Lacuna [hajeongwoo] || TELAH...

By outersxneils

123K 16.8K 11K

Sequel of Arunica [hajeongwoo] "a blank space, a missing part." Apa yang pertama kali muncul di benak setiap... More

Prologue
Chapter 1: How can?
Chapter 2: What's Wrong?
Chapter 3: Favorite Notification
💌
Chapter 4: Wait For Me
Chapter 5: Care
Chapter 6: Be Honest Please
Chapter 7: He's Weird
Chapter 8: Worth The Distance
Chapter 9: Help Me
Chapter 10: I Miss You
Chapter 11: Badmood?
Chapter 12: Who Is He?
Chapter 13: Trust Me
Chapter 14: Spend A Day
Chapter 15: Disappointed
Chapter 17: The Act of Neglect
Chapter 18: Way Back Home
Chapter 19: Best View
Chapter 20: Let You Go
Chapter 21: Love, But It Hurts
Chapter 22: Lose Him
Chapter 23: It's Not Fair
Chapter 24: You Deserve To Be Loved
Chapter 25: Should I Go?
Chapter 26: Don't Leave Me
Chapter 27: I Want You
Chapter 28
Chapter 29
Chapter 30
Chapter 31
Chapter 32: Choose Me
Chapter 33
Chapter 34
Chapter 35
Chapter 36: Unknown Feeling
Chapter 37: Before You Go
Chapter 38
Epilogue
💬
Bonus Chapter
Author Note
Fukuoka
Osaka
Tokyo
Complete
❣️
Tanggal Terbit Pre-Order Novel "Lacuna; a blank space"
Pre-Order Novel "Lacuna; a Blank Space"
Pre-Order Ketiga Novel Lacuna

Chapter 16: Let's Meet Again

1.7K 318 182
By outersxneils

Jakarta, Indonesia.

Haruto mengetuk-ngetukkan ujung pulpennya di atas meja, lebih tepatnya di atas kertas catatannya yang justru masih kosong. Sejak tadi ia memang tidak konsentrasi mengikuti kelas. Materi yang sedang diterangkan oleh dosen sejak tadi saja tidak ia perhatikan.

Beberapa kali Haruto melirik ke handphonenya yang memang ia taruh di atas meja. Beruntungnya ia duduk tidak di barisan depan melainkan di tengah, jadi ia pikir dosen tidak akan terlalu memperhatikannya. Namun, ia salah besar. Buktinya tiba-tiba ia mendengar suara teguran, "Haruto. Dari tadi saya perhatikan kamu tidak konsentrasi. Masih mau ikut kelas saya atau tidak? Sepuluh menit lagi kelas saya selesai, kamu bisa keluar sekarang kalau kamu mau. Silahkan.."

Yoshi yang mendengar teguran dosen pada temannya tersebut otomatis menghela nafas sambil menggeleng melirik ke samping—tempat dimana Haruto berada. "Haruto, konsen!" Bisiknya mengingatkan.

Dosennya sudah kembali menjelaskan materi hari ini. Haruto yang baru saja ditegur sekarang menelan salivanya sebelum akhirnya ia mengangkat tangannya, "Maaf, Pak."

"Ya. Ada apa lagi?"

"Saya izin ke toilet." kata Haruto.

"Silahkan."

Setelah itu Haruto memasukkan handphone ke celana jeans nya lalu beranjak pergi keluar dari kelas. Lelaki itu berjalan menuju toilet. Tak butuh waktu lama untuk sampai karena kebetulan ruang kelas yang dipakai mata kuliah tadi letaknya tidak terlalu jauh dari toilet. Haruto masuk ke dalam dengan menutup kembali pintunya.

Lelaki itu mengeluarkan handphone dari kantung celananya. Ia mengecek apakah ada notifikasi yang masuk, tapi ternyata tidak ada. Sejak tadi di kelas ia memang beberapa kali mengecek handphonenya. Ia pikir akan ada notifikasi dari Jeongwoo, tapi nyatanya tidak ada sama sekali.

Hari ini tepat hari kelima setelah pertengkarannya dengan Jeongwoo. Entah kenapa fasenya selalu begini, setiap kali Haruto dan Jeongwoo bertengkar pasti akan ada masa mereka saling diam satu sama lain. Namun sebenarnya satu hari setelah kejadian itu, Jeongwoo sempat meneleponnya tetapi Haruto tidak mengangkatnya. Setelah itu Jeongwoo justru tidak lagi menghubunginya sampai sekarang karena Jeongwoo pikir Haruto butuh waktu sendiri.

Haruto membuka room chat nya dengan Jeongwoo. Ia mengetik sesuatu disana namun detik berikutnya ia hapus. Jemarinya kembali mengetik dan kembali dihapus lagi yang pada akhirnya ia mengunci layar handphonenya berusaha mengurungkan niatnya.

