Mencintai Istriku Sepenuh Hati

Od Rozen91_

9.6K 1.1K 340

Draco Malfoy meninggal secara tragis dan menjadikan istrinya seorang janda. Seorang janda Malfoy yang kaya ra... Více

prologue
Cinta Hermione
Rencana Draco
Campur Tangan Pansy
Mengatasi Gosip
Lawan-lawan Draco Malfoy
Seseorang yang Tak Bisa Dicintai
Kemunculan yang Tak Disangka-sangka
Malam yang Bergetar
Tak Tergoyahkan
I am ready, but are you?
the secretive smile of a rose
Harapan Berwarna Putih
Seseorang yang Bergerak di Belakang Layar
A Woman Called Hermione Malfoy

Pertanda yang Jelas

474 57 42
Od Rozen91_

 Akan kuceritakan satu hal yang menjadi alasan penting kenapa pernikahan ini bertahan selama 8 tahun.

Aku... aku enggan mengingat bagian kehidupanku yang ini....

Banyak hal yang menyakitkan... mungkin saja... tapi tidak sebanding dengan apa yang dialami Hermione.

Aku merasa sangat bersalah. Kesalahanku. Semua karena kecerobohanku.

Di tahun kelima pernikahan kami, Hermione.... dia hamil anakku lalu....

Lalu keguguran.

Di kehidupan kedua ini, aku mengancam Hermione dengan masalah keturunan, tetapi sebenarnya aku tahu siapa yang paling takut jika Hermione benar-benar hamil anakku nantinya.

Ketakutanku tidak terkira.

Aku mungkin akan menjambak habis semua helai rambut di kepalaku jika melihat Hermione mengelus perutnya yang membuncit. Aku trauma atas kemungkinan buruk yang terjadi ke depannya. Mungkin tidak akan terjadi sekarang karena aku masih bisa mencegahnya, tetapi tetap saja mimpi buruk tentang hal itu terus menghantuiku.

Tanganku gemetar dan skenario mengerikan berkeliaran di kepalaku, membayangkan musibah macam apa yang tak akan bisa dihentikan oleh tangan yang gemetar ini.

Aku...

Aku tidak akan mengulangi kesalahan di kehidupanku yang pertama.

Hermione tidak akan pernah kusentuh, apalagi sampai mengandung anak dariku!

Akan tetapi, aku tahu.... di dalam lubuk hati yang terdalam, terpendam sebuah keinginan yang tak pernah padam.

Terasa dalam setiap tatapan yang kulayangkan pada langit malam di bulan September. Begitu nostalgik kejadian yang sudah lama itu.

Tentang seorang anak yang meninggal di dalam kandungan.

Tak sempat merasakan kehangatan dan cinta yang menunggunya di dunia yang luas ini.

Kerinduan akan dirinya kusimpan di dalam sebuah kotak berwarna putih di hati yang berjeruji.

Tidak akan lagi kugali.

Biarkan aku menyimpan memorinya sebagai tanda mata yang tak ternilai.

Di kehidupan kedua ini aku mengucapkan selamat tinggal pada kotak putih itu.

Hingga tampaklah Hermione yang mendekap bayi Blaise dan Luna di dadanya, tersenyum begitu lembut dan diselimuti aura keibuaan.

Sebuah kotak putih digali dan dicongkel terbuka.

Meninggalkanku dalam nestapa.

Kekosongan yang amat dalam.

Air mataku pun tumpah bagai air bah.

xxxx

.

.

Mencintai Istriku Sepenuh Hati

itu Tidak Mungkin

©Rozen91

Harry Potter © J.K. Rowling

.

****

xxxx

.

.

Di permulaan bulan Februari, es-es masih mengeras di kuseng jendela. Lapisan tipisnya menutupi kaca di bagian luar. Di hari yang dingin itu istriku tiba-tiba diserang penyakit hingga mukanya memucat dan ia terbaring lemah di tempat tidur.

Mendengar berita itu kakiku ikut membeku di lantai. Kurasakan dingin dan trauma mencengkeram jantungku dengan cakarnya yang tajam. Hermione pernah koma selama 2 tahun. Dia berhasil siuman lalu apalagi sekarang!? Penyakit aneh darimana!? Apa ini kutukan yang lolos masuk ke manor tanpa sepengetahuanku?

