Kennina

By mimanuflores

601 41 0

Design cover oleh @tiadesign_ Telah terbit dalam bentuk cetak di Anbooks Publishing Setelah putus dari mantan... More

Dua
Tiga
Empat
Lima
Enam
Tujuh
Delapan
Sembilan
Sepuluh
Sebelas

Satu

136 6 0
By mimanuflores

"Morning!" sapa Nina kepada kedua orang tua serta kakak laki-lakinya saat turun untuk sarapan dan mengawali hari.

"Good morning, Nin." Mama memberikan morning kiss di pipi Nina, dilanjutkan Papa dan Nino. Nina lalu duduk di bangku makannya, mengambil roti, mengoles selai kacang dan dengan lahap menyantapnya.

"Gimana penjualan resto? Ada yang perlu Papa sama Mama bantu?" seperti biasa, sarapan adalah waktu yang tepat untuk quality talk.

"Ada!" jawab Nina langsung. "Nina mau minta tolong Papa rombak resep, boleh? Kayaknya Nina akan perbanyak dessert asal Indonesia yang dibuat lebih kekinian gitu loh, Pa. Nina sih juga udah terpikir contohnya, kayak martabak manis, kue ape, pukis atau bika ambon. Per-package, jualnya satu porsi kecil untuk satu orang gitu, Pa. Jadi, gak nyusahin dengan ukuran besar. Gimana?" jelas Nina menggerak-gerakan alisnya naik-turun tanda minta persetujuan.

"Bisa. Oke, Papa tampung ide kamu. Abang? Ada masukan?"

Nino, kakak Nina meminum air putih sebelum menjawab pertanyaan sang Papa. "Tambahin menu seafood, Pa. Banyak yang tanya. Ya, mungkin karena faktor restonya deket laut ya, jadi agak aneh pas mereka minta seafood dan gak ada... itu agak aneh sih. Ya gak, Nin?"

"Iya, bener Bang!" Nina menanggapi. Setelah berbincang lebih jauh lagi dan menyelesaikan sarapannya, merekapun berangkat ke tempat kerja mereka masing-masing.

*

Nina PoV

Halo semua! Perkenalkan, nama gue La Nina. La Nina Djojohadikusumo. Usia gue sekarang dua puluh lima tahun, seorang lulusan FISIP dengan jurusan Ilmu Administrasi Publik. Sekarang gue bekerja di salah satu restaurant keluarga, lebih tepatnya punya orang tua gue. Gue dipercaya mengelola salah satu dari beberapa cabang yang ada.

Gue anak bungsu dari dua bersaudara. Papa gue bernama Mario Djojohadikusumo, sedangkan Mama bernama Sandyakala Djojohadikusumo. Gue punya seorang Kakak yang terlihat sangat menyayangi gue, walaupun kadang suka menyebalkan juga sih, El Nino Djojohadikusumo. Gue biasa memanggilnya Abang Nino. Psst! Kalian sudah jadi orang kesekian yang berpikir nama kami berdua agak aneh karena berasal dari nama badai. Coba silakan langsung ditanyakan kepada Papa dan Mama kami ya.

Gue punya dua orang sahabat, namanya Citra dan Shila. Citra adalah lulusan mesin dan saat ini sedang menikmati hidupnya, sedangkan Shila sudah menjadi salah satu anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, memang terlihat ya yang anak ambisius siapa. Nanti kalau kalian terus membaca cerita gue, kalian akan bertemu dengan mereka berdua, dua sahabat dari kuliah yang sangat baik.

