Mask | Jeno βœ”οΈ

By blue_5ha

121K 12.9K 2.4K

[END] Bukan tentang rasa yang muncul tiba-tiba, tetapi tentang obsesi yang berubah jadi cinta. "Sakit, Jen... More

[1] Prolog
Cast
[2] Bali
[3] Roti Sobek Pagi Hari
[4] Pernyataan Cinta Dini Hari
[5] Pecinta Semangka
[6] Kakak Cogan
[7] Hyunjin
[8] Hilangnya Ponsel Sultan
[9] Feeling Buruk
[10] Lo Berubah, Jen
[11] Berduaan
[12] Jedor
[13] Obsesi ⚠
[14] Dia Kembali
[15] Ketahuan?
[16] Heejin
[17] Apel Sabtu
[18] Gara-Gara Miauw
[19] Rekaman
[20] H-1
[21] D-Day
[22] Basi Gombalan Lo
[23] Sepertinya Bertahan Adalah Pilihan
[24] Hello, My Future
[25] Berulah lagi ⚠
[26] Titik Terang
[27] Akhir Dari Segalanya ?
[28] Behind The Mask
[29] Childhood
[30] Beautiful Smile
[31] Difficult Choice
[32] Kenyataannya (1)
[33] Kenyataannya (2)
[34] Kecelakaan
[35] Trauma
[36] Kembali Lagi
[37] Hello, My Ex Boy Friend
[38] Kisah Hari ini
[39] Maaf?
[40] Kembali?
[41] Mimpi
[42] Perasaan apa ini
[43] Usapan Kecil Berefek Nyaman
[44] Perasaan Lama
[45] Mengukir Kenangan ⚠️
[46] Mundur
[47] Hari Terakhir
[49] Apologize
[50] Perut Karet
[51] Salju Pertama di Bulan Desember
[52] Welcome Back
[53] Coma
[54] Punch ⚠️
[55] Memory
[56] Salah Paham
[57] EX
[58] Epilog
[Extra Chapter] #1
[Extra Chapter] #2 Sekilas Kisah 20 Tahun Mendatang

[48] Perpisahan dan Air Mata

1K 127 57
By blue_5ha

Diharapkan membaca part ini secara online-!

Tidak ada hidup tanpa adanya masalah. Tuhan memberimu ujian karena Tuhan sayang kepadamu. Mungkin itu tanda dari-Nya agar kamu bersujud kepada-Nya lebih lama.
























Gadis itu masih terus melangkahkan kakinya tanpa peduli dengan pandangan orang-orang. Sudah berpuluh-puluh meter kaki itu berlari, tapi tidak ada tanda-tanda kaki itu untuk lelah.

Bodoh memang, kenapa ia tidak menggunakan taksi atau ojek saja? Sudah jelas jarak bandara dan rumahnya terlampau jauh, tapi namanya juga manusia. Dia akan kehilangan akalnya saat mengetahui orang terkasihnya akan pergi.

Cairan bening masih setia menggenang di pelupuk mata Zahra. Dia berusaha mati-matian untuk tidak membuang setitik bening itu.

Tepat saat kaki Zahra akan melangkah menyebrangi jalan, sebuah mobil sport berhenti tepat di hadapannya. Kaca mobil itu turun diikuti dengan nampaknya wajah khawatir seorang laki-laki yang duduk di kursi kemudi.

"Cepat naik!" titah laki-laki pemilik lesung pipi itu.

Zahra sudah tidak peduli darimana Jaehyun bisa tahu keberadaannya, yang terpenting sekarang ia harus menahan Jeno agar tetap di negara ini.

Seperti seorang pembalap profesional, Jaehyun mengendarai mobil sport hitamnya dengan kecepatan tinggi. Tak jarang, ada pengemudi lain yang marah akibat Jaehyun yang hampir saya menggores badan mobil lain. Tapi tenang saja, Jaehyun sudah berpengalaman dalam masalah ini.

Tepat di menit ke 40, mobil sport milik Jung Jaehyun berhenti di pintu masuk bandara. Zahra segera turun dan berlari masuk. Walau dia tidak tahu di pintu berapa Jeno berada.

Berhenti di dekat plat bertuliskan terminal 3 internasional, gadis itu merogoh ponselnya.

Renjun.

Hanya nama itu yang singgah di kepalanya saat ini.

"Kalian dimana?" tanya Zahra dengan suara sedikit bergetar.

"Kita .."

"Pintu berapa? Jeno di pintu berapa!?" Belum sempat laki-laki itu menjawab, suara Zahra sudah menginterupsi.

Mendengar jawaban di seberang sana, Zahra langsung mematikan ponselnya dan menuju pintu yang disebutkan oleh Renjun.

Jaehyun? Laki-laki itu masih sibuk memarkirkan mobilnya, karena tidak mungkin ia biarkan terparkir di pintu depan bandara.

