Mask | Jeno βœ”οΈ

By blue_5ha

120K 12.8K 2.4K

[END] Bukan tentang rasa yang muncul tiba-tiba, tetapi tentang obsesi yang berubah jadi cinta. "Sakit, Jen... More

[1] Prolog
Cast
[2] Bali
[3] Roti Sobek Pagi Hari
[4] Pernyataan Cinta Dini Hari
[5] Pecinta Semangka
[6] Kakak Cogan
[7] Hyunjin
[8] Hilangnya Ponsel Sultan
[9] Feeling Buruk
[10] Lo Berubah, Jen
[11] Berduaan
[12] Jedor
[13] Obsesi ⚠
[14] Dia Kembali
[15] Ketahuan?
[16] Heejin
[17] Apel Sabtu
[18] Gara-Gara Miauw
[19] Rekaman
[20] H-1
[21] D-Day
[22] Basi Gombalan Lo
[23] Sepertinya Bertahan Adalah Pilihan
[24] Hello, My Future
[25] Berulah lagi ⚠
[26] Titik Terang
[27] Akhir Dari Segalanya ?
[28] Behind The Mask
[29] Childhood
[30] Beautiful Smile
[31] Difficult Choice
[32] Kenyataannya (1)
[33] Kenyataannya (2)
[34] Kecelakaan
[35] Trauma
[36] Kembali Lagi
[37] Hello, My Ex Boy Friend
[38] Kisah Hari ini
[39] Maaf?
[40] Kembali?
[41] Mimpi
[42] Perasaan apa ini
[43] Usapan Kecil Berefek Nyaman
[44] Perasaan Lama
[45] Mengukir Kenangan ⚠️
[46] Mundur
[47] Hari Terakhir
[48] Perpisahan dan Air Mata
[49] Apologize
[51] Salju Pertama di Bulan Desember
[52] Welcome Back
[53] Coma
[54] Punch ⚠️
[55] Memory
[56] Salah Paham
[57] EX
[58] Epilog
[Extra Chapter] #1
[Extra Chapter] #2 Sekilas Kisah 20 Tahun Mendatang

[50] Perut Karet

745 99 32
By blue_5ha

Ponsel Hendery berdering menghentikan pembicaraan empat orang di meja makan ini. Si pemilik ponsel mengeluarkan benda itu dari dalam saku dan mengangkatnya sedikit sebagai tanda permintaan izin kepada si pemilik rumah.

Zahra fokus memotong apel merah yang baru saja ia ambil dari keranjang buah di tengah meja makan. Tanpa disadari dua pasang mata mengamatinya sejak Hendery berlalu pergi.

Sampai Jaehyun — salah satu oknum yang menjadi pengamat kegiatannya — menyadari sorot mata lain melakukan kegiatan yang sama dengan dirinya.

Sungchan, sepupunya, yang baru saja kembali dari toilet menghentikan langkahnya di dekat dispenser air. Manik matanya tertuju pada Zahra. Berbagai pertanyaan muncul dalam pikiran Jaehyun.

Apa Sungchan tertarik kepada Zahra? pikir Jaehyun.

Jaehyun baru akan membuka mulut namun Hendery kembali dengan wajah kusutnya. Hendery meraih hoodie hitam yang ada di sandaran kursi yang sempat ia duduki tadi.

"Kita harus pergi sekarang Jaehyun, Jaehwan kecelakaan."

Jaehyun cukup terkejut mendengar penuturan Hendery. Tidak mungkin Jaehwan kecelakaan karena beberapa jam lalu sekretarisnya itu meminta izin padanya untuk menemui seseorang di Jogjakarta. Apa mungkin Jaehwan kecelakaan dalam perjalanan menuju Jogjakarta?

Jaehyun bergegas meraih kunci mobilnya dan menyerahkan ke Sungchan.

"Antar Zahra pulang. Pakai mobil gue dan jangan kebut-kebutan," pesan Jaehyun sebelum melangkah keluar.

"Zahra kakak pergi dulu, tolong bilang ke papa kalau kakak ada urusan penting sama Jaehyun."

"Hati-hati kak," teriak Zahra karena Hendery dan Jaehyun sudah keluar dari rumah sebelum gadis itu benar-benar tersadar dari keterkejutannya mendengar berita kecelakaan yang menimpa Jaehwan.

Walaupun tidak terlalu mengenal Jaehwan tapi laki-laki itu sudah pernah hadir dalam kehidupan Zahra.

Sungchan tidak berkata apa-apa. Laki-laki itu hanya memainkan kunci mobil di tangannya dan menatap lurus ke arah Zahra yang berjalan menuju sofa ruang tengah, mengambil tas dan ponselnya.

"Lo bisa antar gue pulang?"

"Of course."

Sungchan berjalan keluar diikuti Zahra di belakangnya. Mereka kini sudah berada di teras. Baru saja akan menuju garasi, tempat di mana mobil Jaehyun berada, seorang wanita paruh baya datang dengan tas keranjang di tangan kanannya.

"Den Sungchan," panggil ibu itu.

