Juliet's House

By Andelweis__

117K 19.6K 2.7K

Cita-cita seorang Roseanne Belle dari kecil hanyalah tinggal di kota cantik dan romantis dengan kisah cinta k... More

Prologue
01. It All Started
02. Man with Pink Gelato
03. Ravioli Of Happiness
04. An Agreement
05. Roseanne Belle
06. Learn Italian with Jeffrey
07. Lei è La Mia Vidanzata
08. An Advice From Lisa
09. Rose At The Party
10. Food Street and Music
11. From Sunset with Love
12. Letter to Juliet
13. Roseanne Still Baby
14. A Comforting Hug
15. Mr. Soft drink & Bayi Marshmallow
16. Tequila or Whisky
17. Jealous? Again
18. Today with Maxi
19. Laser Gaze
20. Confession
21. Broke My Heart
22. In My Dream
23. The Game Begins
24. Symphony of Love
25. Gege Lost in Love
26. Trattenevi Di Nuovo
28. Cherish, Cherry, Cheap, and Chilly
29. Coming Home
30. Little First Love Story
31. Last Christmas
32. Meet Him
33. This Night
34. Baby, I Want You
35. Ti Amo
36. New Life
37. About You and Me
38. The End
Epilogue

27. More Than Broken Heart

1.7K 400 61
By Andelweis__

VENTISETTE

Jeffrey merapatkan jaket tebal berwarna hitam pada tubuhnya. Udara benar-benar sangat dingin karena akan memasuki musim dingin. Rasanya ingin merasakan salju pertama turun terlebih dahulu sebelum ia pulang ke Indonesia. Minimal bulan desember ini ia bisa melihat salju turun di Verona.

Oh iya, apakabar dengan bayi marshmallow ya? Apakah ia akan merayakan Natal di Verona atau di Jakarta?

"Huh~ gue harap salju pertama muncul hari ini," monolog Jeffrey. Besok ia akan pulang ke Indonesia, merayakan Natal dan tahun baru sekaligus Imlek bersama keluarga besarnya di Surabaya. Juga merayakan ulang tahun ke 25 nya nanti. Ya sekitar tiga bulan di Indonesia, mungkin ia akan sangat merindukan si bayi polos itu.

Jeffrey menghembuskan nafas. Berjalan-jalan sendirian di sekitaran pusat kota tidaklah buruk, namun ia merasa kesepian, coba saja ada Rose. Mungkin Rose sudah berhasil berkali-kali membuat tawa atau senyum gemas Jeffrey muncul.

Di lain tempat, Rose baru saja sampai di depan flat Maxi. Ia membawa dua buah kantung plastik berisi bahan-bahan makanan. Rencananya mau membuat beberapa makanan Indonesia. Lalu melakukan panggilan video bersama keluarga Maxi di Venice, sedikit menyapa mereka dengan ramah dan memberitahu bahwa ia akan ikut Maxi ke Venice untuk merayakan Natal bersama disana.

Dengan senyum sumringahnya, Rose berdiri di depan pintu kamar flat Maxi. Menaruh dua kantung plastik itu di lantai lalu mulai memencet bell.

Beberapa saat menunggu, namun tak juga ada tanggapan. Rose memencet bell lagi hingga beberapa kali. Kali ini seseorang membukakan pintu tersebut.

Senyum Rose menghilang begitu yang keluar adalah seorang wanita berpakaian kurang bahan. Wanita itu menyambut Rose dengan tampang malas, meneliti penampilan Rose dari atas hingga bawah.

"Siapa?" tanyanya dingin.

Rose tersenyum kaku. "Roseanne Belle, Maxi ada?" tanya Rose.

Wanita itu mengangkat satu alisnya. "Hubungan kamu dengan Maxi apa?"

Rose mengernyit bingung, harusnya ia yang bertanya pada wanita di hadapannya. Hubungannya dan Maxi apa? hingga wanita itu bisa berada di flat Maxi dengan pakaian kurang bahan, setengah telanjang itu.

"Aku... pacarnya."

