Love Story Of Sharga & Ahra ✅...

By FatimahIdris3

1.9K 1.8K 312

Hujan mengguyur bumi pagi itu. Jalanan digenangi air yang terus berjatuhan dari subuh tadi. Tampak gadis bert... More

BAGIAN 1
BAGIAN 2
BAGIAN 3
BAGIAN 4
BAGIAN 5
BAGIAN 7
BAGIAN 8
BAGIAN 9
BAGIAN 10
BAGIAN 11
BAGIAN 12
BAGIAN 13
BAGIAN 14
BAGIAN 15
BAGIAN 16
BAGIAN 17
BAGIAN 18
BAGIAN 19
BAGIAN 20
BAGIAN 21
BAGIAN 22
BAGIAN 23
BAGIAN 24
BAGIAN 25
BAGIAN 26
BAGIAN 27
BAGIAN 28
BAGIAN 29
BAGIAN 30
BAGIAN 31
BAGIAN 32
BAGIAN 33
BAGIAN 34
BAGIAN 35
EXTRA PART 1
EXTRA PART 2

BAGIAN 6

71 76 11
By FatimahIdris3

"Kriiiiiiiiiiing....... Kriiiiiiiiing...... Kriiiiiiiing" Suara alarm subuh itu memecah keheningan. Ahra meraba-raba mencari keberadaan ponsel yang semalam dia letakkan sembarangan disamping bantalnya.

Mata Ahra masih menutup, rasanya ingin kembali tidur. El yang tidur disebelah Ahra terbangun, dia bangun dan duduk beberapa menit.

"Whooooooaaaam..... Ini sudah jam berapa?" Tanya El sambil menguap.

Ahra menunjukkan ponselnya kearah El. Tiba-tiba El berdiri, lalu segera berlari menuju kamar mandi. Sepertinya panggilan alam tidak bisa ditahannya. Baru saja Ahra ingin melanjutkan tidur, suara ponselnya terdengar. Pesan masuk dari someone begitu Ahra menamai kontaknya.

Someone: "Cepat bangun..... Kau akan terlambat jika tidur lagi"

Ahra berniat membaringkan tubuhnya dikasur. Namun lagi-lagi dering ponsel mengganggunya. Ahra menyembunyikan ponselnya dibawah bantal. Setelah beberapa menit, ponselnya berhenti berbunyi, Ahra melihat ada satu pesan masuk.

Someone: "Angkat teleponnya, kau akan tau akibatnya jika mengabaikanku"

Kali ini Ahra mengangkat teleponnya ketika ponselnya kembali berdering.

"Iya aku sudah bangun dan aku akan pergi bekerja, apa kau puas!" Teriak Ahra membuat Fai terbangun.

"Baguslah, jangan lupa sarapan dan pastikan kau tidak makan seafood, alergimu bisa kambuh" Teleponnya langsung dimatikan begitu saja.

"Darimana dia tau aku punya alergi? Apa Hirham memberitaunya?" Gumam Ahra bingung.

"Siapa yang menelponmu? Apa pria itu?" Suara khas laki-laki Fai membuat Ahra terkejut.

"Faaaaaai kau ini, aku jadi terkejut" Teriak Ahra sambil melemparkan guling kearah Fai.

"Aku? Kenapa jadi aku yang salah?" Fai bingung sendiri.

"Sudahlah, aku mau mandi" Ahra beranjak meninggalkan Fai sendiri.

Bukannya langsung bangun, Fai kembali melanjutkan tidurnya. Baru beberapa menit, suara El terdengar dari arah dapur.

"Faaaaaai cepat bangun, tugasmu membuat sarapan!"

"5 menit lagi" Seru Fai masih memejamkan matanya.

Beberapa menit kemudian Ahra, Fai dan El sudah ada diruang makan, menikmati sarapan bersama. Ahra sibuk memainkan ponselnya. Dia sedang mengirimi pesan untuk seseorang.

Me: "Bisakah kita bertemu? Itu jika kau tidak sibuk, ada yang ingin aku katakan"

Someone: "Aku akan minta orang kepercayaanku untuk menjemputmu ditempat kau bekerja"

Me: "Baiklah"

"Sama sekali tidak ada basa-basinya" Gerutu Ahra tanpa sadar.

"Ada apa?" Tanya El penasaran.