"Bi, saya titip rumah ya. Tadi Bang Jaehyun ada kepentingan. Saya mau antar dia dulu."

"Baik, den. Hati-hati ya."

Sungchan hanya tersenyum singkat. Sedangkan Zahra menunduk sopan ke arah ibu itu yang ternyata salah satu maid di mansion ini.



• Mask •




"Rumah lo masih sama kan?"

Zahra mengalihkan pandangannya dari jendela mobil dan sepenuhnya menatap Sungchan yang masih fokus menyetir.

"Sama. Memangnya lo pernah ke rumah gue?"

"Pernah. Terakhir kali ... Mmm, waktu gue umur 8 tahun, kayaknya."

Ternyata sudah lama Sungchan dan Hendery berteman. Tapi bagaimana bisa Zahra tidak pernah bertemu dengan laki-laki itu?

"Kalau lo bingung kenapa kita gak pernah ketemu, gue gak bisa jawab pertanyaan itu karena jujur aja gue juga gak tau jawabannya."

Zahra mendengus sebal. Ternyata laki-laki tinggi yang terlihat asik ini memiliki sisi menyebalkan dalam dirinya.

"Tau gini mendingan gue pakai mobil sendiri," gerutu Sungchan.

Mereka sedang berada dalam perjalanan, namun karena mobil Jaehyun yang Sungchan kendarai berjalan sangat lambat menurutnya. Akhirnya laki-laki itu menarik pedal gas sampai spedometer menunjukkan angka 150 km/jam.

"Jangan cepet-cepet anjir bawa mobilnya. Awas itu ada yang mau nyebrang. Jung Sungchan!!" Pekikan nyaring dari bibir Zahra mampu membuat Sungchan tertawa puas.

Gadis di sampingnya itu terus saja mengomel dan memekik setiap Sungchan melewati pengendara lainnya atau saat Sungchan menaikkan kecepatan mobil ini. Padahal menurut Sungchan ini belum seberapa.

"Sungchan awas nabrak! Gue belom mau mati. Ya Allah!"

Merasa sudah kehabisan ide. Zahra akhirnya memukul lengan kiri Sungchan mencoba menghentikan aksi gila lelaki itu dalam mengendarai mobil. Zahra tidak pernah mengendarai mobil di atas kecepatan 100 km/jam membuatnya khawatir jika terjadi hal yang tidak ia inginkan, contohnya kecelakaan?

Amit-amit jangan sampai.

Takut lengannya memar jika terus menerus dipukul oleh Zahra, Sungchan memilih mengalah dengan menurunkan kecepatan mobil menjadi 80 km/jam.

"Lo rese' banget!"

Sungchan tertawa puas melihat wajah Zahra. Sepertinya menjahili Zahra akan dia masukkan ke dalam daftar hobinya.

"Lo gak asik! Padahal seru kalau bawa mobil kayak tadi!"

"Seru dari mananya? Kalau tiba-tiba kecelakaan gimana? Lo gak sayang nyawa apa? Padahal baru aja Kak Jaehwan kecelakaan, gue gak mau ya harus nyusul juga," ketus Zahra.

"Jangan ngambek dong. Ya udah deh gue minta maaf. Lo mau apa gue turutin deh. Asalkan jangan ngambek."

"Gak ada."

"Beneran?"

"Hm."

"Oke," Sungchan memberi jeda sebelum melanjutkan ucapannya, "Gue bulan depan ulang tahun dan gue mau ajak lo ke suatu tempat istimewa."

Bukannya menjawab, justru Zahra mengerutkan keningnya. Mereka baru saja kenal dan bertemu, apakah lazim jika Sungchan sudah mengajaknya keluar seperti ini?

Sungchan menolehkan kepalanya ke samping kanan dimana Zahra masih menatapnya penasaran.

"Kenapa lo liatin gue?"

"Kenapa lo ajak gue?" tanya Zahra balik.

"Ya gue pengen aja ajak lo. Gak boleh?"

"Aneh aja sih, kita baru aja ketemu."

"Emang salah gue ngajak orang yang baru aja gue temuin?" Tangan kiri Sungchan terlepas dari kemudi dan bergerak ke arah kepala Zahra, mengusapnya pelan sebelum ditarik oleh gadis itu.

Salahkah Zahra menaruh kecurigaan kepada Sungchan?

"Sudah sampai. Lo gak mau turun?"

Zahra tersadar dari lamunannya. Dia melepas sabuk pengamannya.

"Thanks, mau mampir dulu gak? Gue lagi baik nih," tanya Zahra.

Sungchan melihat jam tangannya yang menunjukkan pukul 12 siang.

"Gue mau ketemu sama Om Davino. Udah lama gak ketemu, gue yakin Om Davino pasti kangen sama gue."

Zahra berdecih pelan. Ternyata selain menyebalkan, laki-laki dihadapannya sekarang memiliki tingkat percaya diri yang tinggi. Untung saja Zahra segera keluar dari dalam mobil sebelum niatnya untuk memukul wajah percaya diri Sungchan semakin menggebu.

