I'M LONELY (REVISI)

By septianiekay_

932K 64.5K 4.8K

Ini adalah kisah Vega Aurora. Namanya indah namun tak seindah kehidupannya. Vega tidak pernah dianggap, ia se... More

1. Lagi dan lagiđź’”
2. Pingsanđź’”
3. Why? đź’”
4. Test drive
5. Alone
6. Abimana
7. Hurt
8. Hukuman
9. Beda
10.Broken
11. Abimana dan Bunga Mawar.
12. Pantai
13. Kerja
14. Demam
15. Patrichor Car dan Pemimpin Baru
16. Dia yang tak dianggap
17. Archer dan Maura.
18. Tagihan
19. What's wrong? + cast
20. Donor darah.
21. Mati Rasa
22. Sadar
23. Bahagia
24. Permintaan Maura
25. Sebuah peringatan
26. Apartemen Aldo
27. Be Strongđź’”
28. Hujan dan Air Matađź’”
29. Why you leave me? đź’”
30. Lelahđź’”
31. Cambukan Dari Orang Tersayangđź’”
32. Dia benciđź’”
33. Suka?
34. Aku pergiđź’”
35. Terima Kasihđź’”
36. Arkan
37. Senyumnya
38. Mengakhiri semuanyađź’”
39. Confusedđź’”
40. Aku, Kamu, dan Hujanđź’”
41. What happend? đź’”
43. Firasatđź’”
44. Accidentđź’”
45. I MISS YOUđź’”
46. Bahagia sekali❤
bukan update
47. I'M LONELYđź’”
48. Nightmaređź’”
49. Pada akhirnyađź’”
EXTRA PART
EXTRA PART 2
EXTRA PART 3

42. Takutđź’”

14.7K 1.1K 72
By septianiekay_

"Dia yang hadir belum tentu takdir."






Kenyataan yang tidak sesuai ekspetasi membuat lelaki jangkung itu menghela nafasnya pasrah. Semua akan ia serahkan kepada Tuhan, yang jelas ia tidak mau lagi untuk melukai orang yang begitu ia sayang. Rasanya seperti ada yang kurang, tidak ada lagi semangat dalam hatinya kini yang ia rasakan adalah mati rasa.

Archer menyenderkan tubuhnya di atas sofa markas Patrichor Car, lelaki itu menyalakan rokoknya. Keadaan yang sangat kacau hingga membuat teman-temannya heran, karena tidak biasanya Archer seperti ini.

Paham akan suatu kondisi, Abim memilih untuk duduk di samping Archer tenang. Lelaki itu mengambil seputung rokok dan menyalakannya. Berbeda dengan Gean dan Vauzan yang masih menatap keduanya dengan bingung.

"Kenapa lo?" tanya Abim singkat.

Archer menggeleng, ia lantas memejamkan matanya. Membayangkan agar semua masalahnya selesai, tetapi nyatanya tidak semudah itu.

"Kalau ada masalah itu cerita," timpal Gean lalu mengambil alih kursi yang ada di hadapan Archer.

"Bener tuh kata dugong. Kenapa lo, Ar?" kali ini Vauzan yang bertanya.

Tidak ada respon dari Archer membuat ketiganya menghela nafas kasar. Akhir-akhir ini Archer selalu murung dan menjadi orang yang sedikit tertutup kepada teman-temannya. Jangan tanyakan apa yang menyebabkannya seperti ini karena sudah jelas jawabannya adalah Vega, memang mau siapa lagi?

Abim menatap ponselnya dengan pandangan kosong. Ia salah, harusnya ia ada di saat Vega terpuruk. Tetapi ia hanya bisa memantau gadis itu dari jauh, ia hanya tidak ingin ikut campur urusan Vega karena menurutnya itu adalah hal privasi.

Merasa bersalah akan semua hal, Abim berdiri lelaki itu mengambil jaketnya dan berjalan keluar. Mengabaikan teriakan Gean yang menyuruhnya untuk kembali, karena kali ini tujuannya hanya satu yaitu menghibur Vega. Sebenarnya tadi Abim sangat ingin menonjok Archer, tetapi ia tidak boleh gegabah karena ini juga kemauan Vega. Gadis itu pernah menyuruhnya untuk tidak bermain fisik dengan Archer.

