Acme

By Arriverdeci

270K 33.7K 9.6K

Wonhee tak pernah tahu, jika kedatangannya ke rumah Hala akan membuat hidupnya menjadi lebih berwarna 'sement... More

Attention
01. Hello
02. Stolen
03. Meet
04. Sibling
05. Forced
06. Accepted
07. Lesson
08. Risk
09. Shimering
10. Attempted
12. Sincerity
13. Invitation
14. Suddenly
15. Miss You
16. Wishlist
17. Engagement
18. Jealousy
19. Weakness
20. Pounding
21. Crying
22. Lovely

11. Pissed

10K 1.4K 735
By Arriverdeci

__________

Tidak ada hal yang paling menyebalkan bagi Wonhee ketika harinya disambut dengan cengiran Taehyung yang menurutnya menyebalkan sekali untuk dilihat.

Perempuan dengan rambut yang digelung acak itu menghentak kaki keras ketika membawa sepiring camilan kering untuk Taehyung ke atas balkon rumahnya. Kesal sekali, setiap ia ingin menolak permintaan Taehyung pasti laki-laki itu tiba-tiba mengaduh dengan nada yang keras membuat ibunya otomatis membentak Wonhee lagi.

Menggunakan pakaian santai; celana pendek dan kaus oblong, Wonhee menyodorkan camilan kering pada Taehyung yang tengah duduk nyaman di kursi melihat pemandangan dari atas rumah. "Ini jamuannya Yang Mulia," Wonhee menunduk hormat layaknya menjadi seorang pelayanan kerajaan pada Taehyung.

Laki-laki Kim itu merasa terkejut dengan kehadiran Wonhee, tapi melihat tingkah kekasihnya ini ia jadi tertawa, "Kau apa-apaan sih? Ada-ada saja."

"Ini yang kau mau, kan?" Wonhee mendelik, "Mengerjaiku seharian, menjadikanku babu."

Taehyung meraih piring berisi makanannya, "Ya, sepadan dengan waktu lalu. Dulu aku yang kau jadikan babu, sekarang gantian kau yang kujadikan babu." Taehyung menyadari sesuatu setelah mengunyah camilannya, "Eh, tidak, tidak. Jadi ratuku saja, itu lebih bagus."

Mengangkat bahunya, Wonhee memilih untuk berlalu menuju ke arah ruang tengah mencari salep di kotak obat. Berlebihan kan, hanya karena luka lecet di pipi Taehyung itu, Wonhee jadi pembantu.

Taehyung menyebalkan sekali, karena Wonhee tak mau datang ke rumahnya untuk merawat Taehyung, laki-laki itu malah berinisiatif datang sendiri ke sini. Dengan dalih, Wonhee harus bertanggung jawab dikarenakan Taehyung dua hari lagi akan bertemu dengan seseorang.

Dan sangat tidak mungkin sekali dengan keadaan wajah yang memar-meski sedikit, Taehyung saling bertatapan dengan teman bisnisnya. Well, Taehyung itu sangat menjaga penampilan omong-omong.

Padahal Wonhee sudah menyuruh agar datang ke klinik terdekat yang menyediakan obat yang ampuh memudarkan memar. Tapi laki-laki itu bebal sekali, ia tidak mau dirawat kalau bukan dari tangan Wonhee.

Licik sekali, kan. Ditambah Taehyung selalu berlindung dari ibunya Wonhee kalau merasakan hawa kekasihnya nampak marah menerima perlakuannya hari ini. Wonhee kesal. Tapi Taehyung suka mengganggunya, bagaimana dong?

"Ini pakai salep dulu." Perempuan tinggi itu duduk di samping Taehyung dengan tatapan yang amat datar. Telunjuknya hendak mengoles sesuatu ke pipi Taehyung yang nampak masih membiru.

"Tunggu dulu," Tangan Taehyung menahan pergerakan Wonhee, "Katanya kalau pipiku ini dicium, pasti sakitnya langsung hilang berangsur-angsur, Hee. Coba deh," Laki-laki itu menyentuh pipinya.

