KAK JOVAN [SUDAH TERBIT] ✓

By shafyaldy_

4.7K 1.1K 1.6K

[ SUDAH TERBIT || BEBERAPA CHAPTER DAN PART SUDAH DIHAPUS UNTUK KEPENTINGAN ] Bukankah antara Adik dan Kakak... More

Prolog
1 : Tragedi Pagi Hari
2 : Jemputan
3 : Marahan
4 : Berbaikan
5 : Jalan-jalan Pertama
6 : Thanks, Kak Jo
7 : Kertas Teka-teki
8 : Tempat Yang Sama
9 : Sebuah Alasan
10 : Guru Sehari
11 : Congrats Cilla
12 : First Day
14 : Apology
15 : A Place and a Past
16 : Advice
17 : Impossible
FYI (Wajib dibaca) ❤️
KOTAK INFORMASI
KOTAK INFORMASI (2)
VOTE COVER!
PRE-ORDER NOW!!

13 : Who Is He?

108 32 55
By shafyaldy_

Halo semua! Ketemu lagi sama 'Kak Jovan' di chapter 13 :)

Sudah siapkan hati untuk chapter ini?

Jangan lupa ramaikan di setiap paragraf nya ><.

Happy reading and enjoy guys!


****

"Kehadirannya tak dianggap, bahkan dibenci. Tapi, tersimpan satu alasan besar mengapa ia terus bertahan sampai saat ini."

Kini Jovan sedang berada di kamarnya. Ia sedang mengerjakan sesuatu di laptopnya. Ya sudah hampir tiga bulan ia membantu pekerjaan di perusahaan Agung. Tak banyak, hanya membantu beberapa saja.

Bukan Agung yang meminta Jovan untuk melakukan itu, tapi dia sendiri. Awalnya Agung menolak karena ia tahu kondisi anak sulungnya sedang tidak baik-baik saja, bahkan parah. Tapi dia tetap memaksa.

Alasannya karena penyakit yang bersarang di tubuhnya. Ya karena itu. Ia sengaja melakukan itu karena ia tak ingin terlalu fokus pada penyakitnya. Aneh memang. Jika dimana-mana orang ingin fokus pada penyakit yang di derita, tetapi berbeda pada Jovan. Ia malah tak ingin fokus pada penyakitnya. Ia seperti itu karena ia tahu, lambat-laun ia akan kalah dengan penyakit itu.

Sudah hampir satu jam matanya terfokus pada layar desktop yang ada di depan. Sesekali ia mengusap matanya yang terasa perih. Jovan kemudian melirik jam dinding yang ada di kamarnya, waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh malam.

Jovan lalu menyandarkan punggungnya ke belakang sambil mengangkat kedua tangannya ke atas. Pekerjaannya tersisa sedikit lagi, ia akan menyelesaikan malam ini.

Besok ia harus pergi ke rumah sakit lagi untuk kontrol. Pasti ia akan dimarahi lagi oleh Randy karena tidak menjaga kondisi tubuhnya dengan baik dan stabil. Ia sudah biasa dengan itu.

Jovan kembali mengerjakan pekerjaannya, sudah cukup ia tadi beristirahat; meregangkan otot-ototnya. Setelah selesai, ia segera mematikan laptop tersebut kemudian menutupnya. Setelah itu, ia bersiap untuk tidur.

****

Sinar fajar sudah menerangi bumi sekarang. Seorang remaja perempuan sedang tergesa-gesa. Ia dengan cepat menyisir rambutnya kemudian memakaikan bandana abu-abu di kepalanya. Setelah selesai, ia segera turun ke bawah dengan tas ransel di kedua pundaknya.

"Mamih, Papih mana, Mih?" Cilla bertanya dengan tangan yang sibuk memasangkan sepatu pada kakinya.

"Papih udah berangkat duluan tadi, ada meeting soalnya. Kalau Kakak kamu juga sama udah ke kampus duluan," tutur Maya. Ia juga menuturkan tentang keberadaan Jovan walaupun sang anak bungsu tak menanyakan Jovan.

"Ya udah Mih, Cilla berangkat dulu ya," pamitnya pada Maya.

"Kamu gak mau sarapan dulu, sayang?" tanya Maya.

