Sold or Owned | tk

By meensquidward

370K 32.5K 3.4K

[remake] ; on going ㅡMenurut Jungkook, mafia itu identik dengan 3B + 1M ; Brengsek, Bajingan, Biadab dan Mesu... More

Prolog;ue
Attention!
Chapter 1ー
Chapter 2ー
Chapter 3ー
Chapter 4ー
Chapter 5ー
Chapter 6ー
Chapter 7ー
Chapter 8ー
Chapter 9ー
Chapter 10ー
Chapter 11ー
Chapter 11(real)ー
Chapter 12(M)ー
Chapter 14ー
Chapter 15ー
Chapter 16ー
Chapter 17ー
Chapter 18ー
Chapter 19(M)ー
Chapter 20ー
Chapter 21ー
Chapter 22ー
Chapter 23ー
Chapter 24ー
Chapter 25ー
Cast #1;
Cast #2;
Chapter 26ー
Chapter 27ー
Attention!
Chapter 28ー
Chapter 29ー
Chapter 30ー
Chapter 31ー
Chapter 32ー
Chapter 33ー
Chapter 34ー
Chapter 35ー
Chapter 36ㅡ
Chapter 37(M)一
Chapter 38ㅡ
Chapter 39ㅡ
Chapter 40ㅡ
Chapter 41ㅡ
Chapter 42ㅡ
Chapter 43ㅡ
Chapter 44ㅡ
Chapter 45ㅡ
Chapter 46ㅡ
Chapter 47(M)ㅡ
Chapter 48ㅡ
Chapter 49(M)ㅡ
Chapter 50ㅡ
Chapter 51ㅡ
Attention!
Chapter 52ㅡ

Chapter 13ー

7.6K 614 24
By meensquidward

Hae?
Selamat malam.
Masih ada yg menunggu,kah?

Vote tidak akan membuat jempol anda mati rasa justru membawa hikmat :)

Warn!ng typo's

Happy reading~~














Go Home

.

.

.

.

.

Flashback on

"Wonuuu janji akan kembali, kan?!" Rengek seorang bocah laki-laki di pelukan sang kakak. Dan sang kakak hanya tertawa geli melihatnya.

"Tidak janji, tuh." Ucapnya jahil.

"IIIHHHH..!!!"

"HAHAHA!! Iya Kookie ku sayang. Hyung janji akan cepat kembali dan janji akan pulang saat libur nanti."

"Huhuhu.... pokoknya harus pulang!" Kekehan keluar dari bibirnya lalu menatap kedua orangtunya yang berdiri di depan pintu sambil tersenyum hangat.

"Yasudah, ayo Kookie nanti Wonu-hyung telat naik pesawat, loh. Kalau telat tidak bisa pergi nanti dimarahin gurunya." Ucap sang Ibu mengajak anak bungsunya melepas pelukannya.

"Ugh! Wonu pinkie promise?" Bocah laki-laki itu mengulurkan kelingking kecil gemuknya pada sang kakak untuk mengucapkan janji.

"Iya. Pinkie promise, ne!" Wonwoo membalasnya dengan senyuman hangat.

"Cha! Hyung harus berangkat sekarang, Eomma Appa, aku pergi dulu ya! Kookie jaga Eomma dan Appa, ne?"

"Siap, kapten! Hati-hati dijalan Wonu! Jangan lupa bawa oleh-oleh, Wonuuuu!!!!"

"Tidak ada yang tertinggal, kan?" Ucap Ibunya.

"Tidak ada, Eomma."

"Jaga diri di sana, Wonwoo. Jaga kesehatan juga." Ucap sang Ayah.

"Iya, Appa. Terima kasih dan sampai jumpa lagi. Aku sayang kalian, dadah!"

Flashback off

.

.

.

.

.








Wonwoo berdiri di depan pintu sebuah rumah tua yang sangat dikenalinya itu dengan ragu. Berbagai pertanyaan bermunculan di benaknya; seakan bingung akan keyakinannya untuk membuka pintu tersebut. Sudah sepuluh menit ia berdiri di tempat itu dan orang-orang yang melewatinya mulai mencurigainya.

Untungnya, hari ini ia memakai topi ski yang menutupi kepalanya hingga rambut dan kacamata hitam agar tidak dikenali. Pakaiannya pun tidak mencolok; kaos hitam biasa dengan mantel cokelat dan scarf merah mengelilingi lehernya mengingat malam hari tidak baik untuk kesehatan karena mendekati musim dingin. Serta masker hitam agar orang tidak mengenali dirinya.

Ia merasa senang bagaimana bangunan di hadapannya masih sama seperti dulu, sebelum ia pergi meninggalkan tempat tersebut karena hal sesuatu. Ia ingin merasakan bagaimana lezatnya kue buatan seseorang yang sangat berharga baginya itu.

Ia kembali teringat apa tujuannya datang ke tempat itu. Ia harus menyelamatkan mereka dan juga satu-satunya orang yang ia harus lindungi.