Sepuluh menit, ia sampai di depan rumah Vega. Tetapi rumahnya terlihat kosong dan seperti tak berpenghuni. Abim memberanikan diri untuk masuk ke dalam, bertanya-tanya kepada satpam hingga ia diizinkan untuk masuk ke dalam.

Seorang wanita paruh baya membuka pintu dengan raut dingin hal itu membuat Abim sedikit merasa tidak enak karena menganggu jam istirahat orang lain.

"Permisi Tante, Vega nya ada?" tanya Abim sopan.

Riska tersenyum remeh lalu menatap Abim dari bawah ke atas. "Siapa kamu? Mau BO dia?"

Abim tertegun mendengar pertanyaan Riska yang seperti itu. Lelaki itu lantas menatap Riska dengan pandangan yang sulit diartikan, sudah ia duga jika Vega hidup dalam lingkungan keluarga yang sangat toxic.

Satu fakta tentang Abim, lelaki itu selalu memata-matai keluarga Vega karena ia merasa curiga dengan semuanya, mulai dari Vega yang jarang masuk sekolah hingga saat sekolah gadis itu masuk dalam keadaan sakit ataupun lebam-lebam.

"Maksud Tante?"

"Jangan pura-pura gak tau kamu. Saya tau kamu pasti pelanggannya anak sialan itu kan?" gertak Riska yang sudah merasa kesal.

"Gak seharusnya Tante berbicara seperti itu apalagi Vega anak kandung Tante sendiri," ucap Abim mencoba tenang walau dalam hati ia sangat ingin memaki Riska.

"Jangan sok tau kamu tentang keluarga saya!"

Abim tertawa remeh. "Saya tau semua, apa perlu saya bongkar kepada publik tentang sebenarnya, terutama tentang kematian Om Riyan. " Abim tertawa kecil saat menyadari raut wajah Riska yang tengah ketakutan.

"Kamu menantang saya?!" bentak Riska yang mulai tersulut emosinya.

"Tante maunya gimana?" tawar Abim yang masih mencoba tenang.

"Kamu dikasih Vega apa sampai berani ngancem saya?! Oh Vega ngasih kamu jatah? Iya?!"

"Gak seharusnya Tante berbicara seperti itu. Vega anak kandung Tante, apa pernah Tante peduli sama Vega? Peduli sama kesehatan Vega? Apa pernah Tante peluk dia saat sedih? Tante sadar gak sih, semua yang Tante lakuin itu nyakitin Vega! Tante Riska tau Vega pernah sakit kanker otak? Tante mikir gak sih? Vega sakit keras, tapi semua orang di sekitarnya gak peduli dan meminta Vega agar cepat mati. Saya bingung di mana hati nurani kalian! Kalian itu udah berdosa banget sama Vega! Tante apa gak pernah bayangin rasanya jadi Vega?! Vega sayang Tante, apa pernah Tante anggep dia ada? Jangan keluarin air mata kalau Vega beneran pergi selamanya, karena satu hal yang mungkin akan buat Tante Riska nyesel seumur hidup!" Abim berbicara panjang lebar dengan mata yang sudah berkaca-kaca. Jujur ia sudah kesal lantaran Riska yang selalu menjelek-jelekkan Vega padahal Vega sendiri adalah anak kandungnya.

Mendengar penuturan Abim membuat dada Riska bergemuruh. Apa ia sudah kelewatan? Tapi setiap melihat wajah Vega maka perempuan itu akan selalu gencar menyiksa tanpa ampun. Riska memejamkan matanya karena ia yang tiba-tiba merasa pusing.

Abim hanya melihat sekilas tanpa ada niat untuk membantu hingga akhirnya Riska mencoba berpegangan memegang gagang pintu sembari merintih.

