KALE [END]

By SiskaWdr10

47.7K 3.1K 365

[Series stories F.1 familly] ⚠️Bisa dibaca terpisah⚠️ Tamat☑️ [Start: 19:07:20] [Finish: 26:11:20] Luka ter... More

01.Tersayang
02.Lingkungan Kale
03.Stempel pemilik
04.Kejadian silam
05.Si datar candu
06.Dua hama
07.Karangan Salsabila
08.The power of love
09.Kale keliru
10.Putri hujan
11.Bule peduli
12.Gugur
13.Pelukan hangat
14.Bundadari
15.Ancaman
16.Psycho
17.Sebuah rasa
18.Tersangka
19.Celah keuntungan
20.Duri manis
21.Momen
22.Cinta ke benci
23.Bekas luka
24.fired
25.Puncak masalah
26.Kacung
27.Tupperware
28.Wanke
29.Sekolah robot
30.Tumbuh
31.Pecah
32.Macan tidur
33.Bertahan
34.Sampah
35.first kiss
36.Air dan minyak
37.Jealous
38.Mabuk
39.Alasan
40.Over posesif
41.Marah besar
42.Badut
43.Omes
44.Hampa
45.Mainan
46.Roti dan susu
47.Jawaban
48.New thing
49.No LGBT
50.Story night
51.Program Gapara
52.Labil
53.Tugas
54.Taktik
56.Perangkap
57.Kesibukan
58.Permintaan
59.Tidak baik
60.Menjauh
61.Kado
62.Lolipop
63.Terbongkar
64.Double kill
65.Berakhir
66.Terbiasa sepi
67.Selamat lulus
68.About Tapasya
69.Kebenaran
70.Pada akhirnya
71.Milik ku [END]
hiii

55.Bertingkah again

288 27 6
By SiskaWdr10

Kebaikan seseorang terkadang sering diragukan. -Bule.
_______________________________________

Entah untuk yang keberapa kalinya perut Anya berbunyi, kemana pula orang yang memerintahkannya ini, walau lapar Anya bersikap baik-baik saja di depan Ica.

"Putri kata Bunda Ayah lagi nyari donor mata buat Ica, nanti Putri harus jadi temennya Ica ya walau udah nggak kerja disini?"

Anya menelan Saliva di mulutnya, "Iya, Ca."

Suaranya Anya sampai sekarang masih dibuat kecil agar identitas aslinya tidak ketahuan. "Ica mau denger cerita lagi?" tanya Anya. Ica dan Anya memang banyak menghabiskan waktu dengan bertukar cerita.

Ica menggelengkan kepalanya. "Gantian boleh?"

"Boleh banget!" jawab Anya antusias.

Ica tersenyum sebelum mulai bercerita, Anya punya feeling kalau cerita Ica akan bahagia ternyata. "Dulu sebelum kejadian Ica jadi kaya gini, Ica sama Abang udah buat rencana mau jalan-jalan," kata Ica.

Ini salah ayahku, Ca maaf. Batin Anya.

"Oh ya? kemana luar negerikah?" tanya Anya pura-pura tak tahu.

Ica menggeleng. "Sebelum keluar negeri Ica mau keliling Indonesia dulu, karena Indonesia juga nggak kalah indahnya," jawabnya. Cerita Ica seperti tak asing di telinga Anya, tapi Anya ingin tetap mendengarkannya.

"Waaah, pemikiranmu kaya Abangmu!" kata. Anya spontan. Alis Ica bertautan bagaimana bisa pengasuhnya ini tahu Kale.

"Apa, put?"

"Nggak!" Anya sadar ia keceplosan.

"Ica sama Abang emang banyak kesamaannya," jawab Ica. "Bahkan banyaknya kesamaan Ica sama Abang ini dulu kadang bikin Kak Anya cemburu," ucap Ica membuat mata Anya membulat.

"Ica tau? Abangmu cerita?" Ica mengangguk.

"Iya, dia ngaku salah tapi diulang lagi, dia emang ngeselin," kata Ica.

"Aishhh dasar Kale!" umpat Anya dalam hati, dulu Anya mengira Kale tak tahu bahwa ia cemburu pada Ica.

"Abang selalu bilang Kak Anya cantik dalam situasi macam apapun termasuk lagi cemburu sama Ica, dia suka itu," kata Ica yang berhasil membuat pipi Anya merah merona.

