Mask | Jeno βœ”οΈ

By blue_5ha

121K 12.9K 2.4K

[END] Bukan tentang rasa yang muncul tiba-tiba, tetapi tentang obsesi yang berubah jadi cinta. "Sakit, Jen... More

[1] Prolog
Cast
[2] Bali
[3] Roti Sobek Pagi Hari
[4] Pernyataan Cinta Dini Hari
[5] Pecinta Semangka
[6] Kakak Cogan
[7] Hyunjin
[8] Hilangnya Ponsel Sultan
[9] Feeling Buruk
[10] Lo Berubah, Jen
[11] Berduaan
[12] Jedor
[13] Obsesi ⚠
[14] Dia Kembali
[15] Ketahuan?
[16] Heejin
[17] Apel Sabtu
[18] Gara-Gara Miauw
[19] Rekaman
[20] H-1
[21] D-Day
[22] Basi Gombalan Lo
[23] Sepertinya Bertahan Adalah Pilihan
[24] Hello, My Future
[25] Berulah lagi ⚠
[26] Titik Terang
[27] Akhir Dari Segalanya ?
[28] Behind The Mask
[29] Childhood
[30] Beautiful Smile
[31] Difficult Choice
[32] Kenyataannya (1)
[33] Kenyataannya (2)
[34] Kecelakaan
[35] Trauma
[36] Kembali Lagi
[37] Hello, My Ex Boy Friend
[38] Kisah Hari ini
[39] Maaf?
[40] Kembali?
[41] Mimpi
[42] Perasaan apa ini
[43] Usapan Kecil Berefek Nyaman
[44] Perasaan Lama
[45] Mengukir Kenangan ⚠️
[46] Mundur
[47] Hari Terakhir
[48] Perpisahan dan Air Mata
[49] Apologize
[50] Perut Karet
[52] Welcome Back
[53] Coma
[54] Punch ⚠️
[55] Memory
[56] Salah Paham
[57] EX
[58] Epilog
[Extra Chapter] #1
[Extra Chapter] #2 Sekilas Kisah 20 Tahun Mendatang

[51] Salju Pertama di Bulan Desember

702 97 62
By blue_5ha

19 Desember 2022

"Lo mau kemana?"

Pergerakan tangan Taehyung memasukkan pakaian ke dalam koper menjadi terhenti. Taehyung berbalik melihat Jeno yang sudah menyandarkan tubuhnya pada pintu kamar yang terbuka.

Sudah dua tahun lamanya mereka berada di London. Emosi laki-laki itu sudah bisa dikendalikan dengan baik. Bisa dikatakan Jeno sudah sembuh 90%.

"Ada pesan dari Jaehyun, ada pasien yang butuh gue. Jadi besok pagi gue akan ke Indonesia."

Jeno menjadi diam saat mendengar nama negara yang sudah lama tidak ia kunjungi. Banyak perubahan besar pada negara kelahirannya yang dia ketahui dari internet.

Hanya saja dirinya tidak mengetahui bagaimana keadaan seseorang yang sangat ia rindukan.

"Lo mau ikut?" tanya Taehyung hati-hati.

Meskipun Taehyung tahu bahwa kondisi Jeno sudah baik-baik saja, tapi dia mencoba untuk mencegah hal yang tidak diinginkan terjadi.

"Kalau lo mau pergi, silahkan."

Jeno berbalik dan meninggalkan Taehyung yang masih menatapnya.


• Mask •




"Jeno Razka, kita bertemu lagi."

Tanpa menoleh pun Jeno sudah tahu siapa pemilik suara itu. Jeno tetap menatap lautan lampu kota di depannya. Malam ini terasa lebih dingin dari malam sebelumnya. Dia berada di rooftop apartemen yang dia dan Taehyung tinggali.

"Kali ini apa? Mau bunuh diri lagi?"

"Shut up!"

Gadis di sampingnya tertawa kecil dan meniru aksi Jeno.

"Lo tau gak sih? Kalau dua orang bertemu berkali-kali tanpa sengaja itu berarti jodoh. Sama kayak kita, udah berapa kali ya kita-"

"Lo ngapain di sini?"potong Jeno untuk menghentikan celotehan gadis itu.