Wonhee tersenyum manis, kelewat manis sampai-sampai Taehyung jadi takut untuk melihatnya, "Huu benarkah, aku cium pakai kepalan tanganku saja, bagaimana?" Wonhee menunjukkan kepala tangannya di depan Taehyung.

Laki-laki Kim itu terkekeh sejenak, ternyata Wonhee belum bisa menerimanya. Maksudnya menerima perlakuan selayaknya sepasang kekasih, memang salah ya Taehyung manja dengan Wonhee?

Tapi Taehyung sadar kok, wanita ini ia dapat dengan cara memaksa sudah pasti ia dicintai dengan cara yang sama juga. Tidak tulus.

"Mudah-mudahan kau mau membuka diri untukku, Hee." gumamnya, "Walau sulit."

Wonhee memilih bungkam. Wajahnya terkesan datar, ia menggerakkan tangannya untuk memoles salep di pipi Taehyung. Sempat terpana juga dengan paras tampannya, walau hanya sekejap lantaran ia masih terbayang bagaimana laki-laki ini memperkosanya waktu itu. Tidak pernah hilang dari ingatannya.

"Wonhee aku mau dibuatkan yang segar-segar." kata Taehyung selepas Wonhee selesai dengan urusan pipinya.

"Makan angin saja, itu sudah membuatmu segar."

Taehyung menggeleng, "Mau dibuatkan es buah, ada melon dan stroberinya yang banyak."

Percayalah, waktu Taehyung bilang begitu bibirnya mempout lucu. Entah kenapa, itu menggemaskan menurut Wonhee. Hanya sekilas tapi.

"Kau kira rumahku ini supermarket? Apa yang kau mau selalu ada?" tukas Wonhee sedikit galak. Lalu ia berdiri lagi hendak pergi.

"Tapi, Hee, kau kan sudah berjanji pada Eomma-"

"Iya aku buatkan. Tunggu di sini."

Hehe, Taehyung senang kalau sudah begini. Setelah Wonhee pergi untuk membuatkan es buah, tiba-tiba Taehyung merasakan ada suara derap langkah kaki berjalan di belakangnya.
Ia langsung menoleh, itu si adik ipar. "Heh, Jungkook!"

Bocah laki-laki berbalut sweater dan celana pendek berwarna hijau itu menggerakkan kepalanya ke sana kemari mencari alamat palsu. Ah tidak, mencari suara seseorang lebih tepatnya.

"Oi, Jungkook di sini!" teriak Taehyung sekali lagi.

Jungkook langsung menoleh ke arah kanan, di balkon rumahnya ada Taehyung nampak santai duduk di kursi lipat. Dengan segera ia menghampiri bank berjalannya itu.

"Wah, Hyung pagi-pagi sudah datang ke sini. Tak ada kerjaan." cibirnya lalu duduk santai di kursi samping, mata bulat Jungkook memperhatikan keadaan di bawah, jalanan yang nampak lenggang.

"Ini juga karenamu juga, kan. Makanya pipiku jadi seperti ini." Taehyung menunjuk pipi memarnya.

"Ih, cuma pipi saja. Kenapa Hyung malah jadi orang lumpuh di sini. Merepotkan Noona-ku saja."

Ini tak biasanya Jungkook membela kakaknya, biasanya selalu dikatai. Mungkin bocah Jeon ini juga merasakan kekesalan kakaknya.

"Sudahlah, Kook. Lagipula aku suka dirawat Wonhee." bangganya seraya menampilkan senyum kotak yang menurut Jungkook menyebalkan.

"Ah, baru begitu saja sudah sombong. Jungkook juga kalau sakit dirawat Noona, ditimang-timang seperti bayi." Jungkook mencetak wajah lebih songong dari pada Taehyung sebelumnya, "Hyung cemen!"

Tunggu sebentar, ditimang-timang? Beruntung sekali bocah ini Ya Tuhan. Tapi setelah dipikir, badan Jungkook saja sebesar badak, Wonhee sedikit kerempeng. Bagaimana bisa ditimang?

"Bohong, kau. Wonhee mana mampu mengangkatmu? Badanmu saja seperti baboon!"

