DUSK TILL DAWN [HSG2] βœ”οΈ

By sangrupawan

79.5K 7.1K 3.6K

𝐇𝐒𝐠𝐑 π’πœπ‘π¨π¨π₯ π†πšπ§π π¬π­πžπ« π’πžπ«π’πžπ¬ (𝟐) [FOLLOW SEBELUM MEMBACA] (Dapat dibaca secara terpi... More

PROLOGUE
DUSK TILL DAWN | 01
DUSK TILL DAWN | 02
DUSK TILL DAWN | 03
DUSK TILL DAWN | 04
DUSK TILL DAWN | 05
DUSK TILL DAWN | 06
DUSK TILL DAWN | 07
DUSK TILL DAWN | 08
DUSK TILL DAWN | 09
DUSK TILL DAWN | 10
DUSK TILL DAWN | 11
DUSK TILL DAWN | 12
DUSK TILL DAWN | 13
DUSK TILL DAWN | 14
DUSK TILL DAWN | 15
DUSK TILL DAWN | 16
DUSK TILL DAWN | 17
DUSK TILL DAWN | 18
DUSK TILL DAWN | 19
DUSK TILL DAWN | 20
DUSK TILL DAWN | 21
DUSK TILL DAWN | 22
DUSK TILL DAWN | 23
DUSK TILL DAWN | 24
DUSK TILL DAWN | 25
DUSK TILL DAWN | 26
DUSK TILL DAWN | 27
DUSK TILL DAWN | 28
DUSK TILL DAWN | 29
DUSK TILL DAWN | 30
DUSK TILL DAWN | 31
DUSK TILL DAWN | 32
DUSK TILL DAWN | 33
DUSK TILL DAWN | 34
DUSK TILL DAWN | 35
DUSK TILL DAWN | 37
DUSK TILL DAWN | 38
DUSK TILL DAWN | 39
DUSK TILL DAWN | 40
DUSK TILL DAWN | 41
DUSK TILL DAWN | 42
DUSK TILL DAWN | 43
DUSK TILL DAWN | 44
DUSK TILL DAWN | 45
DUSK TILL DAWN | 46
DUSK TILL DAWN | 47
DUSK TILL DAWN | 48
DUSK TILL DAWN | 49
DUSK TILL DAWN | 50
DUSK TILL DAWN | 51
DUSK TILL DAWN | 52
DUSK TILL DAWN | 53
DUSK TILL DAWN | 54
DUSK TILL DAWN | 55
DUSK TILL DAWN | 56
DUSK TILL DAWN | 57
DUSK TILL DAWN | 58
EPILOGUE

DUSK TILL DAWN | 36

769 102 68
By sangrupawan

JANGAN LUPA TEKAN TOMBOL BINTANG SEBELUM MEMBACA!❤️

EPISODE 36 :  UNGKAPAN PERASAAN YANG SEBENARNYA

Setiap hal memiliki risiko. Mulailah sesuatu yang nantinya dapat kau selesaikan. Tanpa perlu berlari dari tanggung jawab yang seharusnya kau hadapi.

=||~•~||=

"Jangan pernah menghentikan perasaaan itu."

Ungkapan dari Lylia masih saja menyerang pikiran pemuda yang saat ini berada di sebuah coffe shop yang bernuansa aesthetic dengan berbagai quotes di setiap dinding bahkan pada gelas yang sekarang menyajikan avocado espresso pesanan pemuda itu.

Quotes itu menyatakan, "Kalau udah jatuh cinta satu sama lain, ya tinggal jadian, ribet amat." Abimanyu yang membacanya sederet kalimat itu terbatuk-batuk.

Ia bergumam. "Quotes sialan."

Sebenarnya Abimanyu bukan tanpa alasan datang ke coffe shop yang didatangkan banyak pengunjung dari berbagai kalangan, ia tengah menunggu Daniel. Orang yang tidak pernah tepat waktu, janjian pukul dua tapi sekarang waktu sudah menunjukkan pukul tiga siang kurang lima menit. Tukang ngaret.