Wonwoo mengangkat dagu yakin, membuka pintu di depannya dan suara bunyi bel menyapa pendengarannya untuk pertama kali ia menginjak di tempat itu. Indra penciumannya mencium aroma sedap yang menggantung di udara walaupun terhalang masker. Suasana yang hangat dan ramah membuatnya bernostalgia pada tempat tersebut.

Toko kue kecil keluarganya, onyx-nya melirik pada seorang wanita setengah baya yang masih cantik duduk di meja kasir, sibuk menghitung pesanan pelanggannya. Kemudian, ia beralih pada seseorang pria yang masih gagah di umurnya sedang sibuk di dapur yang tembus pandang terpisah oleh kaca, yang ia yakini adalah dapur untuk membuat kue.

Ia ingin sekali menemui mereka dan memeluk keduanya dengan erat guna melepas rindu, namun ia tidak bisa melakukannya. Wonwoo kemudian melirik kanan-kiri, mencari sosok yang menjadi tujuannya untuk kembali ke rumah keluarganya, namun tidak mendapatinya dimana pun. Kemana Jungkook berada?

Adik manisnya itu seharusnya berada di toko setiap malam, membantu melayani para pelanggan sebagai pelayan. Tapi, hari ini ia tidak melihatnya dimana pun. Dan tiba-tiba saja, sebuah firasat buruk menghantui benak Wonwoo, seolah mendorongnya untuk bertanya pada sang Eomma.

Tanpa sadar, kakinya sudah melangkah menuju kasir dan berdiri di depan satu-satunya wanita yang mencintainya dari kecil.





"Selamat datang. Mau pesan apa?" Tanya Ibunya tersenyum ramah.

Bibir tipis Wonwoo terbuka untuk mengatakan sesuatu, namun kembali bungkam dengan berdehem pelan setelah berpikir sejenak. Ia tidak bisa mengatakan begitu saja identitasnya, bisa-bisa Ibunya pingsan karena bahagia putranya pulang.

"Uhm, saya bukan mau membeli. A-anu, boleh saya tahu Koo—maksud saya anak laki-laki yang selalu melayani toko ini?

Eomma-nya mengernyit bingung. "Maksud anda putra saya?"

Wonwoo mengangguk, semakin membuat Eomma-nya merasa curiga padanya.

"A-ada urusan apa anda dengan Jungkook, putra saya?" Tanyanya dengan suara ketakutan. Wonwoo merasa ada yang aneh dengan ini.

"Saya... saya menyukainya," ucap Wonwoo berbohong. "Jadi... bolehkah saya tahu dimana dia berada?"

Wanita itu menyipitkan mata curiga, memperhatikannya secara lekat-lekat untuk beberapa detik sampai akhirnya menutup mulutnya dengan pandangan tidak percaya. Ia tiba-tiba menoleh pada suaminya yang bekerja di balik kaca tembus pandang membelakanginya.

Kemudian, Ibunya berdiri dan menarik Wonwoo begitu saja ke arah ruangan karyawan yang membuat Wonwoo bingung dan terpaksa untuk mengikutinya. Hingga akhirnya, Ibunya memeluknya erat setelah mereka masuk ke dalam ruangan tersebut tidak lupa menutup pintunya.




"M-Maaf—"






"Wonwoo... kau Wonwoo, kan?! Jeon Wonwoo?!" Bisik Ibunya.

DEG!


Wonwoo merasakan sesak nafas, seolah jantungnya berhenti berdetak saat itu juga dilanjutkan dengan jantungnya berdegup lebih cepat dibandingkan biasanya. Tubuhnya pun bergetar, ia tidak menyangka Ibunya akan mengetahuinya secepat ini. Ia akhirnya melepaskan kacamata hitamnya serta masker dan memutuskan untuk membalas pelukan sang Ibu dan menenggelamkan wajahnya pada leher Ibunya. Ia merasakan bajunya basah karena air mata.

Aroma khas kayu manis mengaliri hidungnya, aroma yang membuatnya rindu akan rumah.

"Kenapa kau pulang...? Kenapa menyamar seperti ini dan berbohong apa Eomma-mu?!"

Wonwoo melepaskan pelukannya, menatap sepasang manik yang sama dengannya basah oleh air mata tersebut. Timbul rasa bersalah pada wanita yang melahirkannya itu karena muncul tiba-tiba, namun ia hanya bisa menahan perasaan tersebut.

"Maaf Eomma... tapi aku tidak bisa menjelaskannya sekarang. Apakah Eomma dan Appa sehat-sehat saja? Kuharap kalian tidak terlalu banyak bekerja—"

"Wonu, sebenernya apa yang terjadi? Kenapa kau kembali lagi ke—"

"Eomma," potong Wonwoo menatap Ibunya sedu. "Maaf. Tapi tolong jangan bahas itu saat ini. waktunya tidak tepat."

Onyx sang Ibu menatapnya bingung, namun akhirnya ia tersenyum memakluminya. "Tadi... kau bertanya Kookie dimana, bukan?"

Wonwoo mengangguk cepat. "Ya. Dimana Kookie sekarang? Aku—aku merindukannya. Apa dia sakit? Atau dia belum pulang? Dia masih latihan?" Tanyanya tidak sabaran.