"Terserah, kalau tidak percaya."Jungkook mengangkat bahu tak acuh, malas meladeninya. Kenapa malah adu mana paling dapat perhatian lebih dari Wonhee jadinya. Bingung juga.

"Jungkook tampan sayangnya Eomma, ini ada Jihan datang!"

Teriakan ibunya dari bawah membuat dua laki-laki itu menoleh, Jungkook bersemangat sekali saat mendengar nama pujaan hatinya. Ia langsung balas berteriak dari tempat.

"Suruh Sayangnya Jungkook ke sini Eomma!"

Taehyung merasakan telinga berdengung. Jungkook suaranya cempreng juga walau terkesan manly. Tapi memang keluarga Wonhee ini hobi berteriak kencang-kencang. Tidak salah sih.

"Hyung, aku mau bertanya." Jungkook mendekat, "Hyung kan, pernah berciuman dengan Noona ya?"

Polos sekali anak ini bertanya, tapi Taehyung ladeni juga. "Iya, memang kenapa?"

Sebelum Jihan ke sini, Jungkook sedikit cerita dulu. Mungkin Jihan ke sininya nanti, pasti dicegat ibunya dulu lah di bawah.

"Jadi dua hari lalu, aku melakukan ciuman dengan Jihan. Dan rasanya-" Jungkook berhenti sejenak, menutup mata, lalu mengacungkan jempol, "Ah, mantap."

Taehyung memasang ekspresi tak bisa terdeteksi, shock, "Astaga bocah! Belajar yang baik-baik dulu baru ciuman. Aku tak percaya kau sudah jadi nakal, Kook."

"Lho," Laki-laki Jeon itu mengernyit, "Bukannya Hyung yang mengajariku jadi laki-laki nakal, ya?"

Taehyung mengerjap sebentar, "Eh, iya. Lupa .."

"Sudah, lupakan. Jadi aku mau bertanya soal ini," Jungkook mengulum bibir tipisnya, "Tutorial melumat bibir Hyung. Aku sedikit kaku melakukannya dengan Jihan, nanti takutnya ia merasa aku tidak profesial. Tidak mantap, Hyung."

Taehyung menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Kenapa ia harus punya calon ipar seperti ini. Untung adiknya Wonhee.

"Kook, dengar. Aku tidak mau meracunimu lagi seperti waktu itu. Kau tak lihat bagaimana kakakmu mengomeliku seharian karena kau mendadak jadi orang stres? Aku tidak mau menanggung resiko lebih berat lagi. Sorry, vroh." Taehyung angkat tangan.

Tapi laki-laki Kim itu menambahkan, "Lagipula, untuk apa mencari tutorial berciuman. Kau tahu, sentuhan bibir itu perasaan yang mewakilkan, coba saja kalau kau merasa bahagia pasti ciumannya lebih hangat. Bukan dari caranya, Kook. Ciuman itu ibaratnya jembatan, kau merasa senang lalu berciuman maka perasaan bahagiamu itu pasti akan tersalurkan juga pada pasanganmu. Cobalah santai, nikmati waktunya nanti juga kau lihai berciuman."

Oke, Taehyung juga bingung korelasinya apa dari semua kalimat-kalimatnya. Tapi sialnya, Jungkook malah mengangguk-angguk paham. Taehyung yang menjelaskan saja tak mengerti.

"Kak Jungkook~"

Suara lucu itu membuyarkan lamunan Jungkook, ia langsung bahagia kalau sudah melihat Juliet mungilnya ini datang. "Sini, Sayang duduk."

Euw, bocah ini masih kecil sudah memanggil sayang-sayang. Dan lagi yang menggelikan adalah Jungkook menepuk pahanya seolah menyuruh Jihan duduk di sana.

"Jihan duduk di sini saja-eh, Kak Taehyung kok pipinya dicium monyet?" Jihan yang duduk di samping Jungkook itu tiba-tiba menunjuk Taehyung.

Taehyung terkejut lagi. Dicium monyet katanya? Ini dicium sikunya Wonhee, astaga. Kenapa dengan anak ini, sih. Buat darah tinggi saja baru datang.

