『 Save Them 』 BoBoiBoy ✔

By AurumnPainT

165K 24.5K 3K

【 Completed 】 『 BoBoiBoy x Reader as Cousin 』 ⊱ ────── {.⋅ ♫ ⋅.} ───── ⊰ ➢ Kabar pahit datang, orang tua sepu... More

1 - Selamat datang
2 - Keluarga baru
3 - Sebuah Rencana
4 - Api yang hangat
5 - Masalah Baru?
6 - Kesepakatan
7 - Salah Paham
8 - Taktik Licik
9 - Belum ditemukan
10 - Demam
11 - Pelaku yang Tidak Diduga
12 - Pelaku yang sebenarnya
13 - Sebuah Misteri
14 - Masalah Ais
15 - Bantuan
16 - Masih Misterius
17 - Taufan yang Menghilang
18 - Pengorbanan
19 - Kruisseil
20 - Kesombongan Solar
21 - Dunia Luar
22 - Ruang teka-teki
23 - Aku menyayangimu
24 - Kehilangan
25 - Pencuri
26 - Ambil kembali
27 - Harapan
28 - Penyihir atau Pangeran?
29 - Good night
31 - Berpikir
32 - Masa lalu Gempa
33 - Terbongkar
34 - Sebuah perkumpulan
35 - Kebenaran yang asli
36 - The End?
37 - Pilihan Akhir
EPILOG
QnA

30 - Kegundahan Halilintar

3.6K 551 130
By AurumnPainT

Dimana-mana gelap, seolah-olah setitik cahaya sangat sulit untuk ditemukan. Kaki-kaki dipaksa untuk terus berlari meski sudah tidak kuat lagi untuk terus melangkah.  Tubuh sudah penuh luka dan lebam karena terus-menerus terjatuh dan tersandung.

Melihat kemanapun, yang terlihat hanyalah pepohonan tinggi menjulang yang menutupi langit-langit. Mau berlari kemanapun juga, yang ditemukan lagi-lagi selalu pohon.

Tak jarang duri atau sesuatu menancap dikaki hingga membuatnya semakin sakit. Air mata sudah berlinang dan tak henti-hentinya keluar. Mulut terus merapal doa tiada henti, berharap bisa keluar dari sana.

Lagi-lagi tersandung dan wajah menjadi tempat pendaratan pertama. Darah keluar dari hidung dan air mata yang tak kunjung berhenti. Suara sesengukan memenuhi hutan yang gelap. Sesekali meminta tolong walau tau tidak ada siapa-siapa disana.

Tidak sanggup lagi untuk bergerak, hanya diam sambil terus menangis. Berdoa kepada sang pencipta untuk menyelamatkan dirinya.

"Kak!"

Ia menoleh, mendengar suara yang seperti memanggil namun tidak menemukan siapa-siapa.

"Kak!"

Lagi-lagi suara itu terdengar dan disadari itu dari dalam kepala. Hanya bisa diam dan berharap suara itu membawanya pergi dari sini.

"Kak! Bangun."

Kau tersentak dan membuka mata. Keringat dingin bercucuran diwajahmu. Terlihat dua orang pemuda masing-masing beriris biru dan hijau melihatmu khawatir.

"Mimpi buruk ya?" Tanya Duri, ia mengelus kepalamu pelan sambil tersenyum. "Tenang, kami disini."

Kau merubah posisi menjadi duduk dan meminum air pemberian Taufan barusan. Kau menetralkan nafasmu yang terengah-engah. Lalu kau mulai stabil sehingga dua orang didepanmu ini menghela nafas lega.

"Sampai basah gitu bajunya. Mending kakak ganti baju dulu gih." Kau menoleh dan ikut memperhatikan bajumu. Benar kata Taufan, bajumu benar-benar basah oleh keringat. Mimpi tadi seolah-olah adalah dirimu namun kenapa bisa setakut itu. Itu adalah hal yang lagi-lagi tidak bisa kau pikirkan. Banyak sekali hal-hal aneh muncul akhir-akhir ini.

"Kak! Kak! Tau gak? Kata Solar, bunga Kruisseil punya Duri itu bisa menyembuhkan berbagai macam penyakit loh," ujar Duri dengan suara khas anak kecilnya. "Benarkah?" Tanyamu.

Duri mengangguk. "Solar bilang begitu waktu dia ambil satu kelopak buat diteliti."