"Gue ... Mmm ... Gue tadi mau keluar cari jodoh sih, eh ternyata ketemu lo. Jangan-jangan ... "

"Gak usah ngelantur."

Sepuluh menit keadaan hening. Mereka sibuk dengan pikiran mereka masing-masing sampai denting ponsel membuyarkan lamunan gadis itu.

"Lo mau tau gak Jen, pacar gue barusan kirim pesan, katanya malam ini akan turun salju dan kalau kita memohon permintaan saat salju pertama turun, permohonan kita akan dikabulkan. Lo gak mau coba?"

Jeno berdecak, dia sudah kesal dengan celotehan gadis mungil itu. Bagaimana kekasihnya bisa tahan dengan kecerewetan gadis itu?

"Lo udah punya pacar, tapi kenapa lo masih ganjen ke gue?"

Gadis itu menatap langit dan meletakkan tangannya di dagu, berakting seperti sedang berpikir sesuatu.

"Lo tau gak dalam kamus keluarga gue, kalau bisa dapat dua kenapa harus satu?"

Jeno mendengus kesal. Sia-sia saja dia berdebat dengan gadis bernama Megan itu. Toh, pada akhirnya dia akan kesal sendiri dengan jawaban dari Megan.

Jeno kembali pada posisi awalnya. Dia memejamkan mata, menikmati angin yang berhembus membuat beberapa anak rambutnya berantakan.

Megan tersenyum kecil menikmati pemandangan indah dihadapannya. Jarum jam seakan berhenti, wajah dengan pahatan sempurna di depannya seakan membius mata Megan agar terus menatap wajah itu.

Sampai sebuah benda putih tipis turun tepat di wajah Jeno. Laki-laki itu membuka matanya perlahan dan menemukan berkas putih turun perlahan dari langit.

Dia menoleh ke arah Megan. Gadis itu tersenyum singkat kemudian menghadap ke langit, menyatukan kedua tangannya di depan dada dan mulai memejamkan mata. Entah sihir atau apa, Jeno mulai mengikuti apa yang Megan lakukan.

"Pada dasarnya lo memang suka sama gue."

Jeno membuka matanya dan menatap Megan bertanya.

"Buktinya lo ikut memohon saat gue mulai pejamin mata."

"Terserah lo. Gue capek debat sama bocil."

"Ha? Bocil? 7 tahun gue di Indonesia gak pernah tahu ada kata bocil."

Jeno berjalan ke arah tangga diikuti oleh Megan.

"Jen, lo tadi minta apa ke Tuhan? Pasti lo minta supaya kita berjodoh kan? Ngaku lo!"

"Lo bisa diem gak?" sergah Jeno.

"Enggak bisa. Gue tuh ditakdirkan untuk menghibur orang sekitar gue termasuk lo."

Jeno memilih untuk turun melalui tangga agar Megan tidak mengikutinya, tapi kenyataannya gadis itu terus saja mengikutinya dan berceloteh di setiap anak tangga yang Jeno lewati.

"Lo itu tampan tapi sayang lo kayak iblis, Jen."

Langkah Jeno mendadak berhenti. Kalimat itu mengingatkannya pada seseorang. Menyadari keterdiaman Jeno, Megan akhirnya menghentikan bicaranya.

"Maksud lo ngomong kayak gitu apa?" Jeno menatap tajam ke arah Megan.

Megan menelan salivanya susah payah. Wajah Jeno lebih dingin dari biasanya. Apa Jeno marah padanya karena dia banyak bicara? Ataukah di salah bicara?

"G-gue ... Maksud gue y-ya lo itu ... "

"Y-ya lo itu kayak iblis Jen, lo itu udah buat gue tersesat ke jurang penuh cinta. Padahal gue udah punya Dareen, tapi lo malah buat hati gue terbagi dua. Sama kayak iblis, mereka menyesatkan manusia dan membuat hati manusia bercabang dua antara memilih Tuhan atau mengikuti hasutan iblis," oceh Megan dengan ekspresi dibuat dramatis.

Mendengar penjelasan Megan, Jeno kembali melanjutkan langkahnya lebih cepat menuruni tangga.