"Bukan, Sayang. Tae-Hyung pipinya bengkak dicium bogeman Kak Wonhee." jelasnya pada sang pacar. Walau pintar, Jihan sebenarnya sedikit lola. Bukan bodoh, ya. Jungkook tidak mau pacar sayangnya dibilang bodoh. Awas saja ada yang bilang begitu, Jungkook gigit biji matanya.

"Jihan kok, tiba-tiba ke sini? Rindu dengan pangeranmu ini, ya?" Jungkook mencolek dagu Jihan.

"Tidak, kok. Kak Jungkook ini suka lupa, ih. Padahal kemarin Kak Jungkook minta Jihan ke sini." Jihan mempout bibirnya, membuat Jungkook gemas ingin mencium. Kalau tak ada Taehyung mungkin sudah dilakukan.

Di sisi lain, Taehyung nampak menutup mulutnya. Sumpah, ia tak kuat berada di sini lama-lama. Mau muntah melihat kisah cinta para ubur-ubur ini.

"Wah, ada Jihan juga di sini." Wonhee yang baru datang membawa semangkuk es buah menyapa Jihan.

"Halo, Kak Wonhee!" sambutnya gembira.

Wonhee memilih duduk di kursi sebelah kiri Taehyung, karena sebelah kanannya sudah ditempati para bayi ubur-ubur.

"Ini es buah pesananmu, Yang Mulia."

"Suap, suap!" Taehyung kembali berteriak gemas. Sekarang giliran dirinya yang pamer-pamer kemesraan dengan Wonhee. Yang tadinya Jungkook, uh sebuah karma.

Wonhee menurut, menyuapi Taehyung. Padahal laki-laki ini hanya pipi saja yang sakit, berlebihan sekali sakitnya. Tapi Wonhee tahan, ia juga takut dengan ibunya.

Gadis mungil yang memakai hoodie dan celana jeans itu memandang keromantisan Wonhee dan Taehyung. Jihan bukan iri dengan kemesraannya, tapi ia mau cicip yang ada di mangkuk itu.

"Kak Jungkook," Jihan berbisik pada Jungkook yang sama terdiam, "Jihan mau itu .." tunjuknya pada es buah Taehyung.

Taehyung dan Wonhee menyadari kelakuan Jihan, oh jangan sampai es buahnya ini jadi rebutan. Yang sakit di sini itu Taehyung ya, jangan curi-curi es buahnya.

"Noona, Jihan mau minta es buahnya." katanya pelan, "Jungkook juga, hehe."

Wanita bermata bulat itu memandang kekasihnya agak sendu, nampak memohon, "Bagaimana, Tae? Mereka minta juga, aku hanya buat segini saja."

Taehyung melirik sarkas ke arah bayi-bayi itu, dan malah menampilkan mimik wajah menyedihkan. Kan jadi tidak tega.

"Ya sudah." ketusnya, "Tapi jangan dihabiskan."

Jihan langsung membuka mulutnya ke arah Wonhee, juga Jungkook. Ya begitu lah Wonhee menyuap bergantian pasangan mungil itu. Walau sendoknya satu, tak apa ciuman secara tak sengaja.

Jihan itu sudah terbiasa dengan Wonhee, jadi di rumah ia masih disuapi mama kalau mau makan. Jadi di sini juga ia seperti itu. Keluarga Wonhee nampak biasanya saja kok menanggapi, malah mereka gemas punya anak gadis imut.

Beberapa menit setelahnya, mangkuk es buah itu habis juga dimakan oleh tiga bayi dadakan Wonhee. Gemas sih, tiga orang ini lumayan membuat mood Wonhee bangkit setelah diomeli ibunya tadi.

"Ayo, Sayang ke kamar," Jungkook menarik Jihan.

"Eit! Ke kamar ke kamar mau apa?" tanya Wonhee menyelidik.

"Belajar lah, Jihan juga bawa tas sekolah ke sini." Jungkook menunjuk tas yang Jihan bawa.

"Kenapa harus di kamar belajarnya Kook? Di depan kolam ikan Appa saja."