Kau terdiam dan berpikir. Seingatmu, bunga itu malah membunuh orang yang menemukannya, namun Solar malah mengatakan bahwa bunga itu bisa menyembuhkan berbagai macam penyakit. Namun itu sangatlah terdengar mustahil.

"Kalau begitu hebat sekali."

Duri mengangguk menyetujui ucapanmu.

"Hei jangan ngobrol terus. Ayo pulang dulu, nanti kak Hali marah gara-gara kita gak pulang-pulang." Taufan menghentikan obrolanmu dengan Duri. Kau memperhatikan cahaya kemerahan menembus jendela, lagi-lagi hari sudah sore. Seharusnya mereka menjemput saat matahari masih muncul. Itu artinya mereka terlambat.

"Kami terlambat datang tadi gara-gara ban motornya kempis. Terpaksa aku sama Duri ganti ban dulu di bengkel." Taufan bersuara begitu tau dirimu akan menanyakan alasan mereka terlambat. Kau hanya mangut-mangut dengan wajah mengerti.

"Ganti dulu bajunya." Taufan menyerahkan sepaket atasan dan bawahan untukmu. Kau menerimanya dan terkekeh, "Kau masuk kekamarku ya? Buka lemari?"

"Iyalah, kalau mau ambil baju kan buka lemari."

"Kalau begitu, kau lihat kan isi lemari bagian kiri atas?" Pertanyaanmu membuat Taufan berpikir sejenak. "Oh bagian kiri atas kan--"

Wajah Taufan tiba-tiba memerah dan salah tingkah. "A-aku nggak menyentuhnya loh! Aku kan cuma ambil baju sama celana buat kakak! Ih, kakak kok malah tanya itu sih." Ia berusaha menutup-nutupi wajahnya yang memerah. Duri sontak bingung dengan kelakuan kakak keduanya itu, "Memangnya dibagian kiri atas itu ada apa?" Tanyanya lugu.

Kau menahan tawa sejenak karena tingkah laku Taufan dan kemudian berdehem. "Duri mau tahu?"

Ia mengangguk dengan mata bulatnya yang terlihat penasaran.

"Isinya itu... rahasia!"

Kau tertawa melihat raut wajah Duri yang malah terbengong. Lalu kemudian Duri menggembungkan pipinya marah. "Kakak tega."

Kau mengelap sisi mata yang berair dengan jari. Tak disangka, menjahili mereka bisa selucu ini. Apalagi tingkah Taufan yang mendadak salah tingkah dan Duri yang ngambek.

"Maaf! Maaf! Iya kakak nggak jahilin lagi kok."

"Kalau gitu, isinya apa?" Duri masih penasaran. Kau lantas menunjuk Taufan dengan dagu, "Tanya Taufan saja deh, kan dia yang liat."

Sontak Taufan terkejut.

"KAKAK!!!"

.

.

.

Akhirnya sampai juga dirumah setelah menempuh perjalanan yang cukup melelahkan. Kau merutuki Taufan yang lupa bahwa kau juga bakalan ikut bersama mereka. Sedangkan dia hanya membawa satu motor saja.

Akhirnya kalian bonceng tiga dengan Duri yang berada ditengah. Selama perjalanan, kau terus menutup wajah karena malu. Sungguh, kenapa Taufan bisa lupa hal sepenting itu.

Mana pasien duduk diujung pula. Kalau jatuh bagaimana?

Sang pelaku hanya nyengir-nyengir nggak jelas waktu tahu dia lupa bahwa ada dirimu juga untuk dibawa. Mau suruh Duri pun, si polos ini masih baru belajar juga. Tahun kemarin, Taufan sangat ingat bahwa Duri malah mengikuti truk es krim dengan motornya sehingga yang lain kewalahan mengejar. Beruntung dia tidak menabrak siapapun saat itu.

Kalau Duri membawamu maka bisa-bisa kalian berdua bakalan 'missing'.

"Hei! Kok baru pulang juga." Ada empat pemuda lain dijalan yang berlawan. Blaze melambaikan tangan kepada mereka dengan wajah bersemangat. Tubuhnya terlihat berkeringat dan basah, pasti dia habis bermain.

"Tadi ada masalah." Taufan tertawa. "Kak Hali mana? Kok gak pulang bareng?"