"Jadi dia sengaja bikin Kak Anya cemburu?" tanya Anya. Ica mengangguk.

"Sengaja dan perlu," ucapnya. Anya terkekeh kecil. "Putri Ica bisa nggak ya seneng-seneng lagi sama Abang dan Kak Anya?"

"Bisa!" jawab Anya bersemangat.

"Dengan cara?" tanya Ica.

"Tidur Ica ini udah malem," ucap Risa yang baru datang.

"Bunda Ica lagi cerita juga!" kesal Ica.

Risa tahu Anya kelelahan, ia pun memberi isyarat agar Anya pergi ke luar. "Putri izin makan dulu ya, ca," kata Anya. Ica mengangguk dengan bibir yang mengerut.

"Eh kok ngambek? nggak seneng diteminin Bunda?" tanya Risa, Ica langsung menunjukan senyum lebarnya.

Setelah turunnya dari mobil Bule, Kale berjalan cepat menuju kamar Anya. Kale seolah tahu kalau Anya sudah ada di kamarnya, dan ternyata benar Anya tengah makan ayam bakar pemberian Galang.

"Kebiasaan kalau masuk itu ketuk pintu dulu Kale!" ucap Anya. Kale memasang wajah dingin dan mendekati Anya, matanya melihat banyakan makanan di meja rias itu.

Semakin Kale larang semakin Galang menjadi-jadi. "Siapa yang suruh lo makan?" tanya Kale.

"Nggak ada," balas Anya dengan wajah polosnya.

"Masukin semua makanan ke kulkas terus lo tidur," perintah Kale.

"Nggak! Anya mau makan," kata Anya.

"Ini dari si bajingan itu kan?" tanya Kale. Anya mengangguk ragu.

"Yaudah gue buang!" kata Kale sambil mengambil salah satu makanan dan Anya tahan.

"Kale Anya lapar!" balas Anya.

"Suruh siapa nggak nurut kata gue?"

Anya berdecak kesal. "Galang cuma temen Anya, Le."

"Jangan manfaatin kata temen gue jijik," ucap Kale.

"Emang harusnya apa, pac-"

Brak!

Kale menggebrak meja rias Anya hingga Anya terkejut. "Bisa nurut nggak si sekali aja?!" kesal Kale.

"Anya nggak boleh makan gitu?" tanya Anya sambil menunduk.

"Bolot! Ya iya lah tadi sore kan gue udah bilang," kata Kale. "Lo kayanya udah cocok nya pergi dari rumah ini dan jadi pengemis di jalan, ini sebagian bukti kalau lo minta-minta ke Galang kan?"

Ucapan Kale membuat Anya langsung menatapnya tak percaya. "Nggak, Galang emaang peduli sama Anya, dia cinta sama Anya!" jawab Anya berhasil membuat Kale cemburu.

"Cinta? Oke, artinya dia emang niat bikin lo menderita, semakin Galang sayang lo semakin niat buat gue bikin lo mati pelan-pelan!" ucap Kale lalu mengambil semua makanan milik Anya.

Anya menahannya dan sebisa mungkin Kale tepis agar Anya tak terdorong, tapi dasarnya perut lapar membuat Anya jadi lebih sedikit ganas. "Punya Anya Kale!" ucap Anya.

"Lepas!" balas Kale. Anya sampai berjingkat untuk bisa menahan.

"Nggak! punya Anya, punya Anya, punya Anya!" keduanya sama-sama keras kepala.

Bruk....

Makanan itu jatuh semua ke lantai, dengan bodohnya Anya langsung duduk di lantai dan memakan makanan itu bak orang gila di tepi jalan. "Sonya lo gila!" ucap Kale membentak.

Tak peduli apa yang dikatakan Kale, Anya hanya lapar. Menjijkan sekali Anya makan ayam bakar yang sudah jatuh ke lantai. Kale menarik tangan Anya tapi Anya menepisnya sambil memakan ayam tersebut, Kale menjambak kesal rambutnya.

Tanpa sadar saat Anya makan sambil mengeluarkan air mata, makan saja rasanya sulit. Mata Anya melihat pada wajah Kale saat laki-laki itu menginjak makanan Anya dengan telapak kakinya yang masih menggunkan sepatu, alhasil ayam itu jadi kotor.