Jungkook merajuk, "Kenapa di depan kolam ikan, sih. Bau kotoran ikan, Jungkook pilih di kamar biar sejuk. Ada AC-nya."

Jika sudah begitu, Wonhee bisa apa. Jangan sampai rajukan Jungkook ini didengar ibu. Bisa dimarahi lagi Wonhee.

"Ya sudah, sana."

Dua pasangan bayi itu masuk ke dalam lagi. Meninggalkan Wonhee yang menunduk sendu, ia mengalah terus rasanya. Bukannya kenapa ia juga tak mau Jungkook bersikap sesukanya hanya karena lebih disayang Eomma.

Sadar sih, apa-apa yang memimpin itu ibunya di sini. Appa tegas walau ia bersikap sedikit cuek. Makanya, ibunya yang cerewet itu selalu mengatur. Kadang Wonhee tidak suka ketika ia dibedakan dengan Jungkook. Sedih, iri juga.

"Jungkook emosinya naik turun ya, masih persis seperti pantat bayi. Sensitif."

Wonhee mengangguk setuju, "Ya begitu lah keluargaku, Tae. Kau juga sudah lihat kan, jadi pasti paham."

Taehyung lihat dari ekspresi Wonhee, kekasihnya ini nampak sedih. Taehyung tahu itu, "Kau tadi menangis, ya?"

"T-tak! Mana ada," Padahal Taehyung sadar, bulu mata perempuan Jeon itu agak basah. Mungkin tadi sempat bertengkar di bawah bersama ibunya.

"Tak apa-apa, Hee. Cerita saja, aku kan kekasihmu." Walau sering bergurau, Taehyung itu peduli dengan Wonhee. Ia mendengar perempuan Jeon itu menarik napas.

"Aku sempat berpikir Eomma tidak menganggapku sebagai anak kandung, Tae. Aku berpikir aku hanya dijadikan pembantu mungkin. Yang ada di matanya itu selalu Jungkook, Jungkook dan terus Jungkook. Mungkin karena dia laki-laki jadi sudah pasti jadi penerus dan diam di sini menjaga Eomma Appa, sedangkan aku perempuan pasti lepas dari sini dan tinggal di rumah orang."

Taehyung mendengarkan setiap cerita Wonhee, memperhatikan paras cantik naturalnya juga. Lumayan, hehe.

"Aku sempat benci dengan Jungkook, tapi setelah kupikir ini bukan salahnya. Jungkook tak salah lahir di sini. Aku merasa aku lah yang tak pantas di sini, sebodoh itu memang."

Taehyung menegakkan tubuh, menatap Wonhee, "Kadang kau boleh beranggapan seperti itu, tapi percaya padaku Wonhee. Ibumu sayang padamu, mungkin kau berpendapat seperti itu karena kau belum melihat rasa sayangnya secara nyata. Ditutupi oleh Jungkook, kau tahu Jungkook masih bayi bahkan pipis ketika malam saja harus diantar. Itu yang membuat ibumu lebih memperhatikan Jungkook. Aku yakin ibumu sayang denganmu, Hee, melebihi Jungkook."

Wonhee tersenyum simpul mendengarnya. Taehyung bisa bijaksana juga, padahal laki-laki ini sering dibodohi oleh Jungkook. Tapi mendengar kalimatnya, Wonhee merasa sedikit lebih tenang. Bisa mencurahkan isi hatinya hari ini.

"Aku kira kau hanya pandai bergombal saja dengan para wanita."

Mulanya Taehyung terharu, setelah mendengar itu ia mengernyit. Sudah serius dikatakan bercanda. Dasar wanita. Tapi Taehyung senang sekali membuat kekasihnya ini tersenyum walau sedikit. Akhirnya Wonhee mau menjadikannya teman cerita, wanitanya mau membuka diri untuk Taehyung. Suatu kemajuan.

"Hee, nanti sore aku akan mengajakmu ke tempat yang bagus, bagaimana?"

Wonhee berdecih, "Jangan main-main, Tae. Lagipula memang kau tak malu dengan pipi birumu itu, katanya gengsi dilihat tidak tampan."

