FELIX

By DimskiDimski

82.6K 2.5K 221

Felix kembali berpetualang dengan urusan hatinya. Di sela-sela kesibukannya kuliah, bermain basket, bercengkr... More

Bagian 2
Bagian 3
Bagian 4
Bagian 5
Bagian 6
Bagian 7
Bagian 8
Bagian 9
Bagian 10
Bagian 11

Bagian 1

16.8K 319 22
By DimskiDimski

Felix melangkah di selasar fakultas teknik yang cukup sepi. Di ujung selasar tampak tiga orang sepertinya sedang berdebat. Dua orang melawan satu.

Dua orang itu menghajar satu orang yang terpojok di tembok dan tak bisa kemana-mana. Felix berlari, dilihatnya yang sedang dihajar oleh dua orang yang tampaknya preman itu adalah seniornya.

"Wooy! Jangan main keroyokan .. Anjing!"

Felix melempar tasnya dan kemudian menendang salah satu yang terdekat dengan dia dan kemudian menghajar yang satunya lagi. Seniornya tampak terduduk lemas.

Setelah kedua preman itu pergi, Felix menghampiri kakak seniornya. Dilihatnya kakak seniornya mukanya babak belur, ada darah di ujung bibir dan dibawah mata.

Felix kemudian mengambil tas ranselnya, setelah itu dia menghampiri lagi kakak seniornya dan mengambil salah satu tangan kakak seniornya itu lalu perlahan-lahan bersamaan mengangkat badannya dan badan dia untuk berdiri.

"Lo sakit dimana lagi, Kak? Muka lo mesti diobatin segera."

Kakak seniornya itu menoleh padanya tersenyum dan menggelengkan kepalanya.

"Terima kasih yaa. Anter aku ke mobil aku aja, nanti aku obatin sendiri, di mobil ada kotak P3K."

Felix mengangguk lalu berjalan bersama perlahan-lahan karena kakak seniornya jalan tertatih-tatih. Sesampainya di parkiran mobil, Felix bertanya lagi dimana mobil kakak seniornya. Kakak seniornya menunjuk pada mobil mercy warna putih.

Sampai di mobil, kakak seniornya menekan kunci mobilnya untuk membuka kunci pintu mobil. Lalu dia meminta Felix untuk membuka pintu belakang. Felix kemudian membuka pintu belakang dan mendudukkan kakak seniornya dikursi belakang.

"Itu dibelakang aku ada kotak kecil P3K, boleh minta tolong ambil?"

Felix melihat kotak P3K kecil itu, diambilnya kotak itu lalu ditaruhnya dipangkuan kakak seniornya. Dia kemudian berlutut di bagian luar mobil, lalu dibukanya kotak itu, diambilnya kapas dan alkohol, dituangkannya alkohol ke kapas tersebut.

"Tahan yaa, ini agak perih. Tapi daripada lo infeksi, mendingan lo tahan."

Kakak seniornya diam saja dan terus memandang ke Felix. Felix menatap balik sambil tersenyum.

"Sekarang gue kasih Betadine yaa."

Felix kembali mengambil kapas yang baru menuangkan obat merah Betadine ke kapas itu dan setelah itu menaruh kapas itu di luka dekat bibir dan dibawah mata sambil meniup pelan-pelan agar tak terasa panas di luka.

"Oke. Kelar."

Felix membereskan kotak P3K itu. Dia kemudian berdiri, diambilnya kotak itu dari pangkuan kakak seniornya dan ditaruhnya lagi di bagian belakang mobil.

"Lo ngga apa-apa gue tinggal kan? Gue ada latihan basket dan udah telat."

Kakak seniornya mengangguk lalu memberikan tangannya untuk bersalaman dengan Felix.

"Krisna."

"Felix."

**

Setelah lulus SMA, Felix ngobrol dengan orang tuanya mengenai jurusan kuliah yang ingin dia ambil, pada dasarnya kedua orang tuanya membebaskan dia untuk mengambil jurusan apa apun sepanjang Felix dapat bertanggung jawab, konsekuen dan menyelesaikan kuliahnya. Hanya satu permintaan orang tuanya seandainya bisa kuliahnya tidak ke luar kota. Iya itu karena Felix adalah anak satu-satunya dan mereka tidak mau Felix jauh-jauh dari mereka.

Felix kemudian di terima di salah satu universitas negeri di fakultas teknik.

Sebelum perkuliahan dimulai Felix seperti biasa membantu orang tuanya di toko di pasar. Hari-harinya selain menjaga toko, dia terkadang main basket dengan anak-anak muda yang seumuran dengan dia di pasar.