"Katanya udah pulang duluan. Tapi aku telpon gak diangkat-angkat juga." Gempa bersuara. Gempa sempat melirikmu lalu melihat lagi kearah lain.

"Yaudah yuk masuk. Aku pengen tidur." Ais melangkah duluan menuju rumah. Blaze mengejar dan sesekali memeluk Ais, membuat pemuda serba biru muda itu mendelik geli dan mendorong Blaze menjauh karena bau keringatnya.

"Assalamualaikum."

Ais yang membuka pintu bersamaan dengan Blaze terlihat mematung. "KAK HALI!!" Blaze tiba-tiba saja berteriak dan masuk kedalam dengan cepat. Gempa menyusul diikuti yang lainnya.

Kau masuk diakhir dan matamu membulat saat mendapati Halilintar terbaring dilantai, dengan kubangan darah yang berasal dari perutnya. Diperutnya ada pisau dapur, kau ingat jelas pisau itu adalah pisau yang sering kau pakai untuk mengupas bawang.

Kau hendak jatuh namun Solar yang berada disampingmu langsung menopangmu. Solar sendiri tampak sedang menelepon ambulan, wajahnya benar-benar panik. Yang lain berteriak dengan histeris, tapi sayangnya pendengaranmu tiba-tiba menuli dan pandanganmu buram.

Rasa sakit memenuhi kepalamu dan membuat tubuhmu sempoyongan namun Solar tetap kukuh untuk mempertahankanmu berdiri. Kau memicit kepalamu untuk menghilangkan rasa sakit namun rasa sakit itu tak kunjung hilang.

Taufan dan Duri tampak menangis histeris, disusul Blaze yang sesenggukan sedangkan yang lain menahan tangisnya agar tidak pecah. Ais terdiam dari tadi sedangkan Gempa berusaha menghentikan pendarahan.

"Kak! Kenapa?" Solar melihat dirimu dan terlihat dia sama khawatirnya. Kau menggeleng pelan, "Kepalaku sakit, tapi aku baik-baik saja."

Kau memaksa melepaskan dirimu dari Solar, walaupun Solar tadinya menolak, ia akhirnya menyetujui. Kau mendekati Halilintar yang terbaring dengan wajah pucat. Kau memperhatikan tubuhnya dari atas hingga ke bawah. Tidak ada luka lain yang diakibatkan oleh pertarungan.

Hanya satu orang yang terpintas dibenakmu saat ini.

Gadis itu.

Kalau gadis yang dibicarakan itu benar-benar orang yang telah menyerang Halilintar. Bagaimana nasib saudara yang lain?

Jika gadis tersebut sudah berani bermain didepan layar. Apalagi yang bisa ia lakukan untuk menghentikannya ketika sang bos utama sendiri yang melakukan penyerang.

Apalagi dia berhasil menyerang yang paling hebat dalam bertarung. Jika Halilintar saja kalah, maka tidak ada jaminan yang lain pun akan menang. Kau mungkin bisa melawannya namun juga kau tidak bisa menang. Mengingat kejadian waktu itu saja sudah membuatmu muak, kekalahan karena tidak waspada itu membuatmu kesal.

Kalau satu lawan satu dengan gadis itu tentu bisa, tetapi jika dia membawa rombongannya? Habislah sudah dirimu. Paling mati dan dilempar ke lubang buaya.

Tapi dirimu tidak boleh mati dulu.

Tidak boleh sebelum kau menemukan paman Amato dan mengumumkan kemenanganmu padanya.

Padahal kebebasan itu adalah satu-satunya yang kau inginkan. Tapi kenapa mencapainya saja sangat susah. Berkali-kali ditarik kembali untuk menjalani hidup yang pahit ini. Rasanya sangat sakit, sungguh sakit.

Tapi tidak begitu sakit seperti dulu.

Kau mengambil alih kain dari tangan Gempa dan mengikat bagian perut Halilintar dengan telaten. Pendarahannya tidak berhenti namun terhambat. Cukup untuk menunggu ambulan datang sebelum darah Halilintar benar-benar habis dan dia tewas.

Kau tetap menahan perut Halilintar dengan tanganmu. Tentu saja agar darahnya terhambat lebih lama. Tidak peduli walaupun tanganmu sudah dipenuhi darah milik Halilintar.

Takut? Itu mustahil. Dirimu sudah berkali-kali melihat kematian dan kau sudah terbiasa.