Haruto mengacak rambutnya frustasi. Dengan nafas memburu, lelaki itu menatap dirinya di cermin besar depan wastafel. Lantas suara beratnya terdengar, "Why did you do that to me? I'm not good enough for you, Woo?"

Haruto memejamkan kedua matanya seraya menarik nafas. Beberapa detik berikutnya ia kembali membuka matanya. I'm tired Woo and I hate long distance relationship between us.

***

Siang ini suasana kantin FISIP tidak terlalu ramai seperti biasanya. Ngomong-ngomong Haruto memang masuk kuliah dengan lintas jurusan. Dulu sewaktu SMA ia memang jurusan IPA, seharusnya ia dapat melanjutkan kuliah yang berkaitan dengan Ilmu Pengetahuan Alam sama seperti Jeongwoo. Namun, nyatanya ia lebih memilih jurusan yang berkaitan dengan IPS dibanding IPA.

Haruto dan teman-temannya plus Doyoung memang berada di fakultas yang sama yaitu Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Haruto dan Yoshi mahasiswa prodi Hubungan Internasional tingkat awal. Hyunsuk berada di prodi yang sama dengan mereka, namun ia berada di tingkat tiga. Sedangkan Jihoon dan Doyoung berada di prodi Ilmu Komunikasi, begitu juga dengan Junkyu yang berada di tingkat dua Ilmu Komunikasi.

"Lo kenapa muka ditekuk begitu?" Hyunsuk bertanya setelah memperhatikan raut wajah Haruto.

Yoshi yang sedang mengaduk kuah sotonya lantas menyahut, "Tadi abis kena tegor dosen pas kelas." Padahal Yoshi tidak tahu kalau orang yang membuat wajah Haruto ditekuk adalah Jeongwoo bukan dosennya.

Hyunsuk membulatkan matanya. Sedetik kemudian ia tertawa geli sampai matanya hanya terlihat segaris. "Lo ngapain emang? Kok bisa ditegor dosen?" tanya Hyunsuk masih sambil cekikikan.

"Palingan nggak merhatiin dosen." Timpal Jihoon sambil sibuk menatap layar handphone. "Yakan, To?"

Yoshi menatap Jihoon dengan tatapan tidak percaya. "Lo cenayang, Ji?"

Jihoon beralih menatap temannya. "Jadi gue bener?" tanyanya yang disambut anggukan kepala dari Yoshi.

"Wah, parah sih lu. Dosen jelasin tuh perhatiin makanya. Kayak gue nih anak baik baik kalo lagi di kelas. Nggak pernah macem macem gue," Hyunsuk berucap dengan bangga.

"Cih. Baik baik apanya? Bukannya lo pernah cerita ke gue, lo pernah ditegor dosen garagara lagi ujian malah diskusi sama temen lo."

Hyunsuk memberikan death glare ke Junkyu. "Wah, lo jangan buka kartu dong anjir. Merusak nama baik gue aja lo bisanya, Jun." katanya tidak terima karena Junkyu baru saja membocorkan cerita tersebut.

"Lo lebih parah dari gue, Kak." Haruto yang sejak tadi diam akhirnya bersuara. "Nggak baik buat dicontoh."

"Yailah bocil. Nanti suatu saat lo juga bakal ada di posisi gue. Nggak bisa jawab soal, makanya diskusi sama temen." Hyunsuk membela diri.

"Diskusi apaan jir? Mana ada ujian pake diskusi segala. Nyontek mah nyontek aja kali, Cuk." Hyunsuk menggelengkan kepalanya menatap Jihoon. "Nyinyir banget lo, Bihun!"

"Har, tapi gue perhatiin lo beberapa hari ini beda kayak biasanya. Hawa lo nggak enak di liatnya. Ada masalah?"

Haruto menimbang-nimbang harus menceritakan pada temannya atau tidak. Setelah berpikir akhirnya ia buka suara, "Jeongwoo deket sama orang lain." Ucapnya yang tentu membuat teman-temannya mengernyit.

"Masa? Temen doang kali?"

"Temen tapi jalan bareng berdua?" tanya Haruto balik membuat semuanya terdiam. "Gue liat orang itu upload fotonya yang difotoin Jeongwoo, terus foto satu lagi tuh dia foto berdua sama pacar gue." Lanjutnya dengan menekankan kata pacar gue seraya melirik pada Doyoung yang sejak tadi hanya memilih diam tidak ikut dalam obrolan Haruto dan teman-temannya.

"Hmm, lo udah tanya ke Jeongwoo langsung? Biar nggak salah paham."

"Dia bilang emang pergi ke pantai sama orang itu." Haruto semakin mengerucutkan bibirnya sebal. Ia ingat lima hari lalu Jeongwoo mengakui kalau ia pergi dengan Bianca dan tidak mengabari Haruto.