Sampai kemudian kuliah dimulai dan kehidupan Felix lebih banyak dari rumah ke kampus lalu balik lagi rumah. Tugas-tugas kuliah sudah mulai memenuhi hari-harinya. Terkadang Felix tidak pulang karena mengerjakan tugas kelompok. Terkadang pun teman-temannya ngumpul di rumahnya untuk sekedar ngobrol atau mengerjakan tugas.

Orang tua Felix senang sekali jika teman-teman Felix datang dan menginap di rumah mereka. Rumah jadi ramai, katanya. Apalagi bapaknya sering kali ke luar kota karena usaha kontraktornya semakin maju dan banyak klien yang mau proyeknya dikerjakan oleh bapaknya Felix.

Felix cukup popular di angkatannya. Dia pemain basket yang gesit walaupun badannya tidak setinggi teman-teman basketnya tapi dia dikenal gigih dan gesit ketika bermain basket baik itu dalam kompetisi antar fakultas atau sekedar berlatih.

Para cewek-cewek yang menonton permainan basket saat tim fakultas Felix berlatih atau bertanding selalu menantikan saat-saat ketika Felix membuka kaos basketnya. Tatoo yang menghias dadanya itu selalu membuat para cewek-cewek itu bersorak-sorai histeris. Iyaa, Felix bertatoo sekarang.

Jauh didalam lubuk hatinya Felix tidak merasa dirinya cakep seperti layaknya para pemain basket lain yang berbadan tinggi, berotot kering. Jika mereka membuka kaos, badan-badan itu jauh lebih menarik dari dirinya. Kalau kata teman basketnya, Felix punya daya tarik tersendiri.

Pagi itu Felix keluar kelas lebih cepat karena dosennya harus rapat dengan dekan. Setelah memberikan tugas dan membagi kelompok tugas kepada para mahasiswanya, sang dosen bergegas keluar.

Keluar kelas Felix berjalan menuju taman di dekat parkiran mobil, dia senang dengan selasar yang menuju taman itu karena jarang orang lalu lalang disana dan entah kenapa anginnya selalu sejuk jika melewati selasar itu. Felix punya spot favorit di taman belakang. Tempat dia biasa duduk agak turun kontur tanahnya sehingga orang tidak bisa melihat dirinya kecuali benar-benar mencari dan dia bisa melihat orang-orang yang sekedar lewat atau duduk di bagian taman dekat dia tapi tak menyadari ada dia di sekitarnya.

Ketika sampai di spot tempat dia biasa duduk dan beristirahat, dia melihat Krisna sedang dipegang kedua tangannya ke arah belakang oleh satu orang dan satu orang lagi memukul perutnya.

Felix yang melihat hal itu tanpa banyak tanya langsung menghajar orang yang sedang memukuli Krisna.

"Woooy .. Anjing! Lo lagi. Gue bilang jangan main keroyokan! Ngentot!"

Melihat temannya dihajar oleh Felix, orang yang satu lagi melepaskan Krisna dan kemudian menendang punggung Felix sampai terjerembab, keduanya kemudian menghajar Felix dengan menendangi perut Felix yang masih dalam posisi meringkuk di tanah.

Brian dan Singgih teman basket Felix yang juga sahabatnya yang sedang berjalan di taman itu dan berniat menyusul Felix, melihat seperti ada keributan, mereka berjalan cepat menghampiri. Kedua anak itu terkejut melihat sahabatnya sedang ditendangi. Segera Brian dan Singgih menghajar masing-masing orang yang sedang menendang Felix.

Kedua orang itu kemudian mengangkat tangannya lalu menunjuk pada Krisna yang masih terduduk dan memegangi perutnya.

"Urusan lo belum kelar."

Brian yang berdiri di dekat dua orang itu segera mengangkat tangannya. Keduanya melotot menatap Brian dan kemudian berlalu dari situ.

Singgih kemudian membantu sahabatnya duduk di kursi taman. Brian duduk disampingnya. Felix kemudian melihat sekeliling dan pandangannya bertatapan dengan Krisna yang masih duduk di tanah.

Felix berdiri dengan sedikit mengerang, dia lalu menghampiri Krisna. Dipegangnya tangan Krisna kemudian dia menarik Krisna berdiri, setelah itu dia memapah Krisna dan meminta Krisna duduk di kursi taman di depan kursi dia duduk tadi.