Yang ada dalam benakku pada saat itu hanyalah segala sesuatu yang mendung dan berwarna hitam.

Hingga peri rumah yang kulewati melihatku dengan mata berbinar-binar serta mengucapkan 'selamat, master!' dengan begitu riang. Kukerutkan alis tidak mengerti. Kemudian peri rumah membuka pintu kamar Hermione.

Healer Meadow berdiri di samping ranjang, memandang dengan senyum tipis. Meraih tanganku dan menjabatnya. "Selamat, Mr. Malfoy—" Mataku bergulir pada wanita yang duduk di atas tempat tidur, wajahnya tertunduk, sementara healer Meadow melanjutkan, "—istri Anda tengah mengandung."

Bersamaan kata itu tercerna di kepalaku, Hermione perlahan mengangkat wajah. Bibir merah muda menyunggingkan senyum. Penuh rasa syukur, dengan wajah hampir menangis ia menambahkan, "Anak kita berdua, Draco."

—Seakan ia tahu keraguanku tentang siapa ayah dari janin di perutnya itu.

Sesuatu hancur dan reruntuhan harga diri jatuh menimpa pundakku dengan beratnya. Aku tidak bisa menjaga janji untuk tidak menyentuh seseorang yang bukan milikku. Tak diragukan lagi, slogan Lelaki Bejat memang cocok untuk dipasang di keningku.

Bunga berwarna putih yang seharusnya dilihat dari jauh....aku telah memandangnya dengan mata yang rakus dan menjulurkan kedua tangan yang tamak. Berani menodainya.

Hermione terlihat bahagia karena dia tidak tahu apa yang sebenarnya bisa ia dapatkan. Lebih dariku, padahal ia bisa mengandung anak pria yang ia cintai!

Semua ini salahku! Aku...aku...bajingan!

Lebih dari dua bulan lamanya aku mengutuk diriku sendiri. Tanpa terasa waktu bergerak maju, saat sadar sudah ada gundukan di perut Hermione. Dan kini semuanya menjadi terasa benar-benar nyata.

Hermione sedang hamil. Dan yang ada di kandungannya saat ini adalah anak kami berdua. Darah dagingku.

Rasa bersalah yang menggerogoti hati, sejujurnya di baliknya ada rasa bahagia dan antisipasi yang menunggu kelahiran buah hatiku dan Hermione. Aku tak berani menyelami perasaan itu karena itu artinya tidak adil pada Hermione yang malang. Dia harus menderita karena mengandung anakku, bukannya anak Weasley. Ini sama saja menari di atas penderitaannya.

Aku memang bajingan tapi aku tak ingin menjadi bajingan ketika Hermione sedang bersedih.

Karena itu, aku memperbaiki sikapku dan memenuhi seluruh keinginannya tanpa terkecuali. Bagaikan sedang menebus dosa. Hermione yang tak sengaja menangkap ekspresi bersalahku mungkin tahu penyebab perubahan sikapku. Dia tidak mengomentarinya. Masih dengan topeng istri idealnya, dia memandangku dengan mata melengkung dan senyum kecil yang amat lembut.

Entah kenapa, seorang wanita tampak berkali-kali lipat lebih cantik dan lembut ketika sedang hamil.

Aku terkesima melihatnya dari jauh.

Tak mampu berkata apa-apa. Kecuali hanya memandangnya dengan tampang bodoh seperti orang yang baru jatuh cinta. Dia menoleh padaku dengan senyum brilian yang begitu cerah. Dan reaksiku tak cukup cepat, kupalingkan muka bersikap seolah tidak melototinya seperti orang haus dari tadi.

Seorang wanita tertawa dengan suara gemerincing bel di hari yang panas.

Pasti karena matanya berhasil menangkap warna merah di pipiku.

Pada suatu malam Hermione menangis tersedu-sedu di kamarnya. Peri rumah membangunkanku. Aku masih setengah sadar saat buru-buru kupakai jubah tidurku dan berlari dengan kaki telanjang ke kamar Hermione.

