Daze of Rainbow | The Boyz

By matchacianam

2K 270 29

A part of The Boyz 3rd Anniversary Reading Tour Event 'Wanderlust in Spectrum' The Boyz is a Korean boygroup... More

Wanderlust in Spectrum
Introducing You : The Boyz
The Writers
[1]
[3]

[2]

353 51 11
By matchacianam

CODE O2 : MOON KEVIN

Meeting You


Anak kecil itu terisak, "Hiks. Tolong, jangan bully aku."

Kevin tidak bisa apa-apa selain merasa mengepalkan tangannya dengan apa yang ia lihat di depannya saat ini. Kevin kecil, sosok yang kini terisak di hadapannya. Rasanya ia kembali melihat dirinya sendiri 10 tahun yang lalu. Anak laki-laki yang takut akan kesepian,  seperti 'keberanian' itu membencinya.

Kevin terenyuh kala anak itu berlari melewatinya begitu saja. Ia berbalik dan mendapati dirinya yang lebih muda itu mendekati seekor anjing kecil. Anjing kecil itu sama-sama basah dengannya. Lalu Kevin kecil memeluk anjing itu dan berkata,

"Kamu berbeda. Kamu tidak akan membullyku, kan?" 

'Deg!'

"Ayo kita berteman!"

"Aku tidak perlu berbicara apapun, sepertinya kamu akan memahamiku dengan baik nantinya. Jangan tinggalkan aku ya! Aku tidak pernah memiliki teman sejak lahir, bahkan kedua orang tuaku saja aku tak tau. Aku besar di panti asuhan, tidak ada orang disini yang mau menjadi temanku. Hidup kesepian itu menyakitkan. Makanya, aku harap kamu akan selalu berada di sisiku."

Kevin tersenyum sedih. Kevin kecil begitu menyedihkan. Dalam hati, Kevin bersyukur dapat bertemu dengan saudara-saudara tirinya.


★・・・・・・★・・・・・・★・・・・・・★


Tragedi yang menantinya adalah hal yang paling Kevin benci semasa kecil. Kevin mengepalkan tangannya, mengapa ia harus ingat itu sekarang?

Anjing kesayangannya, satu-satunya teman yang ia punya, mati. Kala hujan deras dan keduanya hanyut di sungai, hanya Kevin yang selamat. Setelahnya semua mulai berubah. Kevin mendapati dirinya bisa mendengar suara pikiran orang lain di sekitarnya. Matanya dapat berubah merah tanpa ia sadari, dan itu menyiksanya.

Kevin mendengarnya keras dan jelas.

"Dia sangat kotor, jorok."

"Ayo jahili dia."

"Aku benci Kevin."

"Kenapa gak ikut mati saja sih?"

Kevin kecil meremat erat rambutnya, rasanya dadanya itu sesak sekali. Ini sangat menyiksa, mendengar ucapan orang-orang itu sangat menyiksa. Tapi Kevin tidak bisa mengucapkan apapun, lidahnya kelu, napasnya tercekat. Ia tidak bisa bernapas.


★・・・・・・★・・・・・・★・・・・・・★


"Hah!" pekik Kevin yang terbangun dengan terengah-engah. Duduk dengan tergesa dan melirik seisi ruang kamarnya yang gelap, hanya ada dirinya disana. Menarik napas dalam, Kevin mencoba untuk menenangkan dirinya sendiri. 

"Jam berapa ini? Juyeon kemana?" tanyanya yang menyadari tidak ada teman sekamarnya di sana.

Kevin membawa dirinya untuk kembali berbaring pada kasurnya. Menatap langit-langit kamarnya dan merasakan matanya yang memanas.

"Kenapa harus mimpi itu?"


★・・・・・・★・・・・・・★・・・・・・★


Kevin kecil lari dari kota, rasanya sesak dan ia tidak dapat bernapas disana.  Berlari melewati tatapan kebencian dari orang-orang, Kevin kecil berlari tanpa arah. Tanpa sadar ia berhenti di tengah hutan yang ia tidak pernah kunjungi sebelumnya.

"Seekor kelinci?" tanya Kevin kecil ketika melihat kelinci putih yang tiba-tiba menghampirinya.

"Ah, jadi merah lagi!" keluhnya sembari menutup kedua matanya.

"Aku terpisah dari keluargaku."

"Jadi begitu, kamu terpisah dari keluargamu, kan?" tanya Kevin pada kelinci putih tadi sembari membawanya untuk digendong.

"Aku...mungkin saja sepertimu."

"Apa maksudmu manusia? Kau harus kembali pada keluargamu!"

Tanpa menghiraukan isi pikiran sang kelinci Kevin kecil membawanya berkeliling mencari keluarga kelinci tersebut.

"Mataku juga merah sepertimu," gumam Kevin kecil sembari tersenyum.

 Tak lama ia mendengar suara dari semak-semak dan mendapati gerombolan kelinci menghampirinya.

"Pasti mereka keluargamu, ya?" tanya Kevin pada kelinci putih tadi.

"Iya! Terimakasih manusia."