Brian dan Singgih merasa bersalah, lupa kalau ada yang dipukulin selain sahabatnya mereka, di satu sisi mereka heran melihat tingkah sahabatnya itu yang lebih mementingkan orang lain daripada dirinya.

"Aduh, belum sembuh yang kemaren udah bonyok lagi muka lo. Gue ambilin kotak P3K di mobil lo. Sini kuncinya."

Krisna menggeleng pelan dan berkata dengan lirih, "Ngga usah. Biar saya obatin sendiri aja."

"Siapa sih mereka sebenernya? Udah dua kali gue liat lo dihajar mereka."

Krisna hanya tersenyum.

"Bukan siapa-siapa. Ada masalah sedikit aja dengan mereka."

Felix berlutut dan kemudian tangannya memegang muka Krisna lalu ditolehkan ke kiri dan ke kanan. Muka Krisna berubah menjadi merah dan dia menunduk.

"Felix, et daah udah kayak pacaran aja lo berdua."

"Iyaa, kasian mukanya merah itu, maluuu."

Brian dan Singgih ngomong sambil tertawa. Felix kemudian ikutan tertawa walaupun masih dirasa sakit di bagian perutnya, jadi dia hanya meringis saja.

"Lo angkatan berapa? Fakultas apa?," Brian bertanya karena rasa penasarannya kenapa Felix sebegitu perhatiannya.

"Brian, Singgih, ini Kak Krisna. Kating. Fakultas Sastra."

"Kak Krisna, ini sahabat-sahabat gue, yang agak indo dan rambutnya kriting itu Brian. Dan yang coklat gelap kulitnya itu Singgih."

Krisna mengangkat mukanya kemudian menjabat tangan Brian dan Singgih sambil tersenyum.

"Kalian ngga ada kuliah?"

"Kita disuruh pulang, Kak, karena dosen semua rapat sama dekan katanya. Ngga tau fakultas lain."

Krisna tersenyum.

"Boleh antar saya ke mobil? Agak sulit berjalan kalo ngga dibantu. Maaf yaa merepotkan. Saya mau pulang saja."

Felix dengan sigap kemudian memegang lengan Krisna setelah itu menuntunnya berjalan menuju parkiran mobil yang tak jauh dari taman belakang.

Ketika mendekati tempat parkir, Felix melihat mobil Krisna sedang dikelilingi oleh empat orang yang memakai jaket kulit. Felix menoleh pada Krisna yang terlihat mukanya mendadak pucat dan pandangannya ke arah mobilnya. Brian dan Singgih pun melihat perubahan muka Krisna menjadi pucat.

"Itu mobil kakak?," Brian bertanya pada Krisna.

Krisna mengangguk.

"Baiknya jangan kesana deh. Atau mau gue panggilin anak-anak, 'lix, 'yan?," Singgih ngomong sambil matanya terus memandang ke arah mobil Krisna.

"Gini deh, gue minta tolong lo liatin mereka yaa. Gue bawa Kak Krisna dulu. Nanti gue telpon salah satu dari kalian."

Brian dan Singgih mengangguk, mereka kemudian duduk di kursi taman yang paling dekat dengan parkiran mobil dan bisa melihat tingkah polah empat orang yang sedang mengelilingi mobil Krisna.

Sementara Felix menuntun Krisna dan membawanya pergi menjauh dari situ. Felix kemudian mengambil langkah memutar dan menuju parkiran motor anak-anak kampus.

"Bentar, kak. Tunggu disini yaa. Gue keluarin motor gue. Lo bisa berdiri kan?."

Krisna mengangguk. Felix kemudian mengeluarkan motornya. Setelah itu dia memberikan helm kepada Krisna.

"Pake, Kak."

Krisna tampak agak bingung. Felix mengambil helm itu kemudian memakaikan ke kepala Krisna. Setelah itu dia menyuruh Krisna naik. Krisna naik ke atas motor Felix dengan ragu-ragu.

"Pegangan, kak. Gue takut lo jatuh, badan lo masih pada sakit kan?."

Felix kemudian menjalankan motornya pelan-pelan, sampai di pintu parkir, dia mengeluarkan kartu langganan, setelah di tap, pintu otomatis terbuka dan kemudian melaju ke jalan raya. Krisna memegang pinggiran jaket Felix kiri dan kanan.

Felix mengambil tangan Krisna dan menaruh di perutnya. Kiri dan kanan. Dia melihat ke spion dan dilihatnya Krisna menutup matanya. Felix terkejut, kenapa Krisna harus menutup mata. Felix membawa Krisna ke rumahnya, pikirnya hanya itu tempat yang dia yakin akan aman.