Ibunya menggeleng kepala dan suaranya berubah menjadi parau, "Kookie... Kookie tidak ada disini.... sejak sebulan lalu, dia..."

"Apa? Kookie kemana? Ada apa? Apa terjadi sesuatu padanya?!" Panik Wonwoo.

Ibunya menutup wajahnya sambil menangis lirih, "Jungkook dibawa oleh seseorang..."

Tubuh Wonwoo menegang, matanya terbelalak kaget. "Siapa? Siapa yang membawa Kookie?!" Wonwoo menaikkan nadanya tidak sadar.

Terdengar isakan pilu dari Ibunya. Wanita baya itu berjongkok karena tidak bisa menahan tubuhnya untuk mengatakan sebenarnya. "Jungkook dibawa oleh ketua Mafia 'Temozarela'... Kim Taehyung."

Bagai ada sebuah ribuan anak panah menembus dadanya. Hati Wonwoo mencelos, tubuhnya membeku tatkala suara isakan Ibunya semakin jadi. Otak jenius pria itu berputar secara lambat untuk mengolah informasi yang baru saja diterimanya. Wonwoo merasa kehilangan dirinya untuk beberapa saat. Nafasnya tercekat di tenggorokan. Tubuhnya terhuyung sembari mundur beberapa langkah dan terjatuh ke lantai dingin. Matanya terlihat tidak fokus dan menerawang; mengingat senyuman dan tawa manis sosok adiknya yang ia sayangi dan lindungi selama ini telah di bawa oleh—

Kelompok musuhnya lagi.

"Wonu—"

"Bagaimana bisa? Aku... aku menghilang untuk melindungi kalian, tapi kenapa dia malah—"

"Wonu—" Ibunya menepuk pelan pundak anaknya. "Ini salah kami. Kami meminjam uang pada mereka untuk membawamu kembali dan ternyata—"

"Ternyata kalian ditipu," sambung Wonu pelan menatap kosong lantai. Ibunya mengangguk lirih. "Karena kami meminjam dengan jumlah besar, kami harus mengembalikannya. Namun.... uang sebanyak itu tidak bisa kami kembalikan dengan cepat..."

Kedua tangan Wonwoo terkepal kuat hingga buku tangannya memutih. "Dan si brengsek itu membawa Jungkook sebagai tebusannya." Tatapan membunuh kembali terpapang di wajahnya.

Air mata Ibunya mengalir deras saat mengingat apa yang terjadi sebulan yang lalu saat ia dan suaminya tidak berdaya untuk melawan kelompok tersebut dan membawa paksa Jungkook dari mereka.

"Apa yang mereka lakukan pada Jungkook?"

Ibunya menggeleng pelan. "Eomma tidak tahu... mereka tidak bisa dihubungi setiap kali kami bertanya keadaan Kookie..."

"Berarti Jungkook masih hidup," gumam Wonwoo yakin.

"Bagaimana kau—"

"Kalau Jungkook sudah mati, mereka pasti akan mengirimkan mayatnya pada Eomma. Atau jika mereka sudah menjual Jungkook, mereka pasti akan mengatakannya pada Eomma. Katakan saja.... aku tahu sifat para Bos kelompok mereka," ujar Wonwoo.

Kedua tangan Ibunya terangkat seakan bersyukur mengetahui bahwa putra manisnya masih hidup. Tangisannya kembali pecah dan Wonwoo memeluknya seraya membisikkan janji pada Ibunya.

"Tenang saja, Eomma. Aku pasti akan membawa Jungkook kembali pada kita dengan selamat. Pasti!" Janjinya dengan onyx yang berkilat penuh kebencian.

Hingga suara pintu terbuka mengagetkan aksi pelukan tersebut menatap seorang pria yang sudah berumur itu menggendong seorang bocah perempuan cantik dan manis menatap bingung pada keduanya.






"S-sayang?"

"Eomma? O-Oppa?" 

To be continue

Berikan aku purple heart💜😭


Kalo senyum manis aned!

Ini dia kakak Juki😭😭 Kak Wonu>3
















---------Don't forget to vote and comments for next chapter~

Continue Reading

You'll Also Like

52.8K 4.9K 30
° WELLCOME TO OUR NEW STORYBOOK! ° • Brothership • Friendship • Family Life • Warning! Sorry for typo & H...
1.1M 11.3K 20
Sebelum membaca, alangkah baiknya kalian untuk follow akun wp gw ya. WARNING!!!🔞 YANG GAK SUKA CERITA BOYPUSSY SILAHKAN TINGGALKAN LAPAK INI! CAST N...
634K 30.5K 38
Alzan Anendra. Pemuda SMA imut nan nakal yang harus menikah dengan seorang CEO karena paksaan orang tuanya. Alzan kira yang akan menikah adalah kakek...
939K 77.1K 28
Mark dan Jeno kakak beradik yang baru saja berusia 8 dan 7 tahun yang hidup di panti asuhan sejak kecil. Di usia yang masih kecil itu mereka berdua m...