Pintu kamarnya terbuka dan kini bisa kudengar suaranya. Amat memilukan, terdengar seperti seseorang yang baru saja diperlakukan tidak adil oleh seluruh dunia. Ia duduk di tepi ranjang, menangis dengan butir-butir air mata yang besar-besar. Segera aku melesat, langsung berlutut di hadapannya. Mendongak untuk melihat wajahnya lebih dekat.

"Ada apa!? Kenapa kau menangis? Ada yang sakit? Dimana sakitnya?" Aku tidak tahu apa-apa tentang wanita hamil! Memangnya apa yang bisa kulakukan!? Aku mengutuk kebodohanku. Kepegang erat kedua lengan Hermione, meyakinkannya bahwa semua akan baik-baik saja. "Aku akan memanggil Healer Meadow, dia akan datang secepatnya. Etler! Ambilkan—"

10 Jari tangan yang lebih kurus dariku melingkari tanganku. Sekilas aku merasa seperti masuk ke dalam jebakan, tapi kurasa itu hanya perasaanku saja.

Sepasang permata hazel yang berkaca-kaca melihat ke atas, dan membuat nafasku terhenti di tenggorokan.

"Draco," bisik Hermione, "aku tidak tahu apa yang terjadi. Aku tidak bisa menahan air mataku." Sebagai bukti, air matanya kembali keluar seperti air mancur.

Perasaanku cukup rumit tentang apakah aku harus melepaskan pegangannya atau tidak. Akhirnya kubiarkan saja dia menyentuhku. Kubalik badanku kembali ke arahnya. "Bagaimana perasaanmu?"

"Aku kedinginan...tiba-tiba saja aku merasa sangat sendirian. Draco, apa yang harus kulakukan? Aku tidak ingin sendirian."

"Emosi istri anda akan menjadi tidak st abil. Ikuti saja apapun yang ia minta."—peringatan healer Meadow terngiang di telingaku. Kuteguk ludah karena aku tahu tiada yang bisa menemaninya selain aku di manor ini.

"Aku akan—"

Draco Malfoy! Apa kau gila!?

Mulutku masih terbuka namun suaraku menghilang. Aku yang masih bisa berpikir jernih ini tak mungkin mampu melanjutkan kata-kataku.

Apa aku benar-benar berpikir akan menghabiskan malamku di kamar ini!? Bersama Hermione!? Tidur di ranjang yang sama dan mungkin akan berpelukan—

Rahangku mengeras. Mataku mengerjap-ngerjap. Konflik batin membuat kepalaku panas akan hal-hal berdosa yang dibisiki setan di telingaku.

"Draco?" Hermione memanggil, menarik tangan dan perhatianku padanya.

"W-well," kubasahi bibirku, mencoba bersikap normal, "Aku akan menemanimu ...di sini, um, kalau kau tidak keberatan."

Hermione, pasti karena pengaruh hormon wanita hamil, memiringkan kepala dan tersenyum penuh terima kasih.

Keesokan paginya aku mengedipkan kedua mataku yang merah karena tak dapat terpejam semalam suntuk.

Aku....

Aku berhasil menahan diri!

Walaupun tak dapat tidur, aku senang dengan unjuk diri ini. Aku berhasil membuktikan bahwa pria dewasa yang bisa mengontrol diri! Bahkan saat tangan Hermione mendarat di dadaku tengah malam tadi! Entah kenapa aku merasa girang atas pencapaian ini.

Berbeda dengan wanita hamil di sampingku, yang entah mimpi buruk macam apa singgah di tidurnya.

Saat Hermione bangun, suasana hatinya tampak amat kesal. Dia berteriak jengkel dan berusaha menendangku jatuh dari ranjang. Aku tidak tahu apa yang membuat moodnya berubah lagi. Mungkin ini hormon tak stabil yang dikatakan Healer Meadow.

Di pintu aku menatap punggungnya pahit.

Mungkin dia lupa tadi malam dia memintaku tidur bersamanya. Aku tidak melakukan apa-apa, tetapi dalam pikirannya aku pasti sudah ditempel label 'si-bejat-yang-tak-tahu-diri'.

xxx

Ketika kehamilan Hermione telah memasuki semester akhir, jantung berdegup kencang tiap kali melihatnya.