"Santai, Jeongwoo nggak bakal berpaling dari lo. Gantengan lo pasti!"

"Ganteng sama cantik beda, bodoh." Sahut Haruto tidak santai.

"Hah? Oh, yang lu maksud cewek?"

Haruto memutar bola matanya malas atas pertanyaan temannya. "Menurut lo?!" Balasnya sebal.

"Terus gimana?"

Haruto menatap lurus pada piring pecel ayamnya. "Gue berantem sama dia dari hari Minggu lalu karna itu."

Yoshi masih tidak percaya kalau Jeongwoo seperti itu. "Tapi ya, gue nggak yakin Jeongwoo kayak gitu. Mungkin dia ada alesan lain, Har."

Salah satu diantara mereka menyahut. "Iya, tapi bisa aja 'kan? Namanya juga LDR 'kan jauhan, mungkin aja dia butuh orang yang bisa nemenin dia setiap saat. Sedangkan Haruto 'kan cuma nemenin dia via chat atau telfon atau video call, nggak nemenin dia secara langsung dan nggak setiap saat."

Mendengar ucapan yang terlontar dari salah satu diantara mereka otomatis membuat Haruto jadi semakin berpikiran buruk pada kekasihnya. Yoshi menatap orang yang berucap tersebut dengan tatapan tidak percaya.

"Tapi tetep aja gue nggak yakin. Jeongwoo nggak kayak gitu deh kayaknya orangnya."

"Ya, who knows?" Balas salah satu diantara mereka, lalu ia menyeruput es tehnya dan tanpa ada yang menyadari kalau seulas senyum tipis tergambar di wajahnya sekarang.

***

Perth, Australia.

Malam harinya tepat pukul 9 malam waktu Australia. Jeongwoo sejak tadi sibuk berkutat dengan laptopnya. Jemarinya dengan lihai menari di atas keyboard, mengetikkan beberapa kata di kolom search pada salah satu website. Dengan teliti ia mencari sesuatu pada website tersebut.

Setelah mengklik akhirnya ia dapat bernafas lega sekarang. Jeongwoo mematikan laptopnya lalu beralih pada handphone. Ia membuka benda pipih tersebut sampai netranya menatap aplikasi instagram yang sudah sebulan tidak ia kunjungi. Dengan begitu lantas ia memasukkan username dan password untuk masuk ke akun instagram miliknya.

Hal yang pertama kali ia temukan adalah tag-an dari akun milik Bianca. Jeongwoo otomatis segera membuka postingan Bianca yang memberi tag pada akun instagramnya. Lelaki itu menemukan tiga hari lalu Bianca mengupload foto yang ia potret dan juga fotonya dengan Bianca.

Jeongwoo memang masih ingat sewaktu di pantai, Bianca memang meminta dia untuk memotretnya dan perempuan tersebut juga mengajaknya untuk foto bersama, tetapi ia tidak mengira kalau perempuan itu akan mengupload foto dengannya.

Namun, Jeongwoo sadar kalau ia tidak bisa menyalahkan Bianca sepenuhnya karena yang ia tahu memang perempuan itu tidak mengetahui kalau Jeongwoo sudah memiliki pacar. Selama di kampus, Jeongwoo memang tidak pernah membicarakan soal kehidupan pribadinya pada teman-temannya. Selain itu, Jeongwoo pikir ia juga tidak ada hak untuk mengatur Bianca harus mengupload atau tidak foto-foto tersebut. Pada intinya tidak ada yang bisa disalahkan disini, baik Bianca atau Haruto.

"Jadi garagara ini Haruto secara nggak langsung nuduh gue selingkuh? Maafin gue Haru, kalo gue baru tau akar masalahnya apa. Lo cuma salah paham, Haruto." Cicitnya. "Gimana gue bisa nyakitin lo, kalo bahagia gue itu cuma ada sama lo? Gue nggak mungkin khianatin lo, Haruto."

Jeongwoo menggigit bibir bawahnya. Ia menatap homescreen handphone miliknya. Fotonya dengan Haruto sewaktu SMA masih terpasang disana, meski beberapa tahun sudah berlalu. Bibirnya bergetar menatap foto tersebut, "We can fix this, Haru."

Jeongwoo mengusap ujung matanya yang sudah berair. Lelaki itu kembali membuka instagram. Niatnya ingin mencari tahu apakah ada foto lain yang Bianca upload, tetapi postingan dari akun milik Doyoung di home instagramnya membuatnya berhenti. Doyoung memposting foto skateboard barunya dengan caption 'thank you for the gift! let's play together'.

Jeongwoo melihat tanggal di handphone. Ia menepuk dahinya sendiri, "Astaga gue lupa. Temen macem apa lo, Woo?" Monolognya.