"Bisa pakai masker untuk menutupinya." Taehyung menyengir, "Yang penting kekasihku tidak cemberut lagi. Jadi aku harus menghiburnya."

"Apa sih, kau." Wonhee tertawa.

Oh Ya Tuhan, Taehyung ada kemajuan. Tolong dicatat, Wonhee tersenyum dan tertawa tulus padanya. Suatu keajaiban.

***

Dua anak adam hawa itu duduk santai di atas karpet bermain monopoli. Yang katanya ingin mengerjakan tugas, malah bermain. Sungguh berdosa.

Saat asyik bermain, Jungkook malah berbaring di depan paha Jihan. Malas untuk melanjutkan permainan. Lebih suka memandang paras Jihan dari bawah sini.

"Jihan,"

"Iya?"

"Aku mau minta sesuatu padamu."

Jihan menangkup wajah Jungkook, "Apa?" jawabanya lucu.

"Minta surgamu."

Dua alis Jihan tertaut, bingung. Lalu Jungkook bangkit dari acara tidurnya untuk menatap serius Jihan. "Surga apa? Jihan kan, bukan Eomma-nya Kak Jungkook."

"Bukan itu," Jungkook menggeleng, lalu menunjuk bawah perut Jihan, "Surgamu itu di sini."

Jihan langsung menutup bagian privasinya yang sempat Jungkook sentuh. "Kak Jungkook mau surga berarti harus mati dulu, dong. Tidak mau!"

"Ih, Sayang bukan seperti itu." Jungkook menarik napas dalam, "Kak Taehyung bilang, aku bisa minta surga di antara kakimu itu. Tahu tidak, surga .. surga laki-laki." Jungkook membentuk simbol cinta dengan kedua tangannya.

Jihan memiringkan kepalanya, bingung. "Aduh, Jihan tidak paham Kak Jungkook. Jelaskan dengan pelan-pelan saja, otak Jihan masih tidur."

Oke, harus Jungkook apakan ya? Tiba-tiba ada ide di kepalanya. Ia langsung berdiri menyuruh Jihan juga, lalu menunjuk ranjang, "Sayangnya Jungkook baring di sini ya,"

"Kak Jungkook mau cuddle, ya?" tebak Jihan sok tahu.

"Lebih dari cuddle, Sayang. Aku mau rasa semua apa yang jadi milikmu." terangnya. Tapi Jihan masih belum paham kalau tidak ada contohnya.

"Ayo baring sini, ayo," Jungkook menarik tangan sang gadis lalu menempatkan jarinya di ujung hoodie Jihan. Melepas kain tebal itu.

"Kak Jungkook mau mandi sama-sama, ya? Jihan sudah mandi ini, jangan ajak-ajak. Jihan wangi, ih!"

Jungkook tak peduli, ia malah mencium sekilas bibir Jihan lalu berucap layaknya laki-laki manly, "Buka bajumu semua ya, aku minta surga."

______

Astaga guys, gaboleh liat acara dedek dedek bayi ini. Biarin mereka belajar ya, taboleh diganggu. Kalo mo liat versi garangnya pasangan GgukHan liat di Sport di sana bertebaran bulan gosong.

Gatau kenapa ini chapter jamet banget yalord. Gak tahu aku kenapa bikin dua pasangan ini kek gitu. Liat tuh, TaeHee udah mulai deket. Next chapter mereka kencan uwuu, aku tiap nulis Acme itu seneng banget. Karena lucu gimana gitu. Padahal ini baru banget kelar ngetiknya whehehe.. Yaudah gitu aja bayi ubur-ubur

Ry🌷

Continue Reading

You'll Also Like

171K 17.4K 68
FREEN G!P/FUTA • peringatan, banyak mengandung unsur dewasa (21+) harap bijak dalam memilih bacaan. Becky Armstrong, wanita berusia 23 tahun bekerja...
49K 5.3K 38
Sebuah rahasia yang tidak akan pernah meninggalkanmu...
166K 22.1K 30
start : 11/02/24 end : 05/05/24 plagiat menjauh cok! hanya halu gak usah bawa ke dunia nyata! CERITA KE 26.
149K 24.4K 45
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...