Wajah wanita itu langsung mengeras, dengan jengkel ia mendekat pada Rose. Lalu mendorong bahu kanan Rose dengan telunjuknya.

"Jauhi Maxi!"

Rose mengernyit heran.

"Aku ini pacarnya, kamu hanya jadi selingkuhannya. Kami bahkan udah tidur bersama, aku harap kamu tahu diri dan pergi dari hidup Maxi!"

Rose menggeleng, ia tak percaya dengan apa yang dikatakan wanita tadi.

"Alesia ini baju kamu, pakai sekarang dan pu--" Mata Rose melebar begitu melihat Maxi yang baru saja keluar dari pintu kamarnya dengan bertelanjang dada. Wanita di hadapannya menatap Rose mengejek. "See," kata wanita itu.

"--lang, Rose... baby?!" kaget Maxi saat melihat Rose berdiri di depan pintu sedang berhadapan dengan Alesia--mantan pacarnya. Gawat, Rose pasti akan salah paham karena penampilannya dan Alesia sekarang.

Rose mengerjapkan matanya, dengan apa yang ia lihat sekarang. Ia sudah cukup mengerti dengan segala situasi yang terjadi. Rose mengangkat bibirnya, membentuk sebuah senyuman palsu. "Maaf ganggu kalian, aku pergi." kata Rose sebelum akhirnya berlari keluar dari flat.

Dapat Rose dengar Maxi memanggil-manggil namanya dari belakang. Pria itu mengejarnya, masih dengan tubuh polos tanpa baju di hawa dingin seperti ini. Namun Rose tak menanggapi. Ia menghentikan sebuah taxi, sekarang air matanya menetes begitu saja. Rasa dikhiati ternyata sesakit ini. Ia bingung mau kemana sekarang, ia ingin menenangkan hatinya. Namun ia juga butuh teman untuk mengeluh, dan satu nama terlintas pikirannya.

"Jeffrey!" guman Rose.

"Salju pertama turun," kata supir taxi pada Rose.

Rose memandang keluar, benar... salju pertama turun. Harusnya Rose senang, ini pertama kalinya ia dapat melihat salju secara langsung. Tapi karena suasana hatinya yang sedang tidak baik. Rose hanya dapat membalas perkataan pak supir dengan senyuman tipis.

♥♥♥

Jeffrey menjulurkan tangannya ke depan, membiarkan salju yang dingin menyapa telapak tangannya. Seulas senyum terpatri di bibirnya. "Salju pertama, gue bakalan seneng kalau bisa ngerasain salju pertama ini sama lo, bayi."

Salju turun semakin lebat, hingga membuat jalan mulai tertutup tebalnya lapisan salju. Udara juga semakin dingin, Jeffrey bahkan lupa tak memakai sarung tangan hingga telapak tangannya perlahan mulai kedinginan dan terasa beku.

Setelah puas berjalan-jalan di pusat kota sendirian, Jeffrey memutuskan untuk pulang. Ia harus bersiap-siap mempacking pakaian dan beberapa oleh-oleh ke dalam koper, karena besok pagi ia akan pulang ke Surabaya.

Jeffrey mengambil sepedanya yang ia titipkan di parkiran khusus sepeda. Menggoes pedal meskipun malas, bersepeda di cuaca bersalju seperti ini sebenarnya cukup berbahaya.

Sesampainya di flat, hal pertama yang ia lihat adalah seorang gadis berambut pirang sedang berjongkok sambil menyembunyikan wajah di depan unit flatnya. Jeffrey semakin mendekat dengan tatapan penasaran.

"Kayak si bayi marshmallow." guman Jeffrey.

Kini ia berdiri di hadapan gadis itu. "Rose," panggil Jeffrey.

Gadis pirang itu memperlihatkan wajahnya, memandang Jeffrey dengan tatapan sendu. Dapat Jeffrey lihat wajah cantik itu basah, penuh dengan bekas air mata.

"Lo kenapa?"

Rose tak menjawab, melainkan langsung berdiri dan menghambur dalam pelukan Jeffrey seraya menangis.

"Jeffrey, hiks!"