Sepertinya dia sudah salah memilih tinggal di apartemen ini. Dia harus bertemu dengan Megan yang banyak bicara dan mengganggu ketenangannya.


• Mask •




"Sungchan?"

Pintu putih dihadapannya terbuka dan menampilkan laki-laki yang sudah setahun ini menemaninya.

Semenjak dia bertemu dengan Sungchan di rumah Jaehyun saat itu, Sungchan mencoba berbagai cara untuk lebih dekat dengan Zahra dan membuat gadis itu menyadari keberadaan dirinya termasuk dengan mengganggu Zahra dan membuat Zahra kesal padanya.

"Hai cantik." Sapaan genit dari Sungchan membuat Zahra bergidik ngeri.

"Ngapain lo di sini?" tanya Zahra ketus.

"Malmingan yuk. Lo kan mau wisuda nih pasti butuh refreshing kan, apalagi lo jomblo. Gue takut lo kebanyakan di rumah jadi depresi. Tapi gak usah izin ke teman lo yang galak itu."

"Mark maksud lo?" tanya Zahra memastikan.

"Nah, itu si Mark. Jangan izin sama dia, dia tuh terlalu posesif ke lo."

"Mark gak posesif, dia cuma mau jaga gue," bela Zahra.

"Tapi kan gue bukan orang jahat, gue juga bisa jaga bidadari gue lebih baik dari si Mark."

Ingin mengumpat karena jiwa percaya diri Sungchan mulai tumbuh tapi ajakan Sungchan juga menggiurkan. Akhirnya Zahra memilih mengalah dan meninggalkan Sungchan sendirian di depan rumahnya sedangkan dirinya mulai mempersiapkan diri.

"Mau ke mana kita?"

Sungchan menoleh ke arah spion kirinya melihat wajah Zahra diterpa sinar lampu jalanan membuat sudut bibirnya terangkat.

"Suatu tempat ... dan lo akan tahu siapa gue sebenarnya," ucapnya dengan intonasi pelan di akhir kalimatnya.

Angin malam semakin dingin mengingat bulan ini musim hujan. Zahra mengeratkan pegangannya pada jaket di tubuhnya.

Jalanan yang mereka lewati semakin lama semakin sepi, cahaya penerangan juga semakin tipis. Suara hewan terbang memenuhi indera pendengaran mereka selain suara mesin motor besar milik Sungchan.

Tepat diujung jalan terlihat cahaya dan asap bersatu. Suara deru motor mulai menyapa gendang telinga. Zahra dibuat terkejut saat Sungchan malah menepikan motornya dan menyambut jabatan tangan dari seorang laki-laki yang penampilannya sangat acak-acakan.

"Chan, lo gak niat balap liar kan?"

Sungchan turun dari motornya membiarkan Zahra masih berada di atas motor besarnya, dan mengabaikan gadis itu. Sungchan berjalan menjauh menuju sekumpulan laki-laki yang setengahnya sudah mulai mabuk.

"Ke mana aja lo nggak pernah main?"

Sungchan tersenyum singkat dan membalas jabatan tangan laki-laki yang usianya 1 tahun lebih tua darinya. Laki-laki berwajah tegas dengan selinting rokok yang singgah di lipatan bibirnya tersenyum samar melihat Zahra yang kesusahan turun dari motor Sungchan.

"Cewek lo?"

Sungchan tertawa hambar saat sadar pandangan laki-laki didepannya tertuju kepada Zahra. "Dia cewek yang Jaehyun suka."

"Wah, bener-bener brengsek lo, Chan," ujar lelaki itu diselingi tawa remeh.

"Gue bisa lebih brengsek dari Jaehyun kalau menyangkut soal cewek."

"Jung Sungchan!" teriakan dari laki-laki yang baru saja turun dari motor sport hitam modif membuat Sungchan menatap Zahra sebentar.

"Udah lama nih kayaknya kita gak ketemu. Lo pasti kangen gue kan?" ucap laki-laki dengan luka sayatan di pelipisnya.

Laki-laki itu melangkah maju dan melayangkan pukulan tepat di pipi kanan Sungchan. Bukannya tumbang, Sungchan malah membalas pukulan laki-laki itu tak kalah keras.

"Main malam ini, gue ada hadiah bagus buat lo," ucap Sungchan.