Kale dapat melihat Anya menangis dan menahan kesal, bukan jijik Anya malah mengambil kembali ayam itu lebih banyak dan ia masukan ke mulutnya hal itu membuat Kale marah besar, ia menarik Anya untuk berdiri dan mengambil ayam bakar kotor yang Anya genggam. "Itu jijik Anya!" bentak Kale ke depan wajah Anya.

"Biarin! kenapa?"

"Lo bisa sakit!" balas Kale.

Air mata Anya mengalir begitu saja. "Terus apa bedanya sama nggak makan?" tanya Anya dengan senyum kirinya, Anya merasa Kale khawatir akan kesehatannya.

"Ya beda, itu bisa bikin lo langsung mati. Gue nggak mau ngurus orang sakit mending langsung mati aja!" jawab Kale Anya langsung terdiam. "Puas lo? siapa yang peduli sama lo, nggak ada! bahkan si bajingan itu punya maksud tertentu kenapa dia ngirim makanan ini buat lo!"

"Karna cinta!"

"Karena lo tolol!" jawab Kale cepat.

Tatapan Kale semakin dalam pada Anya. "Semakin hari lo semakin parah gara-gara dia, gue bilang dari awal jauhin dia! lo sampe rela bohong karena dia, apa itu menurut lo cowok baik?"

"Setidaknya dia nggak bikin Anya ngerasa hina kaya Kale!"

"Jangan bandingin gue sama dia!!!" balas Kale dengan suara meninggi hingga Anya menutup matanya. Jari Kale menunjuk-nunjuk pada pelipis Anya. "Raga lo pasti malu karena harga diri lo ilang berkat sikap bodoh lo sendiri, sekarang lo sama orang gila nggak ada bedanya!"

"Jangan bandingin Anya sama orang gila, dasar Kale psikopat!" ucap Anya dengan mata terpejam. Gadis ini meledek tapi dengan mata yang tertutup Kale jadi menahan tawa.

"Dasar lo idiot, tolol, gila!" balas Kale lebih pedas. Anya membuka matanya dan menatap Kale tajam.

"Dasar Kale mulut cabe, bawang bombay!" ucap Anya ikut meledek. Kale berdecih, Anya terlalu takut untuk meledek yang lebih parah dari itu.

"Ciihh, mulut cabe tapi lo doyan," kata Kale. Anya langsung salah tingkah.

"Ng-ng-nggak!" jawab Anya. Alis Kale terangkat satu.

"Masa? gue coba ya buat ngebuktiin. " Anya langsung memeluk Kale karena takut laki-laki itu berbuat macam-macam padanya.

"Kale jangan gitu, Anya takut." Kale menalan saliva di mulutnya saat di peluk Anya dengan erat.

"Takut?"

"Takut Kale macem-macem lebih dari itu," kata Anya jujur. Kale terdiam, ia pikir selama ini Anya tak ada rasa takut saat Kale mencium bibirnya, ternyata ia salah. Mungkinkah rasa Anya pada Kale hilang?

Secara kasar Kale melepaskan pelukan tersebut, ia mengakui bahwa ia kecewa. Kale menatap Anya sangat dalam.

"Ka-le-"

Lalu Kale pergi begitu saja, meninggalkan Anya dan kekacauan yang telah ia perbuat. Anya dibuat bingung dan kesal oleh Kale, mungkin tak makan semalaman tak akan mati.

Haikal berdecih saat tahu ada salah satu teman Bule yang pandai menipu anak buahnya. "Gue nggak akan bisa hidup tenang kalau Bule dan Ray masih bebas berkeliaran tanpa rasa bersalah, pantau terus Bule gue juga bisa bermain secara kasar!" perintah Ray.

                               🐟🐟🐟

Wajah Anya pagi ini sangat kusut, seperti tak ada sedikitpun gairah untuk hiudup. Tanpa persetujuan dari Anya Galng langsung menarik tangan Anya untuk duduk di tempat biasa mereka duduk padahal Anya belum menyimpan tas-nya.

"Apa ini?" tanya Anya pada piring berisi makanan.

"Udah gede juga main kata masih salah aja," kata Galang membuat bola mata Anya berputar.

"Iya maksud Anya ini makanan kenapa Galang kasih ke Anya?!" ralat Anya sedikit sewot.