Cukup bodoh mungkin pikirannya karena menemui Daniel untuk membahas hubungannya dengan Lylia tapi ia bingung harus bagaimana. Semoga Daniel adalah orang yang tepat untuk membantunya dalam situasi sekarang.

"Eh! Udah lama yang nunggu gue?" Daniel datang lalu duduk di hadapan Ahimanyu sambil cengar-cengir tidak bersalah, bahkan pemuda itu langsung menyeruput minuman yang tadi dipesan oleh Abimanyu—yang memang untuk Daniel.

"Menurut lo?" balas Abimanyu jengkel.

"Haha! Maaf bro itu tadi anjir! Cewek gue minta ditemenin beli make up dan dia bilang cuma dua puluh menitan tahu-tahunya satu jam lebih! Gila! Dan lo tahu endingnya? Endingnya dia kagak jadi beli apa-apa karena tidak ada sesuai selera!" curhat Daniel sembari menghabiskan es kopinya sekali sedot.

"Gak nanya," jawab Abimanyu jujur.

Daniel berdecih. "Sialan. Terus... lo kenapa tiba-tiba hubungi gue buat ketemuan di sini? Lo... mau kasih gue pajak jadian ya dengan traktir gue minuman di sini? Wah gila! Lo udah jadian sama nenek lampir?"

"Ogah banget gue traktir lo. Kembaliin uang gue nanti," ujar Abimanyu. "Dan... gue belum jadian sama Lylia. Maka dari itu gue minta saran dari lo."

"Saran buat nembak Lylia?"

"Mungkin," balas Abimanyu ragu. "Tapi gue takut ditolak sama Lylia. Karena gue gak tahu perasaan Lylia ke gue yang sebenarnya. Tapi tadi pagi di sekolah, saat gue bilang akan menghentikan perasaan gue untuknya, walau sebenarnya gak akan bisa, dia jawab—"

"—kenapa? Dia jawab apa?" tanya Daniel heboh.

"Dia jawab 'jangan pernah menghentikan perasaan itu' menurut lo... apa artinya?" tanya Abimanyu kepada Daniel yang mendadak menatapnya serius.

"Gue heran. Apakah cowok-cowok pintar kayak lo emang bego dalam urusan perasaan? Lo peka dikit napa jadi cowok," Daniel jengkel.

"Maksud lo? Lo ngatain gue bego tadi?" Abimanyu melotot tidak terima.

"Maksud gue..." Daniel mengembuskan napas berat. "maksud gue LYLIA JUGA SAMA LO, BEGO!"

Abimanyu tersedak saat tengah menyedot minuman yang sudah hampir habis itu. Semprotan dari Daniel mengejutkannya bukan karena intonasi pemuda itu yang meninggi melainkan pernyataan dari mulut Daniel.

"Jadi maksud lo, Lylia punya perasaan yang sama kayak gue?" tanya Abimanyu dengan wajah polosnya.

Daniel semakin jengkel dengan pemuda satu ini. Padahal Abimanyu yang ia kenal peka terhadap sekitar namun mendadak lugu pada masalah perasaan cintanya sendiri. Daniel heran.

Daniel tiba-tiba memukul meja keras, menyentak Abimanyu dan pengunjung lain karena suaranya cukup keras. "Perlu gue teriak sebanyak seratus kali biar lo ngerti?" mata Daniel menatap tajam.

"Soalnya gue gak yakin... gue gak yakin kalau Lylia suka sama gue," ujar Abimanyu.

"Kenapa lo gak yakin?" tanya Daniel gregetan.

"Karena gue khawatir kalau dia justru bohongin perasaannya sendiri, gue gak mau dia pura-pura membalas perasaan gue karena kasihan sama gue," jelas Abimanyu lalu menghabiskan minumannya.

