Tensei Shitara Kami ni Natta?!

De renchon_id

13.8K 1.8K 587

2019 Ilhamk-ren the 2nd Project. [HIATUS] **Sipnosis** Mati ... ya, itu yang aku alami. Aku percaya bahwa set... Mais

Chapter 01 - Permulaan
Chapter 02 - Persiapan
Chapter 03 - Perjalanan Baru
Chapter 04 - Pertemuan Dengan Sang Naga
Chapter 05 - Senyuman
Chapter 06 - Desa Setengah Manusia
Chapter 07 - Pemimpin Baru Desa Setengah Manusia
Chapter 08 - Terbukanya Kotak Pandora
Chapter 09 - Tujuan Utamaku
Chapter 10 - Langkah Awal
Chapter 11 - Terbentuknya Sumpah Suci
Chapter 12 - Pertandingan Dengan Raja Arcadia
Chapter 13 - Pengganti Sementara Raja
Chapter 14 - Perjalanan Menuju Kerajaan Cursedia
Chapter 15 - Yuka dan Yuki
Chapter 16 - