Kutukan Iblis

By cherluvie_

3.9K 719 11

Iblis Castil Tua telah mengutuk anak-anak Ace Villains, menjadikan mereka bukan lagi manusia biasa, melainkan... More

00. Prolog
01. Kutukan yang terlupakan
02. Aktifnya kekuatan
04. Latihan
05. Pengendalian kekuatan

03. Apa tujuan Alleba?

296 118 0
By cherluvie_

-HAPPY READING-

Lyzura menghela napas, menatap tajam semua orang yang ada di ruangan. "Kalian ini gimana sih? Kenapa engga bilang dari awal? Kalian tau, karena kelalaian kalian, anak-anak jadi kena imbasnya!"

"Maaf, Cher. Kita semua niat ngasih tau kamu kalau kondisimu baikan, tapi waktu kamu baikan kita langsung sibuk dengan ujian dan lupa tentang semua itu." Salsa meremas jemarinya, merasa bersalah juga cemas.

Aranika mengangguk setuju, dia juga lupa tentang itu. "Kami pikir kutukan itu cuma gertakan iblis itu aja, kami engga tau kalau itu memang nyata."

"Sejak awal, ada iblis itu aja udah di luar nalar kita, Ra. Jadi kalau iblis itu mengutuk kita, semuanya akan nyata. Itu bukan hanya gertakan biasa." Lyzura menatap kecewa ketiga sahabatnya.

"Kita engga bisa saling nyalahin terus. Lambat laun hal buruk pasti terjadi. Sekarang yang harus kita pikirkan itu bagaimana cara mematahkan kutukan itu." Kezia menengahi. Marah-marah dan menyesali semuanya tidak akan menyelesaikan masalah.

Lyzura terlihat berpikir. Iblis itu makhluk yang sebenarnya mustahil untuk dilihat wujudnya oleh manusia biasa, tapi karena kejadian yang tidak terduga dia dan yang lain masuk ke dalam dunia mereka.

"Kita engga punya tempat buat nanya soal ini." Lyzura berkata lemah.

Rayens mengelus pundak istrinya, dia juga sangat khawatir dengan kejadian buruk yang akan terjadi di masa depan.

"Pecahan batu Liontin Cahaya yang dikasih oleh Zura masih lo pegang, Lyz?" Faisal bertanya. Sebelumnya Lyzura mendapatkan pecahan batu Liontin Cahaya dari Lyzura dunia novel.

Lyzura mengangguk, merogoh sakunya. Pecahan batu Liontin Cahaya itu Lyzura jadikan kalung agar mudah untuk di bawa.

"Lebih baik kalung itu dititipkan ke Ruby. Siapa tau dia juga memiliki darah keturunan ke-42," ucap Faisal menyarankan.

Lyzura memandangi kalung yang terbuat dari batu Liontin Cahaya. "Mustahil Ruby memiliki darah itu. Aku memiliki darah itu karena kekacauan yang terjadi di dunia kaca yang kita masuki."

"Tidak ada salahnya berjaga-jaga, Lyz." Michael menyahut.

"Iya, siapa tau Ruby sama kayak kamu. Engga ada salahnya berjaga-jaga, Cher," kata Salsa menimpali.

Lyzura mengangguk mengerti, dia akan memberikan kalung itu pada Ruby nanti.

"Masih mengherankan, buat apa Alleba ngasih kutukan semacam ini?" Rey mengeluarkan suara. Memulai topik diskusi yang baru.

"Benar. Bukannya waktu itu Alleba mengutuk putra pertama dari Kakek Buku Pusaka dengan kematian, 'kan? Lantas, kenapa kutukan untuk kita berbeda?" Lyzura juga menyadari kejanggalan itu. Apa rencana Alleba hingga memberikan kutukan seperti ini.

"Entahlah. Keris Pusaka juga bakal aku kasih ke Zey, mungkin itu berguna untuk dia suatu saat." Faisal menjawab.

"Keris itu terlalu besar, Fai. Zey bakal nolak." Aranika menyarankan untuk keris itu di buat lebih kecil seperti Liontin Cahaya yang dijadikan kalung.

"Lagipula, keris itu yang penting gagang yang memiliki mantra dari Buku Pusaka, 'kan?" tanya Lyzura. Pada gagang keris, ada robekan mantra dari Buku Pusaka. Oleh karena itu, keris itu bisa menghentikan Alleba.