Mendengar suara berisik dari luar membuat Vega berjalan ke arah sumber suara. Gadis itu melihat Riska yang sudah lemas sembari memegang kepalanya dan berpegangan pada gagang pintu. Vega berlari lalu mencoba membantu Riska.

"Bunda kenapa?" tanya Vega lembut. Bukan mendapat jawaban Vega malah didorong dengan keras hingga membuat gadis itu jatuh terduduk. Dengan sigap Abim membantunya berdiri.

"Aku mau bantuin Bunda, Kak," ucap Vega yang masih bersikukuh ingin membantu Riska.

Abim tidak percaya Vega akan mengatakan itu, padahal sudah jelas jika Riska sangat membencinya tetapi Vega malah tidak ada niat sedikitpun untuk membenci bundanya.

"Gak usah sok peduli sama saya!" bentak Riska lalu berjalan tertatih meninggalkan Vega yang sudah berkaca-kaca.

Abim mendekat lalu memeluk Vega memberi kenyamanan, ia menyuruh Vega untuk menangis dan meluapkan emosinya karena Abim tahu Vega tidak sekuat yang kelihatannya. Abim menghapus air mata Vega lembut lalu mengajak Vega untuk duduk di gazebo yang terletak di teras rumah Vega.

"Kak Abim ke mana aja?" tanya Vega parau.

Abim menghilang, bahkan lelaki itu tidak menjenguknya saat ia tengah dirawat di rumah sakit tempo lalu.

"Maaf, gue ada urusan."

"Untung ada dokter Arkan yang hibur aku saat Archer sama Kak Abim gak ada," ucap Vega yang mulai bercerita.

"Arkan? Sepupunya Archer?" tebak Abim yang hanya dijawab anggukan oleh Vega.

Vega memejamkan matanya lalu tersenyum miris. Ia sadar ancaman bundanya tadi siang, ancaman yang membuatnya takut akan nanti malam. Sebenarnya ia ingin memberi tahu hal ini kepada Abim tapi ia tidak mau merepotkan lelaki itu, ia juga tidak mau Alesta salah paham nantinya.

Gelagat aneh dari Vega membuat Abim memicingkan matanya ke arah gadis itu, seperti ada yang disembunyikan tapi Abim memilih untuk diam dan menunggu Vega untuk buka suara.

"Aku mau bicara satu hal sama Kak Abim," ucap Vega membuat Abim menoleh.

"Maaf kalau selama ini aku ada salah. Jagain Alesta ya Kak."

Abim tak suka saat Vega mengatakan hal seperti itu. Gadis itu mengatakan kalimat seakan-akan dia akan mati besok.

"Tanpa lo minta gue juga bakal jaga Alesta. Gue sayang sama dia, lo ngapain ngomong gitu sih?" tanya Abim tak suka.

"Enggak kok, pengen aja. Gak ada yang tau umur Kak."

Abim menegang, benar apa yang dikatakan Vega.

"Aku sayang banget sama Archer. Apa kita gak bisa kayak dulu lagi ya?"

"Bisa, berjuang jangan lupa do'a."

"Tapi aku takut, Kak," ucap Vega.

"Aku takut, karena berjuang itu butuh waktu yang lama. Aku gak bisa jamin kalau bakal berhasil dengan waktu yang singkat."













Tbc

Vote and komen

Jangan sider.

Dh ih lgi g mood:(
Banyak masalah sama doi:v


Vega Aurora

Continue Reading

You'll Also Like

6.5M 276K 59
On Going [Revisi] Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan ya...
4M 310K 51
AGASKAR-ZEYA AFTER MARRIED [[teen romance rate 18+] ASKARAZEY •••••••••••• "Walaupun status kita nggak diungkap secara terang-terangan, tetep aja gue...
387K 660 29
Putri harus melanjutkan kuliahnya di kota, dia memutuskan untuk pergi ke rumah sepupunya. awalnya berjalan baik hingga saat setelah Putri menitipkan...
1M 75.3K 38
Aneta Almeera. Seorang penulis novel legendaris yang harus kehilangan nyawanya karena tertembak oleh polisi yang salah sasaran. Bagaimana jika jiwany...