"Enggak Mih, Cilla buru-buru soalnya," tolak Cilla.

"Kamu berangkat naik ojek online?" tanya Maya saat Cilla sedang mencium tangannya.

"Enggak Mih, Cilla di jemput temen." Cilla berbohong pada Maya. Hari ini ia di jemput oleh sang pacar; Raja.

Maya mengangguk-angguk dan bergumam. "Hati-hati ya sayang."

"Iya Mih," jawab Cilla.

Setelah menjawab, Cilla langsung melangkahkan kakinya keluar rumah. Ia melihat ada sebuah motor sport berhenti di depannya rumahnya. Ternyata Raja sudah sampai di depan rumahnya. Ah, ia langsung gugup sendiri jadinya. Gadis itu berjalan pelan sembari membenarkan bandananya agar terlihat rapih di depan Raja.

"Pagi Raja," sapa Cilla ramah, "pagi juga Cilla," jawab Raja sambil tersenyum di balik helm nya.

"Lo udah nunggu dari tadi?" tanya Cilla, "maaf gue lama, soalnya bangunnya agak telat," sambungnya dengan terkekeh.

"Enggak kok, gue baru saja sampe," jawab Raja, "oh iya, lo pake dulu helm nya," suruh Raja sambil memberikan helm berwarna hitam kepada Cilla.

Cilla mengangguk dan tersenyum, ia menerima helm tersebut, memakaikan pada kepalanya, kemudian ia pasangkan kancing helm tersebut. Setelah selesai, ia segera naik ke atas jok motor hitam tersebut.

Setelah Cilla duduk di atas jok motor, Raja segera menyalakan mesin motor kesayangannya itu. Ia lalu menekan gas kemudian menjalankan motor sport tersebut ke sekolah.

****

Hari ini Jovan hanya setengah hari berada di kampusnya dan kini ia sedang menunggu seseorang datang. Ia terus menggerakkan kakinya, ada rasa gelisah dan khawatir di dalam dirinya.

Fokusnya terpecah saat mendengar pintu ruangan terbuka. Orang yang ia tunggu-tunggu akhirnya datang sambil membawa beberapa lembar kertas di tangan kanannya. Ia melirik kertas yang dibawa orang tersebut dengan tatapan sendu.

Orang tersebut memakai jas putih ber- badgename Randy. Ia kemudian duduk di bangkunya; berhadapan dengan Jovan. Cowok itu menghela nafas panjang saat melihat kertas yang ia bawa. Setelah melihat kertas itu beberapa lama, matanya beralih ke orang yang ada di hadapannya.

"Kenapa kamu gak bisa jaga kondisi tubuh kamu, Jovan?" Randy bertanya pada Jovan dengan tatapan yang serius.

Jovan tak langsung menjawab, ia diam beberapa saat sambil menatap Randy. Pertanyaan itu selalu dilontarkan oleh Randy akhir-akhir ini. Dia bukannya tidak ingin menjawab. Tapi karena jawabannya sama seperti minggu-minggu lalu.

"Om tau sendiri alasannya," jawab Jovan.

"Kamu enggak boleh ngomong gitu Jovan. Penyakit kamu masih bisa sembuh, kamu harus melawannya," tutur Randy. Dia bingung dengan sikap Jovan beberapa bulan terakhir. Padahal sebelum-sebelumnya, Jovan tak pernah seperti ini dan hasil kontrolnya juga selalu stabil.

"Akan Jovan usahakan om," jawabnya sendu.

Randy menghela nafasnya. Ia kemudian memasukkan beberapa lembar kertas hasil kontrol Jovan kedalam sebuah folder. Ia memberikan itu kepada Jovan.

"Ya sudah, kamu pulang sekarang. Istirahat yang cukup, obatnya jangan lupa diminum," perintah Randy.

Jovan mengangguk, ia berdiri sambil memegang folder yang diberikan Randu tadi. Cowok itu kemudian keluar dari ruangan Randy. Ia tak langsung pulang ke rumah, ia pergi dahulu ke kantor Agung. Ada sesuatu yang harus ia urus di sana.

****

Senja sudah menyambut bumi hari ini, matahari akan tenggelam meninggalkan bumi untuk hari ini. Sepasang kekasih sedang mengobrol santai di depan rumah. Mereka adalah Cilla dan Raja.