"Sama-sama, jangan berkeliaran sendiri lagi ya," balas Kevin sembari menurunkan kelinci itu. Lalu gerombolan kelinci itu pamit dan pergi dari hadapan Kevin kecil. 

'Siapapun, kumohon kemari....'

"Barusan, suara siapa?" 

'Aku selalu sendiri.'

'Aku kesepian, rasanya sepi hidup sendiri.'

'Siapapun...'

Kevin melihat ke sekelilingnya dan matanya terkunci pada sebuah menara. Menara yang terlihat mirip dengan yang ada di buku dongeng, menara yang tidak begitu tinggi namun di sekitarnya ditumbuhi oleh tumbuhan rambat seperti sudah berdiri disana sejak lama.

Kevin berlari ke arah menara itu.


★・・・・・・★・・・・・・★・・・・・・★


Seorang bocah laki-laki yang terlihat sebaya dengannya sedang duduk di atas pagar balkon. Rambutnya hitam, kulitnya putih seputih susu, dan ia terlihat seperti pangeran yang berasal dari buku dongeng.

Tanpa sadar Kevin kecil terus menatapnya dari bawah sana. Merasa diperhatikan, anak laki-laki itu berbalik dan mendapati Kevin yang sedang memperhatikannya, ia terlihat terkejut setengah mati. Bahkan tubuhnya sampai terjatuh ke balkon itu.

"Kamu gak apa?!" tanya Kevin dari bawah sana. 

"Me-menjauh sana! Jangan mendekat ke sini!"

"Eh?"

"Kalau kamu lihat mataku, kamu bisa berubah jadi batu!"

"Jadi batu?"

"I-itulah sebabnya aku harus hidup sendiri! Pergi sana!"

"Kamu..."

'Tolong aku...'

"Yang memanggilku, kamu kan?" 

Kevin berlari lagi, kini ia memberanikan diri untuk berlari masuk ke dalam menara itu. Menaiki setiap tangga untuk menghampirinya. Kevin terengah dan ia menatap Kevin yang dengan beraninya menghampiri, mereka saling bertukar pandang.

"Jangan lihat!" pekiknya sembari menutup kedua matanya.

"Tidak apa! Aku juga sama sepertimu. Aku selalu takut pada orang yang belum pernah kutemui," jelas Kevin lembut.

"Makanya, kamu gausah takut! Em, ayo berteman," ajak Kevin canggung. Tak adanya respon dari lawan bicaranya membuat Kevin tambah merasa canggung.

"A-ah! Ini." Kevin menawarkan sesuatu yang ia bawa.

"Itu apa?" tanyanya dengan polos, Kevin tersenyum ketika ia akhirnya mendapat balasan.

"Ini mp3, ayo dengarkan bersama."


★・・・・・・★・・・・・・★・・・・・・★


Kevin yang menyaksikan adegan di depannya tersenyum, sepertinya bertemu dengannya membuat Kevin menjadi lebih berani. Bertemu dengan orang yang sama dengannya membuat Kevin ingin terus melindunginya. Dia yang dimaksud adalah Hyunjoon. Si anak laki-laki yang menghabiskan hidupnya sendiri di menara tersebut.

"Kak Kevin!" panggil Hyunjoon.

"Eung?" Kevin mendapatkan kesadarannya kembali dan bangun dari tidurnya.

"Udah pagi, aku udah buat sarapan. Yang lain udah nungguin tuh! Nanti mereka kelaparan loh."


★・・・・・・★・・・・・・★・・・・・・★


"Sarapan buatan Hyunjoon memang yang terbaik!" puji Juyeon sembari terus melahap makanan yang ada di atas meja. Hyunjae menatap Juyeon dengan penuh intimidasi.

"Benarkah? Dulu sewaktu aku masih tinggal sendiri, aku belajar masak. Aku pikir tidak akan seenak itu, memangnya enak?"

"Iya," jawab Hyunjae singkat dengan sebuah senyuman terbit di wajahnya. Hyunjoon terlihat sangat antusias.

"Semalam kamu kemana?" tanya Kevin yang kini menatap Juyeon.

"Huh? Kak Juyeon semalam pergi?" tanya Hyunjoon polos.

"Kamu bahkan gak bilang apapun padaku," timpal Hyunjae.

"Hehe. Hanya mencari angin saja," jawab Juyeon dengan seringaian.


END ?


Notes.

Sejauh ini bisa tebak kekuatan apa yang dipunya Hyunjae, Kevin, Hyunjoon?

Continue Reading

You'll Also Like

948K 77.6K 28
Mark dan Jeno kakak beradik yang baru saja berusia 8 dan 7 tahun yang hidup di panti asuhan sejak kecil. Di usia yang masih kecil itu mereka berdua m...
267K 3.2K 77
•Berisi kumpulan cerita delapan belas coret dengan berbagai genre •woozi Harem •mostly soonhoon •open request High Rank 🏅: •1#hoshiseventeen_8/7/2...
179K 28.1K 51
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...
662K 31.9K 38
Alzan Anendra. Pemuda SMA imut nan nakal yang harus menikah dengan seorang CEO karena paksaan orang tuanya. Alzan kira yang akan menikah adalah kakek...