Ah, s ebentar lagi akan tiba waktunya. Aku benar-benar akan menjadi seorang ayah.

Lalu kutampar pipiku untuk meyakinkanku bahwa ini bukanlah mimpi.

Aku menunggu dengan sabar. Menjaganya dari jauh. Memandangnya sembunyi-sembunyi. Hermione, aku tidak akan membiarkan hal buruk terjadi padamu.

Sangat konyol, ya? Berjanji seperti itu....seakan-akan dunia berada di telapak tanganku dan aku bisa mengendalikannya sesuka hati. Padahal tidak seperti itu. Aku hanyalah manusia bodoh yang suka berharap terlalu banyak. Memikul semua harapan itu di atas jembatan gantung yang berayun ke sana kemari. Pada akhirnya aku terjatuh. Bersama harapan-harapan itu luluh lantak di dasar jurang.

Tak ada yang bisa tersenyum di hari ke delapan bulan Mei yang amat panas.

Penyembuh yang menangani Hermione hanya bisa menggelengkan kepala dan mengucapkan belasungkawa. Aku terpaku dan tak mampu bernafas. Kegelapan menelanku hidup-hidup. Keheningan merajai pikiranku.

Aku berjalan keluar dari St. Mungo seperti mayat hidup. Entah kemana kaki ini membawaku tanpa tujuan. Tahu-tahu aku sudah duduk di sebuah bangku taman, melihat anak-anak kecil bermain penuh semangat.

Nafasku tercekat.

Dadaku sesak.

Rasa perih menghantamkan mataku.

Baru saja kusadari apa yang telah terjadi di hari ini.

Anak laki-lakiku telah meninggal dunia.

Oh Tuhan....dia masih sangat kecil...

aku belum sempat menyebut namanya....memikirkan nama untuknya saja belum apalagi untuk memanggilnya...

Kutundukkan kepala. Menggigit bibir hingga sobek. Cairan hangat jatuh di punggung tanganku.

....Hari terburuk.

Ini adalah pertanda yang nyata.

Aku tidak akan menantang takdir untuk kedua kalinya.

Karena itu...biarkan Hermione melewati musibah ini...dengan mulus...

3 hari berkabung, di suatu sore Hermione akhirnya kembali ke Manor Malfoy. Aku berbaring di ranjang dan menatap langit-langit dengan pandangan kosong. Tak memberi tanggapan ketika peri rumah memberitahukan kedatangannya.

Bayangan Pross yang sudah tewas, ilusi tentang peri rumah yang sok ngatur dan sarkastik, muncul di samping ranjangku. Kubalikkan badan saat mendengar ilusi itu bersuara seperti saat ia masih hidup dulu. Aku memunggungi Pross dan semua alasan-alasan kenapa aku harus turun untuk menyambut istriku dengan hangat.

"Pross," selaku. Awan-awan putih di langit biru berjalan perlahan. Di dunia yang luas ini, dimana mereka akan berhenti? Mungkin aku harus mengambil pelajaran dari perjalanan awan, terus berjalan maju, pelan tapi pasti. Lalu menghilang seolah tak pernah ada. Dan tak seorangpun bertanya-tanya apa yang terjadi padanya.

"Master?" panggil Pross lirih. Aku bisa membayangkan kekhawatirannya.

Kupejamkan mata.

Aku...memutuskan akan hidup seperti awan itu. Mulai sekarang.

"Pross. Kau sudah lama hidup di manor ini, melihat pertumbuhanku dari kecil sampai dewasa. Aku tahu kau ingin melihatku bahagia. Aku menghargainya. Tetapi Hermione tidak cocok berada di sisiku. Pertarungan keji di komunitas penyihir pureblood akan menghancurkannya. Karena itu, Pross, kuingin kau bersabar. Hermione..." Aku terdiam sejenak, tak tahu harus mengatakan apa tentangnya. Kuhela nafas panjang, "penuhi kebutuhannya. Buat dia nyaman." Sampai aku memutuskan waktu yang tepat untuk kami berpisah...