"Tidak ada apa-apa" Jawab Ahra menyembunyikan rencana pertemuannya dengan pria itu.

"Ayo pergi, jalanan macet saat pagi hari, kita bisa terlambat" Ajak Fai lalu melangkah keluar rumah disusul El dan Ahra.

Sementara ditempat lain, Sharga tersenyum setelah menerima pesan dari gadisnya. Diaz yang baru masuk kekamarnya merasa aneh. Sahabat sekaligus atasannya itu tidak biasanya bertingkah seperti ini. Biasanya saat dia masuk kekamar Sharga, pria itu sudah rapi dengan pakaian kantornya. Tapi lihatlah saat ini, Sharga masih bergelung diatas kasur sambil tersenyum sendiri dengan ponsel digenggamannya.

"Apa semalam kau salah makan? Ada apa denganmu pagi ini?" Tanya Diaz yang berdiri disamping tempat tidur Sharga.

"Coba tebak, siapa yang baru saja mengirimiku pesan?" Bukannya menjawab pertanyaan Diaz, Sharga malah mengajukan teka-teki.

"Tidak tau" Jawab Diaz singkat.

"Haaaaah kau sama sekali tidak seru, sekali-sekali kau perlu lelucon agar tidak kaku seperti manakin berjalan" Kata Sharga.

"Berhentilah bertingkah aneh, ada rapat jam 8, cepatlah bersiap aku akan menunggu dibawah" Kata Diaz tegas.

"Kau sudah seperti seorang istri, hmm... Baiklah aku akan bersiap, oya tolong jemput Ahra setelah dia selesai bekerja, bawa dia kesini" Sharga segera masuk kedalam kamar mandi.

"Apa gadis itu sudah ingat siapa Sharga?" Gumam Diaz bermonolog sendiri.

🌸🌸🌸

"Selamat pagi semua" Sapa Aro yang sudah berdiri didepan pintu kost Fai dan Ahra.

Pria itu berpakaian rapi seperti biasa, tidak lupa senyum manis miliknya.

"Selamat pagi Aro" Balas El sambil tersenyum.

"Kau koki baru itu kan, aku Ahra" Kata Ahra memperkenalkan diri.

"Aku tau, aku sudah melihatmu kemarin, aku juga dengar dari pegawai yang lain tentangmu" Kata Aro riang.

"Owh... Jadi diam-diam mereka menggosipkan aku ya" Kata Ahra sambil mengerucutkan bibirnya.

"Sudah-sudah, ayo pergi, bukankah kau akan terlambat jika berlama-lama disini" Kata Fai mengingatkan.

"Aro, apa kau ikut dengan kita?" Tanya El menatap kearah Aro yang masih berdiri didepan pintu.

"Apa aku boleh ikut bersama kalian?" Bukannya menjawab, Aro malah balik bertanya.

"Cepatlah" Fai melemparkan kunci mobilnya pada Aro, lalu masuk kedalam mobil.

Aro tersenyum dan menyusul Ahra dan El yang juga masuk kedalam mobil.

"Aro, apa kau tinggal didekat sini?" Tanya Ahra sesaat setelah mobil melaju meninggalkan kost.

"Heum.... Aku tinggal dikomplek sebelah" Jawab Aro yang masih fokus menyetir mobil.

"Oya bukankah kau bilang pernah bekerja di Shara restoran milik keluarga Pradipta?" Kali ini El yang bertanya.

"Ya, aku bekerja disana, memangnya kenapa?" Aro memandang El lewat spion.

"Apa kau pernah bertemu calon istri tuan Pradipta? Seperti apa dia?" Tanya El penasaran.

"Hmm.... Selama bekerja disana aku belum pernah melihat tuan Pradipta bersama wanita, aku juga baru tau, kalau di ulang tahun perusahaan bulan depan dia akan memperkenalkan calon istrinya, itu juga dari berita, jadi aku tidak tau seperti apa calon istrinya" Jawab Aro menjelaskan.

"Yang benar saja, kenapa dia menyembunyikan calon istrinya dari publik" Gumam El.

"Kenapa kau begitu penasaran dengan calon istri CEO itu? Apa kau iri karna dia wanita beruntung yang bisa mendapatkan pria kaya?" Tanya Fai yang dari tadi diam. Jangan lupa dengan muka datarnya.