"Makasih ya Ja udah nganterin gue," ucap Cilla sembari tersenyum manis pada Raja.

"Sama-sama Cill," jawab Raja sembari membalas senyuman Cilla.

"Oh iya, besok gue udah mulai latihan buat olimpiade. Jadi mungkin, pulangnya agak telat. Enggak pa-pa?" tutur Raja.

"Enggak pa-pa. Gue tungguin kok. Semangat!" jawab Cilla menyemangati Raja.

Raja terkekeh. "Lo juga semangat belajarnya, jangan semangatin gue doang."

"Siap 86!"

"Matematikanya jangan di jadiin musuh, jadiin sahabat aja, pacar kalau perlu," ucap Raja lagi.

Cilla terkekeh mendengarnya. "Siap. Nanti gue jadiin pacar kedua Matematikanya."

Lalu fokus mereka teralihkan pada sebuah mobil yang baru saja sampai di samping mereka. Ekspresi wajah Cilla langsung berubah 180° dari sebelumnya. Gadis itu sangat mengenali mobil yang baru sampai itu.

Raja mengerutkan keningnya saat melihat ekspresi wajah Cilla yang berubah. Saat ingin bertanya, seorang laki-laki berpostur tinggi keluar dari mobil tersebut dengan sebuah folder di tangan kanannya.

"Eh kamu udah pulang Dek," sapa Jovan kepada Cilla yang sedang menatapnya dengan tatapan tak suka; benci.

Cilla tak menjawab sapaan hangat kakaknya itu. Ia menatap kakaknya dengan tatapan benci. Dalam hatinya, ia sangat berharap agar Raja tak menanyakan tentang kakaknya.

Tapi sepertinya, Cilla hanya bisa menyimpan itu di dalam hatinya. Raja sangat penasaran dengan laki-laki yang ada di depannya sekarang. Ia berpikir, siapakah laki-laki ini? Apakah kakaknya Cilla? Tapi sepertinya tidak mungkin, Cilla tak pernah bercerita kalau ia mempunyai Kakak.

"Cill, itu siapa?" tanya Raja agak berbisik.

Cilla semakin kesal. Ah! Kenapa Raja harus bertanya tentang kakaknya? Dan juga, kenapa kakaknya harus datang di saat yang seperti ini? Gadis itu pun mau tidak mau menjawab pertanyaan Raja dengan senyum terpaksa.

"Kakak." Cilla menjawab dengan terpaksa. Ia terus menatap Jovan dengan tatapan benci. Ia berharap agar Jovan segera pergi dari sini.

"Oh itu Kakak lo," jawab Raja. Ia heran mengapa Cilla tak pernah memberi tahu kalau ia mempunyai Kakak? Padahal menurutnya, Jovan adalah tipe Kakak yang penyayang dan baik.

"Salam kenal Kak. Gue Raja, temennya Cilla sekaligus pacarnya," sapa Raja ramah pada Jovan sambil mengulurkan tangannya.

"Salam kenal juga. Jovan, kakaknya Cilla," balas Jovan sambil membalas uluran tangan Raja.

Cilla yang melihat itu semakin kesal dengan Jovan. Ia tak suka jika Raja berkenalan dengan kakaknya. Rasanya ia ingin marah sekarang. Ah sudahlah, semua rasa senangnya hilang saat ini juga. Ia benar-benar kesal saat ini.

"Ya udah Cill, gue pulang ya." Raja berpamitan pada Cilla sambil menaiki motornya. Cilla mau tak mau harus tersenyum walaupun hanya sekedar topeng agar Raja tak tahu kalau ia sedang kesal sekarang.

"Hati-hati ya Ja," pesan Cilla, kemudian dianggukan oleh Raja.

"Gue pulang ya Kak," pamit Raja pada Jovan.

"Iya. Hati-hati ya," jawab Jovan.

Raja lalu memakaikan helm pada kepalanya dan tak lupa juga untuk mengaitkan kancing helm berwarna hitam tersebut. Setelah selesai, ia segera menyalakan mesin motornya dan menjalankan menuju rumahnya.