Daniel diam. Ternyata ada banyak keraguan dan kebimbangan dalam diri Abimanyu, pemuda itu terlalu berpikir rumit. Tapi tidak salah jika ia cemas apabila perasaan Lylia ternyata hanya belas kasihan saja, Abimanyu tentu tidak ingin itu terjadi.

"Daripada lo cemas tanpa jawaban kayak sekarang, mending lo pastiin sendiri. Temui Lylia. Lo gak perlu takut ditolak, apapun jawabannya, itu akan membuat lo lebih tenang daripada overthinking kayak gini. Jangan buang-buang waktu lagi."

"Oke."

=||~•~||=

UNTUK pertama kalinya setelah beberapa bulan menjadi tetangga, Lylia berkunjung ke rumah Marsha untuk menemui gadis itu. Mereka berdua sekarang berada di dalam kamar luas dengan berbagai poster member NCT yang tertempel di setiap dinding bahkan selimutnya custom NCT.

Lylia baru tahu bahwa Marsha ternyata seorang fangirl.

"Sebenarnya setiap perlakuan hangat darinya selalu saja membuat jantung gue berdebar, setiap gue jatuh dia selalu mengulurkan tangan buat gue bangkit, setiap gue butuh dia selalu ada buat gue dan itu membuat gue nyaman ada di dekatnya tapi gue gak pernah sadar dengan perasaan gue sendiri."

Marsha memakan cemilannya dengan tenang sambil mendengarkan Lylia yang sibuk bercerita mengenai masalah kisah cintanya dengan sahabatnya sendiri.

"Tapi setelah itu gue selalu sadar bahwa kita berdua cuma sebatas sahabat, gak lebih. Jadi setiap saat dia ada di dekat gue, gue selalu mengingat status kita dan berusaha menganggap perasaan yang hadir di benak gue hanya karena rasa sayang gue kepada sahabat, gak lebih.

"Karena gue takut jika gue jatuh cinta dengannya, gue mencoba buat menumbuhkan perasaan gue buat cowok lain. Walau pun gue memang telah jatuh cinta dengan cowok lain tetap saja gak bisa gue pungkiri, setiap dia muncul dikala gue benar-benar butuh, jantung gue selalu berdebar dan perasaan tidak jelas selalu saja muncul.

"Dan sekarang gue tahu bahwa ternyata dia punya perasaan yang lebih dari sekadar sayang kepada sahabat. Saat gue tahu, dia justru menjauh dari gue buat berusaha hapus perasaannya, seharusnya gue biarin karena gue gak mau nyiptain suasana yang canggung di antara kita tapi justru... gue gak rela. Bahkan waktu dia menjauh sementara dari gue. Gue merasa hampa dan kepikiran."

Marsha menaruh cemilannya. "Dari apa yang sudah lo terangkan mengenai perasaan lo sama cowok itu, udah kelihatan jelas bahwa lo itu jatuh cinta sama dia. Apalagi yang lo bingungin dengan perasaan lo?"

"Gue bingung kenapa perasaan gue harus tertuju untuknya?"

"Emangnya kenapa?"

Lylia menghela napas sejenak, "dia sahabat gue."

"Terus? Emangnya salah kalau pacaran sama sahabat sendiri?" 

"Bukan salah tapi rumit."

"Apanya?"

"Risikonya. Kalau misalnya gue memulai hubungan baru dengan sahabat gue, terus kita ada masalah. Terus kita putus. Gue bukan cuma kehilangan pacar gue tapi juga sahabat gue, orang yang selalu ada buat gue dan gue... tentunya gak mau itu terjadi."

"Setiap hal kan memang dan risikonya. Tapi bukan berarti hal itu gak boleh dicoba kan?"

"Gue masih gak yakin kalau hubungan kita bakalan berhasil," lirih Lylia.

"Ya maka dari itu kuncinya satu. Kepercayaan. Lo percaya gak sama dia, lo percaya gak sama diri lo sendiri dan lo percaya gak bahwa kalian bisa saling percaya satu sama lain. Kalau lo masih ragu gini, gimana bisa menjalani hubungan baru?"