Laki-laki di depannya mengerutkan kening dalam seakan heran dengan sikap Sungchan.

"Nggak biasanya lo ngajak Gavin tanding duluan," ujar seorang laki-laki bertindik di belakang laki-laki bernama Gavin tadi.

"Apa ada hubungannya dengan Jung Jaehyun?" Pertanyaan Gavin mampu membuat Sungchan menarik ujung bibirnya.

"Oke, gue terima tantangan lo," putus Gavin.

"Sungchan." Zahra meraih lengan Sungchan.

"Gue mau pulang," ujar Zahra.

Sungchan melepas tangan Zahra dari lengannya dan beralih menggenggam tangan gadis itu.

"Satu putaran, cukup?" tanya Sungchan.

"Oke, asalkan lo bawa cewek itu selama tanding." Gavin menyapu pandangannya dari ujung rambut sampi ujung kaki Zahra.

Zahra yang tidak tahu topik pembicaraan dua orang di depannya kembali menarik pelan tangan Sungchan.

Sungchan menoleh menatap Zahra sebentar, "Oke, siapa takut."

Mereka mulai menuju ke motor masing-masing. Zahra mengikuti Sungchan dari belakang. Pikirnya Sungchan akan membawanya pulang, tapi pikiran itu salah saat Sungchan malah melajukan motornya dan berhenti di samping motor Gavin dengan seorang gadis berbaju minim yang mengibarkan kain kuning di depan motor mereka.

"Lo mau balap liar!? Gue gak mau, Chan, kita pulang sekarang!"

Zahra sudah bersiap akan turun dari motor namun dalam satu kali tarikan napas, Sungchan sudah melajukan motornya membelah jalanan sepi yang menjadi tempat balap liar ini berlangsung. Zahra mau tidak mau mengeratkan pelukannya pada tubuh laki-laki berjaket hitam di depannya.

Apa ini alasan Mark melarangnya untuk dekat dengan Sungchan, karena sungchan terlalu berbahaya?

"Sungchan, gue mau pulang, please."

Air mata gadis itu mulai turun. Pikirannya sudah kacau, dia takut akan terjadi sesuatu setelah ini. Jika bisa dia akan melompat sekarang juga tapi dia takut nyawanya tidak selamat.

Lalu bagaimana? Bagaimana caranya menghentikan laki-laki didepannya?

"Si brengsek Jaehyun harus tahu rasanya kehilangan orang yang dia cintai. Sama seperti gue kehilangan Jissa."

_____

Senyuman bahagia tidak pernah hilang dari wajahnya. Pandangannya terus tertuju pada kotak berukuran sedang yang di dalamnya berisi cookies cokelat yang ia buat tadi pagi.

Sungchan mencuri pandang pada gadis di sampingnya sambil tetap fokus menyetir mobil.

"Kamu udah kirim pesan ke Bang Jaehyun?" Gadis itu menoleh menampakkan wajah berserinya seraya mengangguk mantap.

"Udah, kata Kak Jaehyun dia udah di perjalanan."

Sungchan mengangguk dan bernapas lega. Ternyata kali ini kakak sepupunya itu bisa membahagiakan gadis cantik itu.

Walau dalam hatinya yang paling dalam ada rasa sakit yang ia rasakan tapi dia berusaha untuk tetap bahagia dengan semua pilihan gadis itu.

Mobil berhenti di sebuah apartemen milik keluarga Jung. Rooftop yang menjadi tujuan mereka saat ini. Lantai teratas apartemen ini akan menjadi saksi kebahagiaan gadis itu dan laki-laki bernama Jaehyun.

"Udah satu jam, lebih baik kita pulang."

Gadis itu tetap menggelengkan kepalanya. Dia yakin Jaehyun akan datang. Tidak mungkin laki-laki yang sudah menjadi pujaan hatinya selama 3 tahun ini berbohong. Jaehyun pasti datang.

"Dari SMA aku kenal Kak Jaehyun dengan baik, dia gak mungkin ingkar janji. Dia pasti datang. Jalanan mungkin macet, apalagi sekarang jam pulang kerja."

Sungchan menarik napas dalam dan menghembuskan pelan melalui mulut.

