Lergan. Bagaimana jadinya jika...
17.1M 818K 69
Bagaimana jika gadis bar-bar yang tak tau aturan dinikahkan diam-diam oleh keluarganya? ... Cerita ini berlatar belakang tentang persahabatan dan per...
13.3M 1M 74
Dijodohkan dengan Most Wanted yang notabenenya ketua geng motor disekolah? - Jadilah pembaca yang bijak. Hargai karya penulis dengan Follow semua sos...