Sampai di depan rumahnya, Felix mematikan mesin motor dan meminta Krisna untuk turun. Felix mengambil kunci gerbang dari tasnya setelah dia pun turun dari motor. Dituntunnya motornya masuk ke dalam garasi rumahnya lalu dia menutup gerbang dan menguncinya kembali.

Felix tersenyum pada Krisna.

"Selamat datang di rumah gue. Asli gue bingung soalnya mesti bawa lo kemana dan yang kepikiran cuman rumah ini sama toko bokap nyokap. Ayook masuk."

Krisna mengikuti Felix.

Felix membuka pintu depan rumahnya setelah memasukkan kunci dan membukanya.

"Lo mau duduk dimana? Di teras boleh, di ruang tamu boleh, di ruang makan boleh, di kamar gue juga boleh."

"Saya duduk disini aja deh." Krisna kemudian menaruh tasnya di kursi panjang di ruang tamu lalu dia duduk.

Perutnya masih terasa tidak enak. Felix masuk ke dalam, dia menuju ke kamarnya. Ditaruhnya tas di kursi belajar dia. Setelah itu dia membuka sepatu dan kaos kakinya. Dibukanya jaket yang dia pakai lalu dia buka kaos yang dipakainya. Keringat tampak mengucur di dadanya yang basah.

Felix keluar mengambil air dingin di baskom kecil, lalu dia berjalan menuju lemari kecil tempat ibunya menaruh obat-obatan. Dia ambil kapas, alkohol dan obat merah. Dibawanya semua itu ke ruang tamu.

Krisna sedang memejamkan matanya sambil tangannya menekan perutnya pelan-pelan. Felix kembali masuk ke dalam, dia ambil tempat es batu dari freezer kulkasnya dan kemudian kembali ke kamarnya, dibukanya lemari dan diambilnya handuk kecil.

Felix kembali ke ruang tamu dan masih dilihatnya mata Krisna masih terpejam. Felix menghampiri Krisna. Dia kemudian berlutut di depan Krisna. Disentuhnya tangan Krisna.

"Gue obatin lo dulu."

Krisna membuka matanya. Felix sedang berlutut didepannya, bertelanjang dada, dadanya basah oleh keringat dan tatoonya itu membuat penampilan Felix tampak jauh berbeda dengan dia memakai kaos.

"Eh? Ngga apa-apa."

"Udah lo diem aja, kak, nanti infeksi malah tambah panjang urusannya."

Krisna diam dan menurut. Krisna meringis ketika alkohol menyentuh luka di mukanya. Felix dengan telaten membersihkan luka itu dan membubuhkan obat merah Betadine.

Setelah selesai dengan membersihkan luka di muka Krisna. Felix kemudian mendorong badan Krisna agar menyandar lebih santai di sofa. Dia kemudian membuka kemeja yang dipakai oleh Krisna. Tampang Krisna merah tapi dia juga ngga berani untuk bertanya ataupun menahan apa yang sedang dilakukan oleh Felix. Setelah semua kancing terbuka, terekspose badan Krisna yang putih bersih dan puting berwarna pink, berbanding terbalik dengan puting Felix yang besar dan berwarna gelap.

Felix kemudian memasukkan handuk kecil itu ke dalam baskom yang sudah berisi air diisi es. Setelah diperasnya handuk itu, lalu ditempelkannya ke perut Krisna. Hal itu dilakukannya berulang-ulang. Selesai itu Felix mengancingkan kembali kemeja Krisna dan dia berdiri lalu membereskan semuanya dan membawanya ke belakang.

Continue Reading

You'll Also Like

839K 79.8K 51
Ini adalah Kisah dari Kila. Kila Prastika yang ternyata memiliki seorang bapak kos yang kebelet kawin ... "Nikah sama saya, kosmu gratis seumur hidu...
776K 50.2K 33
Semua orang mengira Saka Aryaatmaja mencintai Juni Rania Tanaka, namun nyatanya itu kekeliruan besar. Saka tidak pernah mencintai Rania, namun menola...
363K 19.5K 28
Mature Content ❗❗❗ Lima tahun seorang Kaia habiskan hidupnya sebagai pekerja malam di Las Vegas. Bukan tanpa alasan, ayahnya sendiri menjualnya kepad...
296K 1.2K 16
⚠️LAPAK CERITA 1821+ ⚠️ANAK KECIL JAUH-JAUH SANA! ⚠️NO COPY!