"Ca, Bang Jaehyun pasti ada urusan mendadak. Lebih baik kita pulang. Lihat udah mau hujan."

Gadis bernama lengkap Jissa Violindira itu tetap kukuh. Dia masih menaruh harapan, setidaknya Jaehyun pasti menghubunginya jika memang laki-laki itu ada urusan lain.

Sebuah pesan masuk dari aplikasi chatting membuat senyumnya mengembang. Dia menunjukkan pop up pesan itu kepada Sungchan.

Tapi belum sampai 10 detik, senyumnya luntur. Video berdurasi 9 detik itu membuat Jissa menjatuhkan ponsel, Sungchan berdiri dari duduknya mendekat ke arah Jissa yang sudah mundur beberapa langkah dengan pandangan yang mulai kosong.

"Kamu kenapa, Ca?"

"Kak Jaehyun ... " lirih gadis itu.

"Kamu kenapa? Isi pesannya apa?"

Gadis itu menutup mulutnya dan air bening mulai turun membasahi pipinya.

"Aku gak pernah ngelakuin itu. Bukan salahku hiks... aku gak pernah bully Jeane. Kak Jaehyun ... dia yang bisa bela aku. Kak Jaehyun kemana?"

Sungchan bingung, apa yang terjadi sebenarnya? Jeane? Siapa dia? Lalu apa hubungannya dengan Jaehyun?

Sungchan segera menghubungi Jaehyun. Tapi ponsel laki-laki itu mati. Berkali-kali Sungchan menghubungi Jaehyun tetap tidak dijawab.

Jissa kembali meraih ponselnya, berbagai pesan hujatan dan berita miring tentang dirinya membuat Jissa semakin menangis.

"Tunggu di sini."

_____

Kalau saja waktu itu Sungchan tidak pergi untuk mencari Jaehyun, mungkin dia bisa menghentikan aksi bunuh diri yang dilakukan oleh Jissa.

Bayang-bayang darah yang mengalir di kepala gadis yang ia cintai membuat Sungchan semakin menaikan kecepatannya. Baru saja akan melewati jalanan di tepi jurang, Gavin melaju menyalipnya.

"See you di garis finish."

Sungchan melirik tajam Gavin sebelum mulai melajukan motornya lebih kencang mendahului Gavin. Tapi diluar dugaannya, dia kira Gavin akan mempercepat laju motornya, tapi laki-laki itu justru menghentikan motornya tepat saat Sungchan mulai menaikan kecepatan.

Sungchan dibuat semakin bingung kala Gavin mengangkat sebelah tangannya dan melambai ke arahnya seakan tahu bahwa Sungchan mengamati melalui spion.

Tepat tangan Gavin turun, motor Sungchan hilang keseimbangan dan jatuh ke samping kiri. Motornya terseret bersamaan dengan tubuhnya yang masih menempel di badan motor.

Teriakan samar dari Zahra mulai memasuki indera pendengarannya. Namun pandangannya buram bersamaan dengan air dari langit mulai turun membasahi tubuhnya. Senyuman samar terpatri di wajahnya sebelum kesadarannya benar-benar hilang.

Maap ya kalau bosen, 2114 kata khusus chapter ini, soalnya kalau diputus takut gak nyambung nanti.

Makasih 4k nya sayangkuuuu

Makasi yang udah bertahan baca cerita ini dari awal pandemi xixixi

See u next chapter yaa ♥♥

Continue Reading

You'll Also Like

407 61 4
Demi menyelamatkan sahabatnya yang menghilang tanpa jejak, ia rela pergi ke masa lalu untuk mencari sahabatnya dengan ponsel aneh yang diberikan oleh...
MARSELANA By kiaa

Teen Fiction

4.3M 251K 54
Tinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan ba...
477K 36K 44
"Seru juga. Udah selesai dramanya, sayang?" "You look so scared, baby. What's going on?" "Hai, Lui. Finally, we meet, yeah." "Calm down, L. Mereka cu...
499K 45.3K 67
Toxic | Mark ver. (complete) Highest rank: #1 in mark at 20 August, 2021 #1 in fanficindo at 20 August, 2021 #2 in marklee at 18 September, 2021 #1 i...