Aku terdiam sejenak. Merasa aneh dan ingin tertawa.

Kalau Pross ada di sini, siapa dulu yang bersimbah darah tewas di depan pintu kamar belajarku?

Lalu Pross bertanya, "Tuan akan menceraikan Nyonya Hermione?" Ada kesan 'aku tak habis pikir apa yang tuan kecil ini bicarakan!' di nada suaranya. Tentu saja dia berpikir begitu. Hermione baru saja kehilangan bayinya dan aku malah hendak menceraikannya. Jika aku yang jadi dia, maka aku akan menonjok muka si pembicara tadi.

"Heh," aku tertawa, meliriknya dari ujung mataku, "itu sudah jelas, 'kan--"

Aku terdiam. Lupa kalau sejak tadi aku sedang bicara sendiri. Aku sudah gila, ya?

Entah kenapa sudut bibirku melengkung ke atas walau hatiku terasa hampa.

Pross, aku akan menceraikan wanita yang kau puji-puji sebagai nyonya Malfoy terbaik.

Inilah...

Inilah penebusan dosaku....karena telah membuat wanita yang baik hati itu mengalami pengalaman yang menyakitkan.

Rasa sakit ini...

Aku pantas mendapatkannya.

xxx

Sebuah keyakinan yang masih kubawa bersamaku,

bahkan sampai di kehidupan kedua ini.

xxx

Aku terombang-ambing antara sadar dan tidak sadar. Pada suatu waktu, kesadaranku kembali dan aku melihat Hermione berbalut jubah tidur duduk di kursi di dekat ranjangku. Tampak cemas saat aku hanya menatapnya tanpa berkedip dan tak bicara apa-apa.

Kenapa begitu sabar menghadapiku?

Kenapa Hermione sangat baik padaku?

Tolong jangan lakukan ini. Hatiku melemah tiap kali disinari oleh cahayamu yang hangat. Kalau terus begini, aku khawatir harapanku akan makin besar dan.....dan sesuatu di dalam diriku tentu saja akan berubah. Aku akan mengurungmu dan menyakitimu dengan cintaku.

Hermione, kau tidak memahami monster yang telah kau nikahi ini.

Tanpa sadar tanganku bergerak. Terulur kepadanya yang menatap keheranan. Hendak menyentuh pipi yang putih. Aku tidak mungkin melakukan ini di dunia nyata.

Ini hanyalah mimpi.

Jari-jari yang dingin menangkup pipi yang hangat dan memerah.

Keterkejutan di wajah cantik Hermione terlihat amat lucu. Tak tahan, aku pun tersenyum.

"Kau ingin punya anak, Hermione?"

Sepasang mata hazel melebar. Apakah itu harapan yang kulihat bersinar di sana? 

Kasihan sekali.....

"Aku juga ingin memiliki anak. Tetapi tidak bisa dari dirimu. Kau harus pergi dan kembali ke tempatmu yang semula. Di sanalah," aku mendesah, mendadak diterpa rasa sedih, "hanya di sana kau bisa bahagia."

Kasihan sekali aku ini, tidak bisa menjadi pria yang mengabulkan harapanmu.

Kupejamkan mata dengan perlahan. Di saat itu kurasakan seseorang menahan tanganku yang hendak kutarik kembali. Ujung-ujung jariku basah oleh sesuatu yang tidak kupahami. Di dalam kegelapan seseorang terisak.

Suara yang amat kukenal.

Aku ingin tertawa, mengejek diri sendiri.

Sudah kubilang 'kan?

Aku hanya bisa membuatmu menangis.

xxx

Pross, peri rumah yang amat setia pada keluarga Malfoy—terutama pada sang Tuan yang sekarang, menundukkan kepala dan membisu seperti patung. Baru setelah Hermione Malfoy berlalu peri rumah itu mengangkat kepalanya, memandang punggung sang nyonya. Ekspresi Pross tampak rumit. Ia tak tahu apa yang terjadi di dalam kamar sang Tuan, tetapi itu mungkin bukan sesuatu yang bagus.

Pross menghela nafas.