Dengan begitu ia segera mencari kontak Doyoung di handphonenya. Tanpa berpikir dua kali, Jeongwoo segera menelepon temannya itu. Tidak butuh menunggu lama, nada dering tersebut berubah jadi suara lelaki yang tengah berulang tahun hari ini. "Halo?"

"Dobby, happy birthday."

Doyoung tersenyum lebar ketika mendapat ucapan selamat ulang tahun dari mantan crush nya. Lantas ia membalas, "Thank you my favorite Jeongwoo. Gue kira lo nggak inget,"

"Iya, tadi sempet kelupaan. Sorry,"

Suara kekehan dari Doyoung terdengar di telinganya. "Apa sih yang lo inget?" Haruto doang yang lo inget.

"Hehehe. Oh iya lo doa aja, nanti gue yang aminin biar terkabul."

"Yaudah gue merem dulu nih berdoa."

"Oke." Lelaki itu lantas memejamkan matanya seraya berdoa pada Tuhan di hari ulang tahunnya ini. "Udah, Woo."

"Aamiin..." Jeongwoo lantas terkekeh.

"Spill dong doa lo apa."

Suara tawa Doyoung lagi-lagi memenuhi indera pendengaran Jeongwoo. "Rahasia lah. Cuma gue dan Tuhan yang tau," katanya.

Doyoung tersenyum meski ia tahu kalau Jeongwoo tidak melihatnya sekarang. Sedangkan Jeongwoo tidak tahu kalau selain doa untuk diri Doyoung sendiri, terselip doa yang dipanjatkan pada Tuhan untuk dirinya.

"Thanks ya, Woo."

Jeongwoo terkekeh. "Samasama, Do. Lo dari tadi makasih mulu, udah kayak apaan aja." katanya.

Doyoung mengulas senyum seraya membalas. "I'm grateful to have you in my life, Park Jeongwoo."

Tanpa sadar sudut bibir Jeongwoo terangkat membentuk lengkung senyum setelah mendengar ucapan dari Doyoung. "Gue juga bersyukur punya temen kayak lo, Dobby."

"By the way, Do. Kira-kira hari Minggu nanti lo sibuk nggak?"

Jauh disana Doyoung berpikir sejenak sebelum menjawab. "Enggak kayaknya. Kenapa, Woo?"

Jeongwoo melirik kantung belanja yang masih tersimpan di kamarnya. Jeongwoo menarik nafas lalu menghembuskannya. "Ke rumah gue bisa? I have something for you, sama ada buat yang lain juga sih. Hitung-hitung terima kasih dari gue karna lo udah jadi temen baik gue. Oh iya, anggep aja sekalian kado. Hehe."

Doyoung mengangguk. "Thanks, Woo. Sebenernya gue nggak berharap dapet kado atau apapun dari lo. Lo balik kesini aja gue udah seneng kok." ucap Doyoung bersamaan dengan suara mesin mobil yang terdengar.

"Woo, sorry, kayaknya nyokap gue baru pulang. Gue tutup telfonnya ya?"

"Iya gapapa. Enjoy your day, Dobby!"

Doyoung tersenyum dari balik telepon. "Thanks. Good night, Jeongwoo." Lelaki itu lantas memutus sambungan teleponnya dengan Jeongwoo.

Jeongwoo membuka kalendar di handphonenya. Seulas senyum tipis terukir di wajahnya. Jeongwoo menatap layar homescreen yang terpasang di handphone seraya ia berucap. "Let's meet again, Haru."

I'll come back home...

---

Bianca on multimedia, photo taken by Jeongwoo (source: pinterest, izin pinjem fotonya mba ulzzang🙏) foto satunya selca sama Jeongwoo, bayangin aja foto selcanya. Oh iya makin kesini keliatan ada yang jahat ke hubungannya hjw ya? Bisa dari orang luar atau bahkan dari temen sendiri, dia kayak gitu ada alasannya kok. But please don't hate her/him. Silahkan tebak sendiri siapa, sengaja ngga aku kasih tau sekarang. See you on the next chapter

Continue Reading

You'll Also Like

1.4K 237 4
[ Boys Love Area ] - Diganggu oleh orang lain, Junkyu marah dan kesal. Namun, saat giliran Haruto yang mengganggunya perasaan benci Junkyu secara be...
146K 22.7K 41
Ketika terlalu cinta bikin orang jadi bodoh. Yah, namanya juga bulol.
74K 12.1K 25
[ END ] A little demon that only sincere love could destroy; Takata Mashiho, manusia manis yang terkesan misterius. Sifat nya yang tertutup, dan peny...
10.8K 966 23
Kisah tentang Kim Junkyu dan orang terkasihnya Started 14 Okt 2021 End 22 Feb 2022