Setelah Raja pergi, Cilla langsung menatap sinis Jovan. Terlihat kalau ia sangat tak suka bahkan benci pada Jovan. Jovan yang melihat itu berpikir. Apakah ia melakukan kesalahan sampai-sampai membuat sang Adik kesal? Tapi ia rasa, ia sama sekali tidak melakukan kesalahan apapun.

"Kamu kenapa, Dek?" tanya Jovan, "Kakak ada salah sama kamu?" tanyanya lagi.

"Kakak kenapa sih selalu aja buat Cilla kesel?! Kakak kenapa coba harus pulang sekarang? Cilla gak suka Kakak kayak tadi. Cilla benci sama Kak Jo!" emosi Cilla langsung memuncak. Ia mengeluarkan segala unek-unek yang ia pendam sejak tadi. Ia tak memperdulikan apakah ucapannya akan menyakiti hati sang Kakak. Ia benar-benar kesal bahkan benci dengan Jovan sekarang.

Jovan tersentak mendengar itu. Tak menyangka perkataan itu akan keluar dari mulut sang Adik. Ia berpikir keras, apakah ia salah berbuat seperti tadi? Ia kecewa pada dirinya, kenapa ia sering kali membuat Cilla kesal? Padahal ia ingin sekali membuat Cilla bahagia dan tersenyum.

"Dek, Kakak gak bermaksud ...."

"Terserah Kak Jo! Cilla gak peduli!" Cilla langsung memotong ucapan Jovan, ia tak ingin mendengar penjelasan Jovan terlebih dahulu. Gadis itu kemudian masuk ke dalam rumah dengan perasaan yang kesal.

Jovan semakin merasa bersalah pada Cilla. Adiknya sudah membencinya sekarang. Ia tak menyangka, kejadian tadi akan membuat sang Adik sangat marah. Jika seperti ini, apakah ia harus pergi? Tapi dia tak boleh seperti itu, ia masih belum bisa membuat orang-orang disekitarnya bahagia terutama sang Adik.

Jovan lalu masuk ke dalam rumah menyusul sang Adik. Entah apa yang akan terjadi esok hari. Ia harap, sang Adik bisa memaafkannya. Dan satu pertanyaan lagi muncul di benaknya.

Jika ia pergi untuk selama-lamanya, apakah sang Adik akan menyesal, atau malah sebaliknya?

*****

A/N: HEYYO! HOW ABOUT THIS CHAPTER? SUDAH MENGURAS EMOSI? UDAH BIKIN DAG DIG DUG?

CALM DOWN. INI MASIH CHAPTER-CHAPTER AWAL. MASIH BANYAK BANGET CHAPTER YANG AKAN BUAT KALIAN DAG DIG DUG!

So thank you so much bagi yang sudah membaca chapter 13 "Kak Jovan". Wawa harap kalian suka dengan chapter kali ini. Stay sampai end dan jangan lupa share ya!

Ada kritik/saran/pesan/kesan? Boleh banget kasih :)

Jangan lupa follow akun ini untuk tahu notifikasi terbaru dari akun Wawa ya! Follow juga Instagram Wawa:
@ayllshwzf_
@wa.wattpad_ (khusus membahas seputar Wattpad Wawa)

Sampai jumpa di chapter selanjutnya!

See you and sehat selalu ya ^^

Salam,

Author- Wawa☁️

Continue Reading

You'll Also Like

5.4M 394K 55
❗Part terbaru akan muncul kalau kalian sudah follow ❗ Hazel Auristela, perempuan cantik yang hobi membuat kue. Dia punya impian ingin memiliki toko k...
5.9M 389K 68
#FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA⚠️ Kisah Arthur Renaldi Agatha sang malaikat berkedok iblis, Raja legendaris dalam mitologi Britania Raya. Berawal dari t...
1.3M 119K 60
"Jangan lupa Yunifer, saat ini di dalam perutmu sedang ada anakku, kau tak bisa lari ke mana-mana," ujar Alaric dengan ekspresi datarnya. * * * Pang...
452K 49.5K 22
( On Going + Revisi ) ________________ Louise Wang -- Bocah manja nan polos berusia 13 tahun. Si bungsu pecinta susu strawberry, dan akan mengaum lay...