***
Mataku terbuka lebar karena terkejut.
'Nama almarhum Duchess!'
Aku juga mengambil cincin di sebelahnya. Seperti dugaanku, ada nama yang terukir disana.
'Theodo...'
Namun kemudian,
"Theodore."
Sebuah suara datang dari pintu sebelum aku selesai membaca nama di cincin itu.
Seorang wanita sedang bersandar di kusen pintu dengan tangan terlipat menatapku kemudian bersuara,
"Siapa kamu, kenapa kamu di kamarku?"
Dia memiliki mata biru jernih yang merupakan simbol Dubblede.
Aku tahu orang yang memiliki penampilan yang begitu cantik dan suara rendah namun manis sehingga semua orang yang melewatinya berbalik kearahnya setidaknya sekali.
Ya dia bibiku, Javelin Ariage.
"Kenapa kamu membaca surat Risette di kamarku?"
Ini kamar Javelin?
Aku hampir melompat karena terkejut, aku tidak datang kesini dengan sengaja.
Tempat ini terlalu sempit dan kumuh bagi saudara Duke yang bertanggung jawab atas mansion. Aku tidak pernah mengira bahwa ini kamar Javelin.
"Maaf, aku tadi-"
Aku baru saja akan memberikan jawaban.
"Rasakan ini!"
Bersamaan dengan suara Isaac, belati itu mendatangiku. Javelin berbalik dengan ringan dan menangkap belati di antara jari telunjuk dan jari tengahnya.
"Kamu seharusnya menyembunyikan keberadaanmu jika kamu ingin mengenaiku dari belakang."
Isaac yang mendekati Javelin sambil menyeringai, melihat aku di dalam ruangan lalu matanya terbelalak.
"Dik!!"
Dia bergegas dan menatapku dengan tergesa-gesa.
"Aku tidak tahu kamu ada di sini. Kamu tidak terluka kan?"
"Aku menghentikan belatimu, jadi bocah itu tidak akan terluka."
Saat Javelin berbicara dengan suara pelan, Isaac berteriak.
"Anak ini sangat rapuh dan memiliki hati selembut kapas. Lebih ramah padanya!"
Javelin mengernyit dan rasanya aku ingin bersembunyi di lubang tikus.
Isaac mengerutkan kening dan berkata,
"Apa yang kau lakukan? Apakah kau menindas anak kecil ini?"
"Tidak! Tidak!"
Aku dengan cepat memegang Isaac.
Bahkan jika itu adalah kesalahpahaman, memang kesalahanku karena seenaknya memasuki kamar orang lain. Aku seharusnya memeriksa kamar Javelin terlebih dahulu. Aku tidak tahu dia akan menggunakan kamar sempit tanpa jendela.
Aku berdiri dan mendekati Javelin.
"Namaku Leblaine Risett-"
"Anak takdir."
Dia hanya menatapku dan tidak berkata apa-apa.
Dia tidak mudah bergaul, dan bersikap dingin terhadap orang lain. Dia bahkan tidak menjawab sapaan orang-orang, jadi beberapa orang enggan menyapanya.
"Nona kecil."
Lea datang menemuiku.
"Anda disini rupanya."
"Ada apa, Lea?"
"Ini waktunya makan."
Lea yang berdiri sambil tersenyum, membungkuk ke Javelin.
Javelin menatapnya dan mengendurkan lipatan tangannya.
"Kapan kau akan menjadi milikku?"
Saat dia mengatakan itu, dia dengan pelan mengangkat dagu Lea dengan jari telunjuknya.
Para pelayan yang datang bersama Lea tersipu dan tampak linglung.
Dia memiliki kepribadian yang dingin, tapi dia sangat populer di kalangan wanita daripada pria.
Yah masalahnya-
Para gadis jatuh cinta pada Javelin.
Seorang wanita muda melambai-lambaikan sapu tangan sambil berteriak "Tolong miliki saya juga!"
Kapten pengawal Permaisuri dan kapten batalion kuda putih, satu unit ksatria wanita.