Galang terkekeh kecil. "Sekali-kali cobain makanan anak kelas unggulan," kata Galang.

Kebetulan sekali Anya sangat lapar, ia pun menerimanya dan mulai memakan pemberian Galang. Bukan hanya firasat Galang yang yakin Anya tak makan tapi juga Galang tak suka sayur jadi ia berikan pada Anya.

Sambil menunggu Anya selesai makan Galang membaca komik yang kemarin ia beli. Mungkin Kale akan lebih marah bila ia tahu apa yang terjadi detik ini. Selesai sudah kegitan makan Anya. "Anya bakalan jauhin Galang," kata Anya dengan polosnya. Tak tahu diri sudah Galang beri makan malah menjauh.

"SMP sekali anda," balas Galang sambil menutup buku komiknya.

Alis Anya bertautan. "SMP?"

"Sudah makan pulang," jawab Galang.

"Aishhh," Anya melipat tangannya lalu menatap Galang. "Liatin Anya! Anya lagi mode apa?!"

Sesuai perintah, Galang menatap Anya. Tatapan semakin lama semakin kosong seperti ada orang yang tengah ia bayangkan saat melihat wajah Anya. "Galang mikirin siapa?" tanya Anya membuat lamunan Galang langsung buyar.

"Nggak," kilahnya padahal ia sedang memikirkan Tapasya.

"Apa jawabannya?" tanya Anya.

"Kan kemarin udah dijawab Nya, cinta." Galang lagi-lagi mengoreksi ucapan Anya.

Anya mendengus kesal. "Ishhh! Anya mode apa jadinya?"

"Mode lapar," balas Galang.

"Kale yang minta," kata Anya.

"Dia sebenernya maunya apa si, Nya?" tanya Galang, Anya mengangkat bahunya sebagai tanda tak tahu.

"Dia baik sama lo, tapi baiknya dia ada maksud tertentu," kata Galang. Anya terdiam, Kale pernah mengatakan hal serupa dengan Galang malam itu dan jelas pasti si ikan lele itu menuduh Galang.

Wajah Anya langsung datar. "Kale bilang gitu ke Galang dan sekarang apa? Galang bilang gitu juga ke Anya?"

"Hah? Kale fitnah gue?!"

"Anya nggak tahu siapa yang bohong," balas Anya. Pada dasarnya kedua manusia itu membohongi Anya.

Galang jadi ikut berpikir, bagaimana bisa Kale menyimpulkan kalau dirinya punya alasan dekat dengan Anya? siapa yang memberitahunya.

"Inget nggak saat lo nangis di tepi danau?" tanya Galang. Anya mengangguk.

"Lo bilang Kale jadiin mainan buat lo dan segala tindakannya termasuk ucapanya itu cuma main-main," lanjutnya.

"Ah-hah ya juga!" balas Anya langsung percaya. "Anak itu kira Anya ini dufan atau taman bermain yang seenaknya dia mainin dan dia tipu?! nggak lagi!"

"Good girl," kata Galang sambil memberikan Anya dua jempol.

Drtt....

Abigel:
Nggak sekolah? Help pr gue belum ni.

Anya langsung membalasnya dan Galang kembali membaca komik. Ia terkejut saat melihat wajah salah satu tokoh komik yang mirip sekali dengan Kale.

Anya:
Sekolah, lima menit lagi Anya ke kelas.

"What the-" Galang kembali menyimpan buku tersebut dan menatap wajah Anya.

"Kenapa?" tanya Anya.

"Parah musuh gue ada di komik!" ucap Galang.

Kening Anya berkerut. "Sampai ke komik juga Galang punya musuh?"

Galang langsung menunjukan apa yang ia lihat. "Lho Kale?" ucap Anya lalu mengambil komik itu. "Woah ini beneran Kale? sama aja gantengnya," Galang cemburu saat mendengar pujian Anya, ia pun langsung menarik komik itu.

Drtt....

Abigel:
Cepet! ngapain lo mojok ya sama Galang?

"Ih nggak!" kesal Anya saat membaca pesan dari Abigel, Galang melihat pada Anya.

"Emang nggak ganteng," jawab Galang. Anya bangkit dari duduknya dan mengambil tas dengan wajah marah.