Termasuk dirimu yang berkali-kali melihat maut. Entah sudah yang keberapa kali hingga dirimu tidak lagi merasa takut. Selalu tau bahwa kau akan kembali bangkit dan melihat matahari yang masih bersinar dengan gagahnya.

Kau tersenyum tipis saat melihat rona pucat Halilintar yang tak kunjung berubah.

Karena aku seperti itu. Maka kau juga harus melakukan hal yang sama, Halilintar.

.

.

.

Kalian semua menunggu didepan ruang dimana Halilintar sedang diperiksa dan disembuhkan dengan terburu-buru. Kalian hanya diam, tak bergeming walaupun banyak orang lain berbaju putih atau berbaju pasien tengah lalu lalang.

Kau baru saja keluar dari sini dan kembali lagi datang kesini. Benar-benar tiada hari tanpa bau obat-obatan.

Dokter keluar dari sana dan Gempa bergerak lebih dulu.

"Pendarahannya parah tapi dia berhasil selamat. Tusukannya tidak mengenai organ vital. Sebentar lagi dia akan sadar, saya permisi." Dokter tersebut berucap dengan terburu-buru. Gempa berkali-kali mengucap terima kasih dan kalian semua memutuskan untuk masuk ke dalam.

Halilintar terbaring disana. Terbaring dengan damai walau rona pucat masih terpampang diwajahnya dengan jelas.

Beberapa jam berlalu dan ruangan yang sunyi itu mendadak heboh saat suara rintihan dari ranjang terdengar. Yang lain datang mendekat namun dirimu masih setia duduk disofa. Halilintar sadar, ia melihat kiri kanan dan kemudian matanya berhenti padamu.

Ia tampak terkejut dan takut. Lalu kemudian mengalihkan pandangannya.

"Kak! Siapa yang melakukan itu padamu?" Taufan langsung heboh. Tidak tega bahan jahilnya ini mendadak sakit hingga hampir mati. "Gadis itu," jawab Halilintar lirih.

Mata mereka membulat. "Ga-gadis itu yang melakukannya?" Gempa sedikit tergagap. Kau sontak berdiri dan mendekati Halilintar, Halilintar sendiri tampak terkejut. "Kau! Kau melihat wajahnya!?"

"Y-ya."

"Kalau begitu, kita bisa melaporkannya ke polisi." Usulmu namun Halilintar menolak. "Tidak, kita tidak bisa," ujarnya.

Dahimu berkerut mendengarnya, "Kenapa?"

Ia terdiam sejenak lalu membuka suara.

"Kau adalah gadis itu bukan?"

.

.

.

TBC

A/n:

Chapter kali ini ga nyampe 2000+ kata hehe

Habisnya pas banget endingnya gini

Okeh, puncak dari seluruh puncak cerita sedikit lagi akan mencapai puncak //apasih

Masalahnya banyak banget, aku sendiri bingung puncak masalahnya yang mana

Tapi menurutku, puncak masalahnya belum keluar

Artinya setelah cerita mengenai Halilintar dan Gempa mengakui [Name] selesai maka masih ada ujung lagi

Cerita mengenai siapa sang gadis yang dari beberapa chapter lalu sering disebut-sebut karena kejahatannya dipulau rintis.

Menurut kalian, gadis itu sebenarnya siapa? :3
Manatau kalian punya teori hehe

Okeh segini aja

Salam,
Ursus Maritimus

Continue Reading

You'll Also Like

552K 74.2K 56
━━━ Menceritakan tentang episode-episode BoBoiBoy Galaxy S1 bersama Reader. Cuma agak beda alurnya. Iya, dong, 'kan ada Reader yang nyelip di cerita...
6.3K 923 20
Di suatu semesta yang lain, Adel sudah terlalu sering membuat resah teman-teman, keluarga dan manajernya dikarenakan sikapnya yang terlalu flirty kep...
97.1K 10.7K 43
Setelah kepergian jennie yang menghilang begitu saja menyebabkan lisa harus merawat putranya seorang diri... dimanakah jennie berada? Mampukah lisa m...
146K 19.5K 60
[Nama] adalah seorang gadis blasteran Indo dan Malaysia. Ia adalah fans berat Boboiboy dan selalu berharap bisa bertemu dengannya. Impiannya terkabul...