-Javelin Ariage.
Lea tersenyum.
"Lelucon Anda terlalu berlebihan."
"Kamu tidak tersipu, tidak seru."
Dengan tangan disilangkan lagi, dia pergi ke kamarnya dan menutup pintu.
"Ayo pergi, nona kecil? Yang Mulia sedang menunggu."
"Iya."
Aku menganggukkan kepalaku dan memegang tangan Lea.
Saat aku masuk ke ruang makan, ayah dan Henry duduk sambil saling berhadapan. Isaac, yang mengikutiku, duduk dan menyuruhku duduk di sebelahnya.
Makan tidak dimulai sampai aku duduk.
Isaac membawa cangkir susu kepadaku dan berkata,
"Bibi ada di sini."
Henry yang memotong dan menaruh daging di piringku menjawab,
"Bibi?"
"Ya, dia bersama Leblaine tadi."
"Apakah semua baik-baik saja?"
Aku mengangguk pada kata-kata Henry.
"Dia hanya bertanya siapa aku, aku pergi ke kamarnya karena aku tidak tahu itu kamarnya."
"Ya, ruangan itu pantas untuk disalahpahami."
Henry membelai kepalaku, tampak menyesal karena tidak memberitahuku sebelumnya.
"Dik, bibiku adalah orang yang sangat menakutkan. Jika kamu tidak berhati-hati..."
Dan Isaac menggerakkan tangannya secara horizontal ke lehernya, aku tersentak dan memegang erat garpu.
Aura Javelin terlalu kuat. Meskipun mereka saudara tiri, aku tidak tahu bahwa dia akan sangat mirip dengan ayahku.
"Jangan takut. Bibi kami tidak pernah menyentuh seorang wanita."
"Kau tak pernah tahu. Karena dia membenci gereja lebih dari siapa pun di Dubblede."
Cerita itu sangat terkenal.
Ini adalah cerita yang aku dengar di kehidupan keduaku, suatu hari, Javelin secara tidak sengaja mengatakannya saat dia mabuk.
"Aku kehilangan tiga orang berhargaku karena gereja."
Aku tidak tahu ketiga adalah orang itu, tapi aku kenal satu orang.
Permaisuri Elsa.
Ibu kandung Adrian yang telah meninggal.
Aku perhatikan dia sangat dekat dengan almarhum permaisuri.
Wanita sehat itu menderita suatu penyakit kurang dari sebulan dia meninggal.
Mereka tidak memeriksa tubuhnya lebih jauh karena pendeta mengatakan bahwa kekuatan suci permaisuri telah terkontaminasi.
Javelin sepertinya mengira penyebab kematian Permaisuri Elsa adalah ulah gereja yang bekerja sama dengan Permaisuri Yvonne. Aku juga berpikir begitu ...
'Hmm, lalu betapa jijiknya dia denganku yang berasal dari gereja?'
Aku bisa mengerti kenapa matanya begitu dingin.
"Bibi juga yang terburuk di Dubblede saat dia marah."
Saat aku melihat Lea untuk konfirmasi, dia tersenyum canggung dan mengangguk.
'Aaahh!'
'Aku tidak ingin mengganggunya... tapi sudah terlanjur terjadi!'
Pasti surat-surat itu sangat spesial baginya karena dia menyimpannya alih-alih memberikannya pada Duke.
Aku tidak bisa mengatakan apa-apa karena aku membaca hal yang begitu berharga dengan bebas.
Bagaimana aku bisa menebusnya?
'Haruskah aku memberinya hadiah?'
Setelah makan, aku kembali ke kamarku dan bertanya pada Lea.
"Apa yang disukai Javelin?"
"Yah, aku belum pernah melihat Javelin menunjukkan kesukaannya.... Tapi kenapa?"
"Aku ingin berteman dengan Javelin."
"Bagus sekali, dia wanita yang kesepian."
Javelin kesepian?
Aku mendengus.
Dia adalah ratu sosialita, dan dia memiliki banyak pengikut. Mendengar kabar dia menghadiri pesta akan membuat pesta itu dicari, sehingga undangan datang dari berbagai tempat.