Faisal mengetuk dagu. Berpikir mungkin dia bisa mengubah bentuk keris itu menjadi pelindung untuk Zey. "Mungkin gelang bakalan lebih mudah di bawa Zey."

"Nah, jadikan gelang." Aranika setuju.

"Baiklah, kita harus mengumpulkan tiap penangkal iblis itu. Berjaga-jaga kalau dia nanti memang bangkit." Lyzura menatap semuanya bergantian.

Rey menarik napas, membuangnya kasar. "Dia ga akan bangkit lagi, Lyz. Dia udah menghabiskan seluruh kekuatan yang dia simpan untuk mengutuk kita. Selama menjadi inang iblis itu, aku udah tau beberapa tentang dia."

"Misal?"

"Dia hanya bisa mengutuk seseorang dengan mengorbankan 80%  kekuatan yang sudah dia kumpulkan sejak lama," jawab Rey.

"Kalau dia memang mengutuk kita semua, seluruh kekuatan yang dia ambil dari nyawa Liona dan Zayyan, juga nyawa beberapa orang lain sebelumnya akan menghilang sepenuhnya, jadi mustahil buat iblis itu bangkit."

Semuanya menyimak dengan jelas ucapan Rey. Mulai menganalisa setiap informasi, dan mencari petunjuk.

"Sebentar, tujuan Alleba mengumpulkan kekuatan sebanyak itu selama di dunia manusia buat apa?" Rayens bertanya. Sangat membingungkan apa tujuan iblis itu yang tiba-tiba datang ke dunia manusia, lalu menjadikan manusia sebagai ternak untuk kekuatannya.

Rey mengangkat kedua bahunya tidak tahu. "Informasi yang aku dapat masih kurang. Memang sejak lama Alleba mempercayaiku sebagai inang iblis, tapi dia tidak pernah membocorkan tujuan utamanya. Dia cuma mengatakan dia butuh nyawa manusia untuk kekuatannya."

"Apa Alleba bersiap untuk melawan sesuatu yang lebih mengerikan darinya?" tanya Kezia cemas.

"Boleh jadi itu benar. Dia lari ke dunia kita buat mengumpulkan kekuatan untuk perang dengan sesuatu yang lebih kuat darinya." Salsa menjawab dengan napas tercekat. Jika memang benar seperti itu, sepertinya akan ada bahaya.

Lyzura semakin khawatir mendengar itu. "Kalau gitu, yang bahaya pasti anak-anak. Aku takut mereka dijadikan senjata oleh Alleba."

"Tenang, Cher. Kita engga boleh gegabah, kita harus berpikiran positif." Aranika mencoba menenangkan.

"Gimana aku bisa tenang, Ra? Kalau Alleba sampai keluar dari dunia bawah hanya karena untuk mencari kekuatan dari manusia, yang notabenenya lebih lemah dari iblis itu sendiri, artinya memang ada hal yang menakutkan." Lyzura menggigit bibirnya cemas.

"Oke, tenang. Kita ga akan ketemu jawaban kalau panik gini." Michael selaku yang paling dewasa dari mereka melakukan perannya. Harus membimbing mereka.

Rayens mengangguk setuju. "Apa pun yang terjadi kita pasti bisa melindungi anak-anak. Mereka engga selemah itu, mereka anak-anak kita. Kita pernah sekali berhasil melawan iblis, dan pasti berhasil lagi kalau memang lawannya iblis lagi."

-next gen-

Anak-anak berkumpul di kamar Zey. Duduk melingkar di lantai. Mereka berempat juga masih kebingungan dengan apa yang baru saja terjadi.

Mental mereka bisa saja terganggu jika kekuatan itu tiba-tiba melukai orang sekitar seperti Gama yang tiba-tiba mengeluarkan api dan melukai tangan Ruby. Untungnya Kara bisa menyembuhkan itu.

Kara menggenggam erat tangan Ruby yang masih sedikit sesenggukan karena menangis tadi. "Tangan kamu tidak sakit lagi, 'kan, Biu?"

Ruby menggeleng pelan, mencoba tersenyum pada Kara. "Aku baik-baik aja, Ra. Terimakasih karena menyembuhkanku."