Senyum tipisnya terbit kala melihat sesosok yang berdiri sejauh 30 meter di depannya. Laki-laki April pemilik senyum sabit itu nampak sedang melambaikan tangan ke arah Renjun dan kawan kawan dengan sebelah tangannya menggendong tas backpack hitam.

Tapi setelahnya ia berbalik dengan kaki melangkah menjauh bersama Taehyung yang membantunya membawa koper.

Bukannya berteriak, Zahra terus melangkahkan kakinya cepat hingga membuat Haechan yang dilewatinya terkejut bukan main.

Suara tubrukan antara tubuhnya dan Jeno tidak terelakkan lagi. Walau detak jantungnya sudah berdetak kencang, gadis itu masih bisa tersenyum samar saat merasakan pergelangan tangannya diusap lembut oleh Jeno.

Dalam sekali hentakan tubuhnya masuk ke dalam rengkuhan besar lengan Jeno. Gadis itu terisak dan menenggelamkan wajahnya di dada bidang yang sanggup membuat kaum hawa di sekitar mereka merasa iri.

"Lo jahat! Kenapa gak pamit ke gue?!" Suara serak dan tangisan tipis masuk ke dalam indera pendengaran Jeno.

Jeno memasang senyum palsu. Walau jauh dalam lubuk hatinya, ia juga tidak rela meninggalkan Zahra, perempuan penyembuh luka yang mampu membuatnya sadar akan perbuatannya yang melewati batas, dan berhati malaikat karena masih menerimanya kembali setelah semua perilaku jahat yang telah ia lakukan kepada gadis itu.

"Makasih," lirih jeno seraya mengecup rambut cokelat kehitaman yang mengeluarkan wangi lavender.

Kepalan kecil tangan itu memukul dada Jeno tanpa tenaga. "Lo jahat! Lo malah bilang makasih saat lo mau pergi!"

Jeno terkekeh, laki-laki itu melepaskan pelukannya. Tangannya kini berpindah di kedua bahu Zahra. Ia sedikit merendah menyamakan wajahnya dengan Zahra.

Lagi-lagi senyuman itu mampu membuat Zahra lupa dengan niatnya datang ke sini.

"Lo kenapa nangis? Cengeng."

Lengkungan bibir Zahra turun dengan tatapan sendu yang ia tujukan ke arah laki-laki April itu.

"Jangan pergi, disini aja," pinta Zahra.

Jeno menggeleng dengan senyuman yang masih setia ia tampilkan.

"Lo kenapa sih? Seharusnya lo seneng dong gue jadi gak ganggu hubungan kalian."

"Kalian?"

"Iya, lo dan Bang Jae."

Decakan sebal terdengar dari mulut Zahra. Saat ini bukan waktunya untuk membahas laki-laki bermarga Jung itu.

"Batalin penerbangannya!"

Jeno menggeleng. Tangannya terangkat mengusap puncak kepala Zahra lembut, bertepatan dengan Jaehyun yang datang dengan pelipis mengkilat karena keringat.

"Ini yang terbaik. Lo akan bahagia sama pilihan lo dan gue gak akan ganggu hubungan lo sama siapapun dan juga gak akan nyakitin lo lagi kayak dulu."

"Gak Jen! Lo salah besar ... "

Perhatian, para penumpang pesawat Singapore Airlines dengan nomor penerbangan CT127 tujuan London dipersilahkan naik ke pesawat udara melalui pintu U23. Terima kasih.¹

Jeno tersenyum seraya mengusap kepala Zahra. "Gue harap lo bahagia setelah ini."

Tidak ada kalimat yang mampu keluar dari bibir Zahra. Bahkan kalimat panjang yang ia siapkan agar laki-laki ini tidak pergi, tidak bisa ia utarakan saat ini. Hanya gelengan kepala pelan mengiringi langkah Jeno yang semakin menjauh.

Cairan bening itu akhirnya luruh lagi bersamaan dengan lengannya yang ditarik Renjun untuk didekap.

"Jeno pasti balik lagi, lo jangan khawatir."

Renjun berusaha menenangkan gadis yang ada dalam dekapannya. Walaupun apa yang ia katakan sedikit berbanding terbalik dengan apa yang ia rasakan. Pada kenyataannya Renjun belum sepenuhnya move on dari mantan pacarnya ini.

Zahra mendorong pelan Renjun hingga pelukan itu terlepas. Matanya masih saja memandang Jeno yang kini mulai hilang dari pandangannya bersama dengan Taehyung yang mengekor di belakangnya.

"Ka-kalau dia ... gak balik gimana Njun?" lirih Zahra.

Keenam laki-laki yang menjabat sebagai sahabatnya dan satu pria yang sempat menjadi pelabuhannya, kini hanya bisa terdiam.

Zahra tersenyum samar, sia-sia saja dia berlari menyusul Jeno kemari, kalau pada akhirnya ia tidak sanggup menahan laki-laki itu.

Kepala Zahra menunduk, menatap tangannya yang senantiasa menggenggam gantungan kunci mochi, hadiah terakhir dari Jeno. Sekaligus kenangan terakhir yang bisa ia simpan dari lelaki itu.