Lylia diam seribu bahasa.

Sementara itu, diujung pintu kamar Marsha yang sedikit terbuka. Ternyata ada pria jangkung yang berdiri di baliknya, menatap dua gadis yang saat ini duduk di atas sofa. Telinganya tentu masih sehat untuk mendengarkan dialog antara mereka.

"Jadi... Lylia sedang jatuh cinta?" gumam pria itu.

Richard mendadak kehilangan semangatnya.

=||~•~||=

LANGIT gelap gulita tanpa bintang menghiasi, sepertinya mendung namun cahaya dari lampu ratusan gedung-gedung pencakar langit sudah mampu memberikan penerangan di Ibu Kota.

Tampak Abimanyu sekarang berdiri di atas rooftop salah satu gedung dari tinggi. Ia menghirup udara malam kuat-kuat. Tengah menunggu seseorang yang sebentar lagi akan datang menjumpainya.

"Menyenangkan."

Suara lembut dan embusan napas itu menyentak Abimanyu. Pemuda yang tadi memejamkan mata rapat sontak menoleh dan mendapati Lylia sudah berdiri di sebelahnya. Gadis itu memejamkan mata dan menghirup udara dalam—sama seperti yang dilakukan Abimanyu tadi.

Detik berikutnya Lylia membuka matanya, menatap Abimanyu sembari terkekeh. "Kaget ya? Maaf."

Abimanyu diam seraya memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana.

Hening kemudian menyambut mereka berpadu dengan malam yang sunyi. Jutaan kata-kata yang telah mereka siapkan seakan tertelan dalam-dalam pada tenggorokan. Sudah enam puluh detik berlalu namun belum ada yang mampu membuka bicara.

"Lylia," akhirnya Abimanyu angkat suara.

"Ya?"

Mereka berdua kemudian saling berhadapan satu sama lain, mata saling bertemu dengan jantung yang berdegup kompak. Seolah sosok yang ada di depan mata mereka bukan lagi seorang sahabat. Melainkan lawan jenis yang sudah menciptakan detak jantung yang berdebar kuat.

"Seperti yang lo tahu. Gue cinta sama lo."

Lylia tertegun. Tidak percaya jika Abimanyu bisa setegas ini menyatakan perasaannya lagi.

"Tapi gue gak bakalan maksa lo buat membalas perasaan gue atau pun membuat kita harus jadi canggung kayak gini. Gue mau lo jujur dengan perasaan lo sendiri tanpa rasa terpaksa atau pun tanpa rasa kasihan. Jujur sama gue, gue bakalan terima apapun jawaban dari lo." 

Abimanyu menarik napas dalam-dalam sebelum pemuda itu mengembuskannya pelan lantas ia berucap yang membuat Lylia tersentak kuat.

"Lylia, lo mau gak jadi mahkota hati gue?"

=||~•~||=

TERIMA KASIH TELAH MEMBACA

BUDAYAKAN TINGGALKAN JEJAK

NEXT?

SABTU, 19 DESEMBER 2020 —UBUD.

Continue Reading

You'll Also Like

2.1M 200K 76
Ares dan Harin adalah sepasang kekasih yang memiliki banyak pembenci. Terutama Harin, karna dinilai tidak serasi dengan Ares Nalendra - ketua geng 'P...
34.1K 3.4K 52
NEW ALUR πŸ”₯ [ FOLLOW DULU SEBELUM BACA ] Judul awal: AGE Judul baru: AGE MONSTER AGE Bimanatara. Julukan Monster sekolah hanya dalam satu hari dihar...
8.7M 202K 32
Siapa yang tidak kenal dengan keluarga alexander?? Keluarga yang harmonis dan selalu 'tampak' bahagia , merupakan keluarga terkaya ke-2 setelah kelua...
1.6M 93.3K 43
Auristella Queensha Syahreza Stella. Primadona sekolah,siapa yang tidak terpesona dengannya? Gadis cantik dan tajir semua orang mengaguminya. Kenan...