Abang Nino, Kakak gueselain juga mengurus salah satu cabang restaurant,dia juga asik menerima pekerjaan di dunia hiburan, seperti iklan, endorse sampai film layar lebar. Kalianpernah dengar kan istilah "buah jatuh tak jauh dari pohonnya"-kan? Yap!Sepertinya, genetik dari Mama lumayan berpengaruh untuk Abang gue. Walaupunsewaktu kecil, privacy kami sangatlahdijaga sama Mama, salah satunya dengan tidak memposting wajah kami berdua tanpapersetujuan dari kami. Baru-baru ini, karena kepentingan sebuah iklan yang harusfoto keluarga, jadi ada satu foto gue yang "nyangkut" di sosial media Papa,Mama juga Abang. Sisanya, tidak ada dan gue memprivate semua akun sosial media, demi kenyamanan saja sih, soalnyasetiap jalan ke mall, nonton ataudiundang gala premiere di bioskop,pokoknya yang mengharuskan ketemu banyak orang, Mama dan Abang masih suka banget dimintain foto, biasanya gue dan Papa malah menghindari itu. Lucu, gak?


Gue pacaran baru sekali, sewaktu kuliah dan hanya sebentar. Seinget gue gak sampai dua bulan sih. Habis itu? Ya enggak! Enggak ada yang namanya pendamping wisuda, gak ada yang ke resto nyariin gue, gak ada yang ngapelin tiap malam minggu. Let say, I'm picky. Tapi... kalian pernah tahu rasanya dijadiin bahan taruhan? Terus pacar kalian baik di depan, nusuk dari belakang? Kalau pernah, kita sama. Kalau yang belum, jangan sampai deh. Sakit banget rasanya! Untungnya, sejauh yang gue tahu, dia udah gak satu kota sama gue, ya mungkin juga udah nemuin yang baru kali ya. Udang lama banget juga.

Well, segitu dulu ya perkenalan kita. Selamat menyelami cerita gue yang semoga bisa kalian petik pelajaran-pelajaran baiknya. Sampai jumpa!

*

Denpasar, Bali

"Ken... ini tolong foto-fotonya kamu beresin ya. Pilih-pilihin yang kira-kira bisa dipajang di rumah Jakarta, yang menurut kamu udah gak terlalu cocok, masukin kardus aja, nanti ditaruh di gudang."

"Kenneth, habis itu Glock 20 punya Daddy tolong dibenahi ya. Satu lagi, itu tas khusus buat Desert Eagle udah ada di atas meja, kamu masukin hati-hati."

Kenneth mengangguk lalu menuruti perintah Mommy dan Daddy. Pemuda tampan blasteran Indonesia-Amerika-Romania yang berusia dua puluh enam tahun tersebut juga terbilang pendiam. Namun, sekalinya berbicara, suaranya sangatlah sexy. Pasti, akan menjadi pemikat tersendiri untuk para pendengarnya.

Kenneth anak tunggaldari seorang konglomerat yang punya usaha di berbagai bidang pariwisata. Sebutsaja penginapan, restaurant danbeberapa tempat wisata yang 'cakarnya' sudah tertancap di berbagai belahandunia. Salah satunya Indonesia. Mereka juga sangat suka berpindah-pindah tempattinggal. Mulai dari London, Sydney, Los Angeles, Paris, Singapore, Manila, Balidan sekarang Jakarta. Keinginan itu biasanya datang dari Mommy-nya, wanita

cantik asli Indonesia yang memang punya mimpi untuk keliling dunia, untungnya... mereka bertiga mudah beradaptasi di tempat yang baru.

Kenneth sedang memilih-milih foto ketika ada satu yang sangat menarik perhatiannya. Ia terdiam sejenak.

"Gimana? Udah sele—loh? Ngapain kamu?" Mommy menghampiri setelah membawa koper lumayan besar untuk disatukan di ruang tamu.

"Lihat foto masa kecil Kenneth, Mom. Dulu Kenneth lucu juga ternyata ya?" tanyanya kemudian tersenyum.

"Iyalah! Siapa dulu Mommy-nya?" Mommy malah menyombongkan diri. "Kamu inget gak itu sama siapa?" lanjut Mommy bertanya.

Kenneth hanya menjawab dengan gelengan kepala. "Memangnya siapa? Dan, gimana cerita dibalik foto ini?"