Kara menundukkan kepala. "Aku tidak tahu kalau aku bisa menyembuhkan kamu seperti itu, apa para Dokter melakukan seperti itu juga?"

"Jangan bodoh, Kara." Gama mendengus. "Sudah jelas tidak ada Dokter yang mengobati orang-orang dengan cara sepertimu."

"Lalu? Bagaimana aku bisa ...?"

"Mana ku tahu!" jawab Gama geram. Dia juga bingung bagaimana tangannya mengeluarkan api dan melukai Ruby.

Zey menghela napas, semua orang termasuk dirinya juga bingung. "Menurut kalian kenapa kita bisa mengeluarkan kekuatan seperti itu?"

"Jangan tanya padaku, aku hanya seorang anak kecil berusia 5 tahun." Ruby menggeleng, dia tidak tertarik membahas hal memusingkan seperti ini.

"Mungkin kita superhero seperti di kartun?" sahut Gama semangat. Dia teringat kartun favoritnya dulu, di mana tokoh utama memiliki kekuatan seperti mereka sekarang.

Zey menatap malas Gama, melemparnya dengan mainan. "Ini jelas tidak ada hubungannya dengan kartun."

"Tapi, Zey. Kenapa Mami dan Papi, juga Tante dan Paman terlihat sangat cemas? Apa hal buruk terjadi pada kita?" Kara bertanya dengan mata berkaca-kaca. Dia sangat takut.

Zey menunduk dia juga tidak tahu kenapa ayah dan ibunya terlihat cemas. Jika alasannya karena terkejut melihat mereka memiliki kekuatan mungkin itu masuk akal, tapi entah mengapa Zey merasa ada hal lain yang disembunyikan para orang dewasa.

"Jangan ganggu aku, Gama! Aku tidak tertarik denganmu!" Ruby tiba-tiba membentak Gama yang terus mengekor pada langkahnya.

Gama membalas tatapan tak bersahabat Ruby. "Kamu seharusnya duduk bersama kami di lantai! Bukannya pergi main sendirian!" Tangannya dengan kasar merampas mainan dari Ruby.

"Aku tidak ingin memikirkan hal yang menyebalkan seperti itu!" pekik Ruby yang ikut menarik mainannya.

"Hei, tidak adil! Kami juga memikirkan kenapa kamu bisa membekukan air! Seharusnya kamu juga ikut membantu!" Gama masih bersikeras untuk memerintah Ruby kembali duduk bersama Kara dan Zey.

Ruby menatap jengkel Gama. "Apa yang harus dibantu! Aku bisa membekukan air anggap saja aku sepupu dari kulkas! Dan kamu bisa mengeluarkan api karena sepupu dari kompor!"

"Dasar otak udang!" Gama menyergah kesal, melepaskan mainan itu hingga Ruby terjatuh ke lantai karena tidak tahu Gama akan tiba-tiba melepasnya.

Ruby meringis, mengelus bokongnya. "Jangan menyebutku sebagai otak udang! Aku lebih pintar darimu!"

"Terserah kau saja, Gadis Manja!" Gama memilih keluar dari kamar. Enggan satu ruangan dengan Ruby.

Zey menghela napas. "Kapan kalian akan akur?"

Kara berdiri membantu Ruby yang masih menggerutu pada Gama meski sudah tidak ada dalam pandangannya.

-TO BE CONTINUE-

Update lagi nih! Buat extra part dari Anolire mungkin pertengahan Februari ya.

Continue Reading

You'll Also Like

3.2M 262K 62
⚠️ BL Karena saking nakal, urakan, bandel, susah diatur, bangornya Sepa Abimanyu, ngebuat emaknya udah gak tahan lagi. Akhirnya dia di masukin ke sek...
3.8M 297K 49
AGASKAR-ZEYA AFTER MARRIED [[teen romance rate 18+] ASKARAZEY •••••••••••• "Walaupun status kita nggak diungkap secara terang-terangan, tetep aja gue...
4K 155 27
Menceritakan Pertemuan Boboiboy dengan Upin & Ipin Lalu Dengan Adit Hanya Boleh dibaca oleh : 10 tahun keatas
287 105 17
"Kak Laryn, aku suka sama El." Solaryn, gadis bernama indah yang bermakna mentari serta penyuka warna kuning itu, harus menjalani hidup yang sangat b...