"Heh siapa yang iri, aku kan EO yang akan mengurus ulang tahun perusahaannya, jadi apa salah jika aku ingin tau seperti apa calon istrinya?" El menaikkan volume suaranya.

"Bisa tidak bicaranya biasa saja, tidak perlu berteriak" Fai juga menaikkan volume suaranya.

"Siapa yang berteriak" El tidak mau mengalah.

"Kau....!" Begitu pula Fai yang juga tidak mau mengalah.

Hal itu terus berlangsung hingga Ahra berteriak.

"Heeeeeei kalian ini apa-apaan, sudah cukup, berhenti mengatakan yang tidak penting"

Akhirnya Fai dan El menghentikan perdebatan mereka.

"Ya ampun, mimpi apa aku semalam, bisa semobil dengan gadis-gadis bar-bar seperti kalian" Kata Aro sambil menggelengkan kepala.

"Kau mengatai aku gadis bar-bar, rasakan ini" Fai memukul lengan Aro.

"aaaaaaakhh" Aro meringis kesakitan.
Hal itu membuat Fai langsung menghentikan pukulannya. Dia menatap Aro penuh tanda tanya. Fai tidak memukulnya dengan keras, tapi kenapa Aro meresponnya dengan berlebihan.

"Ada apa dengan lenganmu?" Tanya Fai menatap Aro tajam.

"aaaah tidak apa-apa, kau memukul terlalu kuat, apa kau tidak sadar kalau pukulanmu seperti seorang pria" Jawab Aro berbohong. Aro berusaha memalingkan wajahnya dari Fai yang terus menatapnya.

"Iya memang Fai itu hulk versi wanita" Sahut El.

"Hahahahaha kalau begitu woman hulk untuk Fai dan betty rose untuk Aro" Celetuk Ahra sambil tertawa geli.

"Haahahahah ayo kita panggil mereka dengan panggilan itu" Sambung El yang ikut tertawa.

"Heh enak saja....awas saja kalau kalian memanggilku begitu" Ancam Fai sambil mengepalkan tangannya kearah Ahra dan El.

"Kami kan hanya bercanda" Kata El.

Fai masih memperhatikan Aro diam-diam. Fai yakin ada yang Aro sembunyikan dibalik kemeja panjang yang selalu menutupi lengannya itu.

🌸🌸🌸

Ahra sibuk menemani anak muridnya mewarnai. Ada kesenangan sendiri saat dia berada ditengah-tengah anak-anak itu. Melihat mereka tersenyum, adalah hal paling menyenangkan bagi Ahra. Wajah polos dan sikap lucu mereka membuat Ahra bersyukur menjadi seseorang yang mendapat kesempatan membagi ilmu yang dia miliki untuk mereka. Meski hanya sekedar menggambar, mewarnai, bernyanyi atau memainkan sebuah permainan sederhana, itu sudah sangat berarti.

"Ibu guru, aku sudah selesai mewarnainya" Seorang anak perempuan dengan rambut kepangnya menyodorkan kertas hasil mewarnainya pada Ahra.

"Bagus sekali, kau boleh bermain dulu ya, jangan keluar sebelum teman-teman yang lain selesai, ok" Kata Ahra sambil mengusap rambut anak itu gemas.

"Baiklah" Anak itupun melangkah mengambil mainan yang ada didalam kelas.

Ahra tersenyum melihat anak itu. Dia jadi ingat saat dia kecil dulu. Dia sangat suka menguncir rambutnya. Disaat anak yang lain menata rambutnya dengan sederhana, hanya Ahra saja yang membuat banyak model rambut. Salahkan saja ibunya yang begitu terampil menata rambutnya yang tampak menarik.

Bahkan salah satu temannya memuji jika Ahra sangat imut. Mengingat itu membuat Ahra tersenyum sendiri.
Akhirnya jam kerja Ahra berakhir, bertepatan dengan suara ponselnya. Ahra menatap ponselnya dan menghembuskan napasnya sesaat.

Someone: "Orang kepercayaanku sudah menunggumu didepan sekolah"

Ahra memasukkan kembali ponselnya kedalam saku celana. Ahra berjalan menuju ruangannya untuk mengambil tasnya.

Sebelum keluar dari sekolah, Ahra mengirim pesan pada Fai dan El.