"Waktu kau berusia tiga atau empat tahun, ada teman Mommy yang kebetulan sedang berlibur bersama keluarganya ke Bali. Kami gak sengaja bertemu karena kau dan anaknya yang pertama ada sedikit pertengkaran karena istana pasir. Long story short, Mommy and Daddy mengundang mereka untuk makan malam di rumah. Sudah deh, lalu kita foto bersama," ujar Mommy memberikan penjelasan.

"Ooo, I see. Siapa nama mereka, Mom?"

Mommy menunjuk seorang anak laki-laki seusia Kenneth. "Yang ini namanya El Nino. Nino panggilannya. I think, dia memiliki umur yang sama denganmu." Lalu jari telunjuk lentik itu mengarah kepada anak perempuan yang digendong teman Mommy. "Yang ini namanya La Nina."

"Mereka tinggal dimana? Apakah kau tidak ingin bertemu dengan mereka lagi, Mom?"

"Oh! I will. I miss them so much. Terakhir yang Mommy tahu, mereka tinggal di Jakarta."

"Jakarta? Berarti, kita akan satu kota dengan mereka?"

"Yup! Yasudah, nanti lagi dilanjutkan bicaranya, ayo, lanjutkan pekerjaan masing-masing dahulu."

"Okay, Mom."

*

Sandyakala, ibu Nina, mentautkan alis ketika melihat ada panggilan masuk yang tidak dikenalnya. Ia baru saja merapikan dapur juga meja makan setelah sarapan. "Halo, selamat pagi?"

"Good morning, Kala. Sorry ganggu, ini Ayu, temen Taman Kanak-Kanak."

"Oh! Yaampun, Ayu! I'm sorry. Maaf, dulu aku belum sempat menyimpan nomormu, karena kamu belum menghubungi. How are you?"

"I'm fine. Kamu apa kabar?"

"Baik juga, Puji Tuhan. Ada apa, Yu?"

"Gini, Kal... aku sekeluarga rencananya akan pindah ke Jakarta dari Bali. Kamu masih Jakarta? Aku pengin banget silahturahmi. Udah lama banget gak mampir balik, setelah makan malam di rumahku disini. Itu juga pas Nino usia tiga tahunan kan ya?"

"Wah, iya betul banget, Yu. Anak-anakku udah besar-besar nih. Nino dua puluh enam tahun, Nina usia dua puluh lima tahun. Berarti dua puluh tiga tahun dong ya kita gak ketemu? Lama banget. Kangen deh. Iya, boleh dong. Ayo, agendakan ketemu. Kapan kamu mulai pindah ke Jakarta?"

"Secepatnya. Aku pasti akan kabari kamu kalau kami bertiga sudah sampai di Jakarta. Yaa... semoga saja sih rumahnya nanti berdekatan ya. Kamu tinggal di daerah mana?"

"Jakarta Selatan, Yu. Iya, amin. Beneran loh, ditunggu."

"Iya, bener. Yaudah, lain waktu kita sambung lagi ya. Sementara gitu dulu. Bye, Kala. Thank you so much ya."

"Iya, Yu. Dengan senang hati. Terima kasih juga aku udah di telepon, diperhatiin. Sampai ketemu ya, Yu."

"Iya, sama-sama, Kal. Bye. See you ya."

"Bye, see you." Ayu memutuskan sambungan telepon. Ia menghela napas. Ayu, teman Taman Kanak-Kanak yang dulu tidak terlalu dekat, sekarang tiba-tiba hadir kembali untuk menemuinya. "Siapa ya nama anak Ayu. Duh! Tadi bukannya aku tanya sekalian. Lupa!" rutuk Kala ke dirinya sendiri. Kala akhirnya mengangkat satu bahunya cuek, kemudian duduk santai di ruang keluarga sembari menonton televisi dan main handphone.

*

Ketukan sepatu high heels mahal, beradu dengan lantai dingin, menciptakan bunyi yang enak didengar, apalagi setelah kalian tahu siapa yang mengenakan sepatu itu. Nina. Nina berjalan di dalam restaurantnya. Hari ini ia mengenakan dress motif bunga dan tas jinjing berwarna merah muda. Rambut sebahunya ia biarkan begitu saja, ditambah make-up tipis, menambah kecantikan alami La Nina.