"E-e-eh iya nya iya ganteng kok si Kale," ucap Galang mengira kalau Anya marah karenanya.

"Makasih, Anya ke kelas dulu!" kata Anya lalu berjalan dengan wajah sinisnya meninggalkan Galang.

"Secinta itu Anya ke Kale? gue tetep nggak akan nyerah!" kata Galang bersemangat.

"Kenapa, Nya?" tanya Bule saat mereka berpapasan di jalan.

"Nggak, oh iya." Anya berjingkat mendekati telinga Bule. "Kale kayanya punya pengagum rahasia deh," ucap Anya.

Bule terkekeh kecil mendengarnya. "Siapa?" tanya Bule. Dengan tampang polosnya Anya melihat kesana kemari takut ada yang mendengar percakapannya dengan Bule, Anya kembali berbisik pada Bule.

"Nggak tahu, orangnya pinter gambar sampe Kale di jadiin visual di komik, mungkin aja komik itu karyanya!" ucap Anya serius. Bule mangangguk-ngangguk seolah percaya.

"Siapa tahu Kale sendiri gambar mukanya dan bikin cerita itu," kata Bule. Anya terdiam mencerna ucapan Bule.

"Emang iya? terinspirasi dari mana si psikopat itu?" tanya Anya dengan polosnya. Bule kembali terkekeh kecil saat Anya menyebut Kale psikopat.

"Dari kaca...." ucap Bule, Anya menoleh pada Bule. "Bisa jadi kan Nya? saat dia ngaca dan dia bilang 'waah ternyata gue emang ganteng cocok buat jadi visual komik, pasti terkenal ni gue' ya kan?" tanya Bule. Anya mengangguk.

"Ah-ya bisa jadi!" balas Anya yang berhasil terbodohi. "Tapi apa mungkin Kale sepede itu?"

"Ya-ya-ya mungkin-mungkin aja, Nya! dia orangnya misterius dan susah ditebak," balas Bule semakin nyeleneh dan membuat Anya bingung.

"Hm bisa jadi deh ... oh, Abigel!" ucap Anya yang ingat bahwa ada seseorang yang menunggunya di kelas. Ia langsung berlari menuju kelasnya.

Bule dibuat tersenyum lebar oleh tingkah Anya yang sangat polos itu, mungkin itu alasan mengapa Kale bisa secinta itu pada Anya. "Mana mungkin Kevin berani pake gadis polos kaya Anya, ada sensainya gitu?" tanya Bule terheran-heran. Memang dari ketiga teman-temannya Kale tak ada yang mengetahui rahasia antara Kale, Kevin dan rencana busuk mereka berdua.

Tak mau dibuat bingung Bule berjalan ke kelasnya, bel masuk berbunyi tapi kelas Bule masih belum kedatangan Guru. Bule menyolek bahu gadis yang duduk di depannya, gadis itupun menoleh. "Kenapa?"

"Hari ini pelajarannya apa?" tanya Bule sambil menguap. Gadis di depan Bule itu terkekeh kecil, ia merasa Bule bener-bener mirip tingkah jeleknya dengan Ray.

"MTK wajib, MTK peminatan, fisika, kimia dan ada tambahan kelas tiga bahasa setengah jam," jawabnya. Gapara memang punya kelas tambahan di hari-hari tertentu dan jelas itu membuat anak-anak yang berambisi bersemangat karena wawasan mereka semakin banyak. Ditambah tiga bahasa itu menyenangkan bagi mereka, nanti ada satu Guru yang akan mengajari mereka tiga bahasa dari mulai bahasa Jepang, Korea dan Eropa.

"Woahhh pelajaran favorite ... buat bolos," kata Bule. Gadis di depannya itu terkekeh kecil, ia manis saat tersenyum seperti itu.

"Makasih manis," kata Bule.

"Eh?" jawabnya.

"Gue nggak tahu siapa nama lo, manis mungkin nggak buruk-buruk amat buat dipake nama panggilan, asalkan...." ucapan Bule menganggtung.

"Asalkan apa?"

"Jangan ditambahin kata si-jembatan Ancol, serem!" jawab Bule. Apakah mungkin Bule akan so asik dengan orang-orang?

"Si manis jembatan Ancol?" tanya gadis itu, Bule memgangguk dan membuat gadis itu tersenyum lebih manis dari awal sampai-sampai Bule terdiam akibat kagum, mengapa Bule tak sadar mempunyai teman sekelas yang cantik!