Me: "Aku akan terlambat pulang hari ini, ada rapat mendadak"

Sambil menunggu pesan balasan dari Fai dan El, Ahra berjalan menghampiri seorang pria yang tengah berdiri disamping mobil berwarna hitam, tepat didepan sekolah.

"Selamat siang nyonya, tuan sudah menunggu anda" Kata Pria itu menyambut Ahra sopan.

Ahra terdiam sebentar, Ahra menatap kearah pria yang seperti tidak asing baginya.

"Sepertinya aku pernah melihatmu sebelumnya, tapi dimana ya?" Tanya Ahra sambil mengingat-ingat wajah pria itu.

"Mungkin anda salah orang nyonya" Jawab pria itu yang tidak lain adalah Diaz sopan.

"Tapi aku yakin pernah bertemu denganmu" Gumam Ahra masih terus mengingat-ingat dimana pernah bertemu dengan pria itu.

"Ma'af nyonya, lebih baik kita pergi sekarang, bukankah anda ingin mengatakan sesuatu yang penting pada tuan?" Diaz kembali meyakinkan Ahra bahwa dia belum pernah bertemu dengan Ahra sebelumnya.

"Iya kau benar, ayo pergi" Kata Ahra sambil masuk kedalam mobil yang sudah dibuka pintunya oleh Diaz.

Diaz melangkah memutar, lalu duduk dikursi pengemudi. Perlahan mobil mulai melaju meninggalkan sekolah.

"Hmm.... Apa anda ingin mampir kesuatu tempat lebih dulu nyonya?" Tanya Diaz memperhatikan Ahra dari spion.

"Tidak, aku tidak ingin kemana-mana lagi, oya... Bisakah kau memanggilku nama saja? Aku sedikit risih kau memanggilku nyonya" Jawab Ahra.

"Ma'afkan saya nyonya, akan tidak sopan jika saya hanya menganggil anda dengan nama saja, lagipula sebentar lagi anda akan menjadi istri dari tuan saya" Kata Diaz masih dengan sikap sopannya.

"Ya terserah kau sajalah" Kata Ahra pasrah.

Beberapa menit tidak ada yang mengatakan apapun. Ahra sibuk dengan dunianya, sementara Diaz berkonsetrasi pada jalanan didepannya.

Ponsel Ahra berdering tanda sebuah pesan masuk. Ahra mengabaikannya dan masih menatap keluar jendela mobil. Diaz melirik Ahra yang duduk dibelakang sekilas.

"Apa yang membuat Sharga sangat tertarik dengan wanita ini? Tidak ada yang istimewa darinya" Gumam Diaz bermonolog sendiri. Tentu saja tanpa sepengetahuan Ahra.

Mata Ahra mulai berat, dia sudah merasa mengantuk. Ahra memang memiliki kebiasaan tidur dimanapun dia merasa nyaman. Mobil ini memiliki fasilitas ac yang sesuai dengan keinginan Ahra. Ditambah lagi Diaz yang sangat tenang membawa mobilnya. Sayup-sayup Ahra masih mendengar suara Diaz yang tengah berbicara dengan seseorang di telepon.

"Tenang saja, dia aman bersamaku, aku pastikan dia sampai dirumah tanpa cacat sedikitpun" Setelah kalimat itu, entah apalagi yang dibicarakan Diaz dengan orang yang Ahra yakini pasti bosnya itu. Ahra sudah terbang ke alam mimpi.

🌸🌸🌸

Continue Reading

You'll Also Like

17.1M 818K 69
Bagaimana jika gadis bar-bar yang tak tau aturan dinikahkan diam-diam oleh keluarganya? ... Cerita ini berlatar belakang tentang persahabatan dan per...
54.6M 4.2M 58
Selamat membaca cerita SEPTIHAN: Septian Aidan Nugroho & Jihan Halana BAGIAN Ravispa II Spin Off Novel Galaksi | A Story Teen Fiction by PoppiPertiwi...
SCH2 By xwayyyy

General Fiction

128K 17.9K 47
hanya fiksi! baca aja kalo mau
931K 18.5K 42
Elia menghabiskan seluruh hidupnya mengagumi sosok Adrian Axman, pewaris utama kerajaan bisnis Axton Group. Namun yang tak Elia ketahui, ternyata Adr...