Jeffrey membalas pelukan Rose, ia bingung ada apa dengan gadis ini?

"Cerita ke gue, lo kenapa? Kenapa bisa nangis gini? Siapa yang bikin lo nangis? Sini bilang sama gue, biar gue tarik bulu idungnya! Kalau perlu gue jambak rambutnya sampe botak, terus gue tampol bibirnya sampe jontor! Bisa-bisanya tuh orang bikin bayi marshmallow gue nangis!" kata Jeffrey berapi-api.

Entah Rose harus tertawa atau tidak, tapi perkataan Jeffrey dengan gaya bicaranya yang nyeleneh dan agak humoris itu dapat membuat Rose menarik sedikit sudut bibirnya meskipun hanya seperkian detik.

"Rose..." panggil Jeffrey lagi karena Rose tak kunjung membuka mulutnya.

Rose menggeleng, ia hanya ingin pelukan hangat Jeffrey sebentar saja agar dirinya menjadi agak tenang. Setelah itu ia baru akan bercerita tentang apa yang sebenarnya terjadi.

Jeffrey mengangguk mengerti, ia membawa Rose masuk ke dalam flat. Tidak enak kalau berdiri di depan pintu flat, jika si Nyonya Florita lewat lalu melihat. Bisa habislah Jeffrey diledek sampai lupa diri.

Mereka melepaskan pelukan tersebut. Tangan Jeffrey menangkupkan kedua pipi Rose, lalu mengelusnya lembut.

"Jangan sedih ya," kata Jeffrey dengan senyum lembut, Rose mengangguk. Jeffrey sangat ingin membuat Rose tenang, dengan memberikan kata-kata penyemangat atau kata-kata menenangkan yang membuat Rose senang. Namun yang keluar dari mulutnya malah... "Lo jelek kalau nangis, muka lo mengkilat banget kayak disiram minyak tanah satu liter. Serius deh!"

Rose tak marah mendengar perkataan Jeffrey, ia malah tak bisa menahan kekehannya meski air mata terus mengalir dengan lancarnya. Jeffrey selalu berhasil membuat Rose tersenyum dengan caranya sendiri.

Jeffrey ikut terkekeh, sebenarnya sangat sulit mengeluarkan kata-kata manis dari bibirnya. Entah kenapa? Disaat ia ingin memuji Rose, namun yang keluar adalah kata-kata mengatai. Jika ia ingin membuat Rose tenang, yang keluar dari bibirnya malah kata-kata menjengkelkan seperti tadi. Dan saat ia ingin memberitahu Rose dengan baik-baik, tapi kesannya pasti seperti Jeffrey yang ngotot dan nyolot. Itulah Jeffrey, ia unik dengan caranya sendiri. Ia unik dengan mulut pedas dan sikap menyebalkannya.

"Jeff..."

"Ya?"

Rose malah diam, Jeffrey kembali mendekat untuk memeluk tubuh Rose.

"Jangan nangis," bisik Jeffrey. Hati gue ikut sakit kalau lo nangis, bahkan sakitnya lebih dari patah hati. Lanjut Jeffrey dalam hati.

♥♥♥

One step closer :)

Semakin dekat langkah Jepri dalam permodusan ini.

Continue Reading

You'll Also Like

6.7K 474 9
Sedikit oneshoot dari kapal getek yang susah naik ke permukaan. Bible Jeff bxb Penulis hanya meminjam nama dan visual. Yang tidak suka BibleJeff si...
438K 4.6K 85
•Berisi kumpulan cerita delapan belas coret dengan berbagai genre •woozi Harem •mostly soonhoon •open request High Rank 🏅: •1#hoshiseventeen_8/7/2...
5K 781 49
Rencananya untuk bekerja tidak pernah ia sangka akan berujung dipertemukan dengan mantan kekasih yang telah menyakitinya bertahun-tahun lalu. Tidak...
270K 6.9K 15
Banyak orang iri dan memimpikan hidup sebagai Jecelyn. Kata mereka, hidup Jecelyn terlalu sempurna. Memiliki suami dan keluarga yang bahagia, karir c...