"Nama gue Chika," ucapnya.

"Gue Bule," jawab Bule.

"Karena kulit lo putih?" tanya Chika. Bule mengangguk.

"Sombong amat," ucap Chika lalu bangkit dan berjalan keluar kelas. Bule sontak ikut berdiri dan mengikutinya.

"Kemana lo bentar lagi Gurunya masuk," kata Bule sambil menyamakan langkah kakinya dengan Chika.

Chika menoleh pada Bule. "Ya gapapa lagian itu bukan kelas gue," jawab Chika.

"Lah terus lo dari mana tau jadwal?" tanya Bule terheran-heran.

"Itu sebenernya jadwal kelas gue, gue males banget jadi bolos deh ke kelas lo buat ngobrol sebentar sama temen gue," kata Chika dengan entengnya.

Sepertinya gadis ini satu frekuensi dengan Bule. "Pantes gue nggak pernah liat lo," ucap Bule membuat Chika tersenyum senang seolah tak punya beban. "Hobi lo senyum gitu ya?"

Chika mengangguk. "Lo sendiri mau kemana?"

"Bolos juga," kata Bule.

"Wah sama! mending kita-"

Bule menarik tangan Chika untuk bersembunyi sebab ia melihat Guru yang berjalan ke arah mereka. "Gue ada tempat bolos yang aman," kata Bule.

"Dimana?" tanya Chika.

Tiba-tiba saja Bule menunjukan jari kelingkingnya pada Chika. "Apa?"

"Janji sama gue jangan jadi cepu," balas Bule, tanpa ragu gadis itu setuju.

Mereka berjalan menuju gudang, sialnya ada guru piket yang menatap tajam pada mereka berdua, sekolahan ini memang teramat menyebalkan!

"Kemana kalian?" tanya Guru piket lalu melihat jam tangannya. "KBM sebentar lagi berlangsung," ucapnya.

Chika dan Bule bertatapan. Bule sama sekali tidak terlihat tegang ia malah tersenyum manis. "Perpus Bu ngambil buku buat reperensi belajar," kata Bule berbohong. Chika terdiam, ia tahu laki-laki di sebelahnya ini akan pintar mencari alasan.

"Tunjukin ke saya kartu perpusnya!"

"Kartu perpus saya sobek Bu lupa laminating sekarang mau beli lagi," Bule mengeluarkan uangnya. "Nih Bu uang buat beli," kata Bule.

Guru piket itu percaya. "Lantas temanmu ini mana kartu perpusnya?!"

Mereka berdua terdiam, "Hayo kamu mau bolos lagi ya Chika?!" todong Bu piket tersebut. Bule tersenyum tipis ternyata gandis yang mempunyai senyum manis itu sama dengannya.

"Nggak Bu, saya tadi habis belajar dari kelas El ini saya mau ke kelas, nah itu kelas saya di ujung depan, dan kebetulan ketemu temen saya ini," kata Chika sambil menunjuk ke arah sana.

Semua langsung mengarah pada yang Chika tunjuk. "Yaudah cepat sana Ibu pantau dari sini!" ucapnya.

Habis sudah mereka berdua, Chika mengangguk lalu menarik baju seragam Bule. "Jangan ngeliat kebelakang biar tu Guru nggak curiga!" perintah Chika, Bule mengangguk.

Tiba-tiba saja Bule kembali ditarik oleh Chika ke kelas yang tak ada Gurunya dan semua orang di kelas langsung memperhatikan mereka. "Lah ini kelas lo?" tanya Bule, Chika menggeleng.

"Lho kemana ini anak berdua?" tanya Guru piket lalu melangkah kembali. "Emang arah perpus ke selatan ya?" tanyanya.

Chika menghela nafas lega saat Guru itu sudah tak memantaunya, Bule malah sok asik dengan orang-orang di dalam, dengan seenak jidat Chika kembali menarik Bule keluar kelas. "Buset dikira jemuran kering kali gue," kata Bule.

"Ayo kita kemana?" tanya Chika.

"Ikutin gue," balas Bule. "Btw tadi beneran bukan kelas lo?" Chika mengangguk.