Perkiraan Zahra tentang orang tuanya di rumah ternyata salah. Ia lupa jika kedua orangtuanya itu selalu sibuk dengan kehidupannya sendiri.

"Orang tua gue gak ada di rumah, masuk dulu."

"Gue di sini aja."

Zahra berbalik melayangkan tatapan bertanya. "Yakin di teras?"

"Mana mungkin gue masuk ke rumah cewek yang jelas-jelas lagi sepi. Gue gak mau timbul fitnah kalau sampai ada tetangga yang lihat."

Senyum kecil terbit di bibir Zahra. "Oke, gue ambil minum dulu."

"Ternyata masih punya moral." gumam Zahra seraya berbalik masuk ke dalam rumahnya.

"Gue denger ya," sahut Sungchan.



• Mask •






"Gue balik dulu. Lo mau gue temenin sampek Aheng pulang atau ..."

"Dah sana pulang. Lo cuma numpang makan dari tadi. Habis duit gue tau gak!"

Pandangan Sungchan jatuh ke arah piring-piring kotor di depannya dan juga beberapa bungkus makanan ringan yang sudah habis isinya lalu tersenyum malu ke arah Zahra.

Awalnya Zahra hanya ingin bersikap baik kepada Sungchan dengan menawarkan makanan kepada laki-laki itu tapi ternyata keinginan Sungchan semakin melonjak saat laki-laki itu disuguhi akun pesan antar dari ponsel Zahra.

Sungchan memesan hampir semua makanan yang muncul di timeline aplikasi tanpa izin kepada si pemilik akun. Tiba-tiba saja kurir datang sudah membawa dua kantong plastik berisi penuh makanan.

Jika tahu akan berakhir seperti ini, Zahra lebih baik mengusir laki-laki itu sejak awal.

Baru saja akan berdiri dari duduknya, sepotong pizza yang belum tersentuh sama sekali menarik perhatian laki-laki itu. Dia mengambilnya dan memakannya di depan Zahra yang melotot karena Sungchan masih sempat-sempatnya menghabiskan makanan saat Zahra sudah kesal seperti ini.

"Mubasir kalau gak dihabisin. Gue tau lo kan tipe cewek yang jaga berat badan gak mungkin lo makan pizza," bela Sungchan saat mendapatkan tatapan membunuh dari Zahra.

"Sana pulang!" Zahra mendorong tubuh Sungchan untuk segera pergi. Melihat wajah tanpa dosa yang laki-laki itu tunjukkan, entah mengapa ia semakin kesal.

"Beneran nih gak mau di temenin?" Sungchan menatap jahil ke arah Zahra sebelum benar-benar masuk ke dalam mobil.

"Kalau gue minta temenin lo, yang ada gue bangkrut. Semua makanan di dunia ini bisa-bisa lo pesen semua. Udah sana balik ke habitat lo."

"Gue cuma pesan dikit kok. Lo nya aja yang terlalu pelit sama tamu."

Hawa panas sudah naik ke kepala Zahra. Bagaimana bisa laki-laki di depannya ini mengatakan jika dia pelit?

"Lo kata gue pelit? 500 ribu gue keluarin demi perut karet lo. Pulang gak lo!? Sebelum lo yang gue makan."

"PMS ya, marah marah mulu."

Zahra sudah siap akan melemparkan dompet di tangannya tapi Sungchan bergerak lebih cepat. Dia langsung masuk mobil dan memundurkan mobil itu seraya melambaikan tangan dengan wajah mengejeknya.

"Dosa apa gue ketemu sama cowok kayak dia. Lebih baik gue jajanin Haechan deh, setidaknya Haechan masih punya akhlak kalau mesen makanan. Ya walaupun kalau udah kalap sama aja gue tekor juga."

"Kok bisa sih Kak Jaehyun punya sepupu nyebelin gitu."

Zahra menghela napas berat saat berbalik melihat teras rumahnya penuh dengan bekas makanan Sungchan.

"Sabar Zahra, biar cepat dapat jodoh harus sabar."

"Tapi seru juga sih dia, gue berasa ketemu One Dreams hanya dengan interaksi sama satu orang kayak Sungchan .... OD gue kangen kalian."

Hai, hello, annyeong-!
Ada yang udah kangen Jeno gak nih?

Oke see u di next chapter ya.

Janlupa vomment ♥♥

Komentar ya kalau ada kesalahan dalam penulisan. Maaf kalau ada typo xixix

Continue Reading

You'll Also Like

1K 362 18
❝How do you help a virtual boy who was kidnapped by bad people?❞ ─thriller au Β©nanagii
3.8M 272K 38
Disclaimer: Cerita ini adalah cerita amatir yang memiliki banyak kekurangan. Harap dibaca dengan bijak :) --- Sisterhood-Tale [1] : Taylor Hana Ander...
533K 26K 73
Zaheera Salma, Gadis sederhana dengan predikat pintar membawanya ke kota ramai, Jakarta. ia mendapat beasiswa kuliah jurusan kajian musik, bagian dar...
1.4K 119 10
cinta itu gimana sih?