Master Draco masih belum dewasa. Dia tidak mengerti perasaan wanita. Apa jadinya kalau Pross tidak ada di samping tuan muda Draco!? Pasti manor ini akan dipenuhi hama dan Master tak akan tahu bentuk asli mereka seperti apa. Pross menggelengkan kepalanya seraya bergumam. Selagi berjinjit meraih handle pintu, ia meratapi nasib malang tuannya.

Peri-peri rumah yang biasanya bekerja cepat tanpa menunjukkan wujud tampak tengah berkumpul di depan lobi mini yang satu koridornya menuju kamar dan ruang belajar Draco, sementara satunya menuju arah tangga utama ke lantai dasar—Para peri rumah berada di lorong yang terakhir. Menantikan saat Pross akan datang dengan kabar baik mengenai keadaan master mereka.

Sosok manusia yang berjalan dengan langkah tegas seperti prajurit membuat mengereka mengerutkan kening. Benarkah orang yang berjalan dengan cara demikian itu adalah Nyonya manor yang lembut bagaikan setangkai bunga lily tertiup angin?

Karena wanita itu melangkah seperti sapu terbang Firebolt yang meluncur tanpa rem, para peri rumah takut tersambar—mereka berhamburan menghilang dan lari bersembunyi.

klak-klak-klak.

Sepatu Hermione Malfoy bertemu dengan lantai marmer tiap setengah detik. Air mata masih menganak sungai di seraut wajah tanpa ekspresi. Tak memedulikan apa yang baru saja terjadi. Tak mendengar keributan ataupun bisik-bisik.

Yang mendiami pikirannya saat ini hanyalah ucapan yang setengah sadar Draco katakan padanya. Menyentuh pipinya dengan lembut lalu menikamnya tanpa ampun. Sekalipun Hermione menganggap dirinya tangguh dan pandai, tentu saja di saat yang tak terkira, ia tak mampu menahan belati itu.

Hatinya disayat dan rasanya amat menyakitkan.

Aku tidak suka ini.

Air mata yang jatuh terus-menerus, tak tertahankan. Aku tak pernah menyukainya.

Banyak orang mengira hatiku tak mudah disakiti karena aku cukup pandai untuk menangkis serangan mereka. Aku akan tersenyum dan merasa menang.

Tetapi, Draco, aku sudah sering kali menunjukkan air mata ini di hadapanmu.

Apa kau masih berani berpikiran sama seperti orang-orang di luar sana?

Bahwa aku kuat!? Tak gentar!? Hermione yang oh tahu segala hal dan tak mudah dijatuhkan!?

Sudah berapa kali kau membuatku tak berdaya seperti ini!?

Kenapa kau tak bisa enyahkan asumsi tololmu itu dan biarkan aku yang mengurus semuanya!!!?

TAK BERGUNA!

Apa kau pikir setelah berhasil sampai ke posisi ini, aku akan membiarkanmu menceraikanku begitu saja?

Draco...Draco...

Oh, darling....

"Jangan mimpi," desis wanita itu, tersenyum dingin untuk pertama kalinya. Biarpun air mata masih meleleh di pipinya. Kesedihannya telah tergantikan oleh sesuatu yang hanya ada pada Hermione Granger:

Ambisi.

_bersambung_

Pokračovat ve čtení

Mohlo by se ti líbit

132K 10.2K 88
Kisah fiksi mengenai kehidupan pernikahan seorang Mayor Teddy, Abdi Negara. Yang menikahi seseorang demi memenuhi keinginan keluarganya dan meneruska...
487K 5.1K 87
•Berisi kumpulan cerita delapan belas coret dengan berbagai genre •woozi Harem •mostly soonhoon •open request High Rank 🏅: •1#hoshiseventeen_8/7/2...
334K 27.7K 39
"I think ... I like you." - Kathrina. "You make me hate you the most." - Gita. Pernahkah kalian membayangkan kehidupan kalian yang mulanya sederhana...
67.2K 6K 48
Sebuah cerita Alternate Universe dari tokoh jebolan idol yang banyak di shipper-kan.. Salma-Rony Bercerita mengenai sebuah kasus masa lalu yang diker...