"Semua temannya telah meninggal dan dia belum pernah dekat dengan siapa pun."
"Teman?"
"Maksudku, Duchess dan permaisuri. Dia sangat peduli dengan Ducchess. Dan dia menunggu keponakan keempatnya lahir. "
"Keempat... anak keempat?"
Anak keempat ayahku, yang meninggal tanpa dilahirkan.
Saat penyihir memberitahu bahwa anak keempat adalah seorang perempuan, orang-orang di kastil Dubblede sangat bahagia.
Mungkin hal yang sama berlaku untuk Ayah, ada sepatu kecil untuk anak perempuan di lacinya.
Awalnya, aku tidak tahu itu untuk anak keempatnya. Aku bertanya pada Nos karena aku penasaran dengan sepatu itu.
Dia memberikan tatapan sedih sejenak dan menjawab.
"Itu milik anak keempat. Yang Mulia menunggu begitu lama sehingga dia membuat sepatu bayi perempuan terlebih dahulu."
Sekarang aku tahu kenapa Javelin menghentikanku berbicara saat aku memperkenalkan diri.
'Karena aku menerima nama temannya sebagai nama tengah, seorang anak dari gereja.'
Aku merasa sedikit berat di hatiku.
'Semua orang pasti senang jika anak keempat lahir.'
Maka tidak perlu bagi Ayah dan Javelin untuk kesepian. Dan kakak pasti senang dengan adik kandung mereka.
Aku berpikir begitu, tapi ekspresi Lea menjadi gelap.
Kurasa dia khawatir tentang aku ingin berteman dengan Javeline.
Di depan pintu, Lea menekuk lututnya dan melakukan kontak mata denganku.
"Anda bisa berteman dengan Javelin dengan baik. Karena Anda mirip dengan Ducchess."
"Aku....?"
Aku sudah melihat lukisan Duchess.
Tidak sepertiku, yang memiliki rambut bewarna coklat muda, dia memiliki rambut pirang cemerlang, dan dia cukup cantik untuk menarik perhatian semua orang.
Aku telah banyak berubah dalam hidup ini, tapi aku tidak secantik Risette.
"Aku tidak mirip dengannya."
Lea tertawa.
"Bukan wajah anda, tapi perilaku anda."
"Perilaku?"
"Kadang-kadang, Anda mengatakan sesuatu yang mirip dengan Duchess Risette."
"Anda sangat mirip dengan Nyonya Risette. Jadi saya merasa anda adalah putrinya yang meninggal-"
"Lea."
Seseorang memanggil namanya.
Aku dan Lea menoleh karena terkejut. Itu suara Javelin.
Suaranya jauh lebih dingin dan lebih ganas dari sebelumnya. Jadi aku meringis dengan nafas tertahan.
"Siapa putri Risette?"
Lea menjadi pucat.
Javelin tampaknya peduli pada Lea, tapi jika dia melakukan kesalahan, dia tidak akan memberikan ampun.
'Aku pernah mendengar sebelumnya di kehidupan masa lalu ku, bahwa Javelin mampu membunuh bangsanya sendiri.'
Aku pergi mendekati Javelin.
"Maaf, Lea tidak mengatakan itu, dia tidak mengatakan bahwa aku adalah putri Risette, dia hanya mencoba menghiburku. Aku bilang aku ingin berteman baik dengan bibi. Begitu!"
Saat aku berbicara dengan mendesak, mata Javelin menyipit.
"Kenapa aku?"
"Karena bibi salah satu keluargaku..."
***
T/N :
Bagian yang ini
"Anda sangat mirip dengan Nyonya Risette. Jadi saya merasa anda adalah putrinya yang meninggal-"
1. Klo diartiin dari versi bahasa Inggris : anda seperti putrinya yang telah lama hilang
2. Tpi di versi koreanya beda lgi : saya merasa anda adalah putrinya yang telah meninggal
Jdi aku lebih milih ngikutin yg ver koreanya :3