Detik berikutnya, ia menengadah menatap Jaehyun yang juga menatapnya dalam diam.

"Semua gara-gara Kak Jaehyun!"

Bukan hanya Jaehyun yang terkejut tetapi enam laki-laki di sana juga sama-sama menatap Zahra kaget.

"Kalau aja Kak Jaehyun gak nurutin kemauan Kak Dery buat jaga aku. Kita gak akan pernah ketemu dan Jeno gak akan ngira kita dekat! Semua salah kakak!"

Nafasnya memburu, tatapannya berubah tajam. Pikiran Zahra sudah kalut dan tidak bisa diredakan bahkan dengan ucapan sahabatnya sekalipun.

"Ra! Tenangin diri lo. Bang Jaehyun gak ada hubungannya sama kepergian Jeno!" bentakan Mark membuat Zahra menatapnya.

"Gak ada hubungannya lo bilang? Lo dengarkan tadi Jeno bilang apa!? Dia pergi supaya gue bisa bahagia sama Kak Jaehyun. Padahal gue sama dia gak ada hubungan apapun!" Tatapan mata itu mengarah ke laki-laki berlesung pipi yang masih diam menatapnya dengan tatapan sulit diartikan.

Mereka sama-sama diam. Zahra yang sudah kacau memilih pergi dari sana. Jaehyun langsung saja mengikuti Zahra. Dia khawatir akan terjadi sesuatu jika Zahra pulang sendiri dalam kondisi seperti ini.

"Kenapa Zahra kelihatan kehilangan banget saat tau Jeno pergi?" ujar Jisung yang pandangannya tertuju pada Zahra.

Chenle menepuk bahu laki-laki yang tingginya sekitar 180 cm. "Itu namanya cinta. Love. Lo mana ngerti sama yang begituan."

Jisung melayangkan tatapan sengit ke arah Chenle. "Mohon maaf Sultan Chenle. Anda jangan meremehkan Jung Jisung."

"Ayo balik." Renjun melangkah mendahului kelima laki-laki itu membuat perdebatan kecil Jisung dan Chenle berhenti.





• Mask •







Langkah kaki lebar itu beriringan dengan langkah kaki kecil di depannya. Bisa ia sadari pundak gadis itu bergetar kecil, dengan punggung tangan yang selalu mengusap hidungnya.

Hingga mereka sampai di lobi bandara, lengan Zahra ia tarik.

"Aku antar pulang."

Satu sentakan kecil membuat Jaehyun terdiam. Melihat Zahra yang tidak rela Jeno pergi, membuat hatinya terluka. Memang seharusnya ia tidak masuk dalam kehidupan gadis ini, yang ada dia hanya menghancurkan kebahagiaan Zahra dan bukan menjadi penyembuh luka tetapi penyebab luka.

Masih mencoba menyembunyikan sirat kesedihan pada wajahnya, Jaehyun meraih tangan kecil itu sedikit keras hingga sang gadis memberontak kecil dalam genggamannya.

"Lepasin!"

Tak ada sahutan apapun, hanya suara hiruk pikuk orang-orang yang berlalu lalang keluar masuk bandara dan langkah kaki mereka yang terlihat buru-buru.

Jaehyun membuka pintu samping mobil, tanpa berkata laki-laki itu berjalan mengitari mobil dan masuk ke dalamnya.

Ternyata dugaannya salah, ia kira Zahra akan masuk dan memilih ikut dengannya tapi gadis itu justru membanting pintu mobil hingga menimbulkan suara hantaman keras.

Laki-laki di dalam sana terkejut bukan main, saat gadis itu memilih pergi meninggalkannya dengan kaki kecil yang berlari tanpa arah.

Tangan kekarnya memukul setir dan menenggelamkan wajahnya di sana.

Rasa ingin menangis ada dalam batinnya, tapi kalimat ayahnya selalu terlintas dipikiran Jaehyun.

Seberat apapun masalah 'mu, tidak perlu menangis karena hal itu tidak akan pernah mengubah apapun.

Note :
¹Mohon maaf jika announcement di bandaranya ada kesalahan. Aku lihat di google soalnya🙏🙏

Makasi buat yang udah vote dan komentar. Senang sekali aku baca komentar kalian 😍😍.

Continue Reading

You'll Also Like

28.8K 4.4K 77
"Cerita ini hanya fiktif belaka. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur keseng...
MARSELANA By kiaa

Teen Fiction

4.2M 250K 54
Tinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan ba...
869K 6.2K 10
SEBELUM MEMBACA CERITA INI FOLLOW DULU KARENA SEBAGIAN CHAPTER AKAN DI PRIVATE :) Alana tidak menyangka kalau kehidupan di kampusnya akan menjadi sem...
3.6K 144 6
Selamat untuk Debut Solo Baekhyun!!!❀️✨ Details Artist : Baekhyun (EXO) Album : City Lights - The 1st Mini Album - EP List Tracks : - UN Village ...