"Yang tadi itu namanya Bu Jasmin, dan kita lagi hoki karena dia nggak pakai kacamata matanya minus jadi nggak akan sadar kalau kita belok, dia juga udah agak pikun bahkan sebentar lagi bakalan pensiun jadi ya gue ngambil keuntungan dari kekurangannya," kata Chika menjelaskan. Bule tetkagum-kagum pada Chika baru kali ini ia melihat ada gadis nakal yang logikanya masih jalan.

Chika menoleh pada Bule. "Lo juga kayanya udah handal banget nyari alibi, udah biasa ya?" Bule mengangguk.

"Itu semacam bakat terpendam gue," balas Bule membuat Chika tersenyum simpul. Sampailah di gudang.

Bule melihat ke sana kemari takut ada yang melihatnya, ia membuka pintu dan mereka berduapun masuk. "Waw, gila bagus banget ni tempat!" kata Chika. Bule bersender di dekat lemari.

Chika duduk di ranjang dan merasakan ranjang itu sangat empuk, pasti harganya mahal. "Lo sering kesini?" tanya Chika.

"Hm ... ya," jawab Bule lalu ikut duduk di sebelah Chika.

Mata Chika kembali melihat kesekeliling. "Pantesan temen-temen gue pada betah disini," kata Chika.

"Temen lo?" Chika mengangguk.

"Dulu gue berteman sama kakak kelas yang dijadiin mainan Ray disini, mereka jadi sering kesini, Kakak kelas gue sempet beberapa kali ngajak gue tapi gue nggak pernah mau," balas Chika.

"Kenapa?"

"Ya gue takut aja mereka nyerahin gue ke Ray, bisa jadi kan gue ditindas karena gue bawahan mereka?" tanya Chika membuat Bule tersenyum kiri.

"Ray emang seberengsek itu ya di mata orang-orang?" tanya Bule.

"Lo nggak anggap gitu karena dia temen lo, no problem gue nggak samain lo kaya dia kok!" jawab Chika lalu tersenyum manis hingga rasanya rotasi bumi langsung terhenti.

Suasana jadi canggung. "Ma-ma-mau minum?" tanya Bule.

"Boleh," jawab Chika lalu Bule berjalan ke arah kulkas. Bule mengambil dua teh botol untuk mereka berdua.

"Waw, makin kaya di apartemen deh gue," ucap Chika membuat kening Bule berkerut.

"Terus gue om-omnya gitu?" tanya Bule membuat Chika tertawa.

"Hahaha! kurang kumisnya sih," balas Chika. Bule ikut tersenyum.

Akankah ini awal perdekatan mereka berdua? Bule mengambil gitar di dekat lemari lalu mulai memainkannya.

"Om-om pasti nggak bisa main gitar kaya gue," ucap Bule. Chika lagi-lagi tersenyum lebar, ia mengeluarkan handphonenya dan membuka aplikasi kamera.

"Senyum!"

Cengkrek.....

"Ini momen bolos terindah gue, harus ninggalin kenangan dengan cara berfoto!" ucap Chika. Bule mengangguk setuju ini juga pertama kalinya Bule punya teman yang bisa ia ajak bolos dan paling asik!

Chika mengirim foto mereka berdua ke seseorang di seberang sana, kemudian mereka bercanda riang sampai bel istirahat berbunyi.

Siapakah Chika? pengganti Anisah atau memang titipan Tuhan untuk membuat Bule kembali merasakan jatuh cinta?

                             ********

Continue Reading

You'll Also Like

1.5M 132K 61
"Jangan lupa Yunifer, saat ini di dalam perutmu sedang ada anakku, kau tak bisa lari ke mana-mana," ujar Alaric dengan ekspresi datarnya. * * * Pang...
102K 8.5K 71
Spin Off TRAVMA Kesalahpahaman di masa lalu membuat Darma ingin membalaskan dendam atas kematian sang pacar. Darma pun membentuk geng motor demi memb...
1.1K 133 35
[Ditulis hingga tamat sebelum dipublish] Mungkin bisa disebut dengan sebuah karma. Sepan yang selalu membully Tiana, berbalik mencintainya. Kata ora...
909K 67K 31
ace, bocah imut yang kehadirannya disembunyikan oleh kedua orangtuanya hingga keluarga besarnya pun tidak mengetahui bahwa mereka memiliki cucu, adik...