Nina memberikan senyum dan sapa untuk semua karyawannya sebelum masuk ke ruangan. Sungguh, dari awal dibukanya restaurant ini, dapat dihitung dengan jari siapa pegawai yang keluar masuk. Rata-rata akan betah bekerja, salah satu faktornya karena mempunyai owner yang begitu ramah, santun, cantik sekaligus pintar. Andai saja, Nina mau sedikit lebih "terbuka" di media sosial, tidak sedikit yang mendukungnya untuk daftar di beauty pagent, mengingat Nina juga punya bakat menyanyi dan bermain piano dari Mamanya.

"Morning, Ta. Ada surat apa kemarin sampai ini?" sapa Nina sekaligus bertanya kepada Tata, coordinator lapangan sekaligus manager Kala's café, tangan kanan Nina.

"Permintaan kerja sama dari salah satu perusahaan teknologi, proposalnya ada di meja ya, Mbak. Terus surat keluar penawaran pemasaran di salah satu platform dagang, yang sudah Mbak Nina setujui kemarin lusa. Terakhir, ada undangan pernikahan dari kolega Pak Mario. Ini, kebetulan baru saya terima dua puluh menit sebelum Mbak Nina tiba," jelas Tata.

Nina mentautkan alis sejenak sembari menerima undangan yang diulurkan Tata. "Kolega Papa kenapa kirim undangannya kesini?"

"Logika saya sih, ini dulu kan restaurant pertama yang Pak Mario miliki, jadi mungkin banyak yang masih tahunya, tempat ini punya Pak Mario, walaupun sudah ganti nama pakai nama Bu Sandyakala, Mbak. Para kolega Pak Mario juga tahunya Bu Kala kan istrinya. Begitu."

"Nyambung sih. Oke. Ada laporan apa lagi?"

"Telepon dari Mbak Shila dan Mbak Citra. Isinya mereka membooking resto untuk syukuran Mbak Shila, sebetulnya agak mendadak, Mbak. Tapi, saya langsung approve karena itu sahabat Mbak Nina."

"Good. Anything else?"

Tata nampak berpikir sejenak. "I think enough. Nanti sore akan saya update lagi ya kalau ada apa-apa. Mbak."

"Thank you." Setelah mengucapkan terima kasih, Tata langsung undur diri. Begitulah kurang lebih cara bekerja dengan Nina. Nina tidak suka banyak basa-basi. Nina juga hampir tidak mau tahu urusan para karyawannya di luar pekerjaan, namun bukan berarti tidak peduli. Yang penting, pekerjaan yang di kasih dalam satu hari, bisa diselesaikan. Mau dikerjakan langsung ataupun mendekati deadline, yang pasti harus ada laporan dari Tata bagaimana hasil tugas mereka. Tipe-tipe boss yang lumayan disukai oleh para karyawan, bukan?


Continue Reading

You'll Also Like

2.5M 24.5K 27
(⚠️🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞⚠️) [MASIH ON GOING] [HATI-HATI MEMILIH BACAAN] [FOLLOW SEBELUM MEMBACA] •••• punya banyak uang, tapi terlahir dengan satu kecac...
2.1M 31.3K 46
Karena kematian orang tuanya yang disebabkan oleh bibinya sendiri, membuat Rindu bertekad untuk membalas dendam pada wanita itu. Dia sengaja tinggal...
592K 39.4K 32
Semua orang mengira Saka Aryaatmaja mencintai Juni Rania Tanaka, namun nyatanya itu kekeliruan besar. Saka tidak pernah mencintai Rania, namun menola...
2.2M 31.8K 27
Mature Content || 21+ Varo sudah berhenti memikirkan pernikahan saat usianya memasuki kepala 4, karena ia selalu merasa cintanya sudah habis oleh per...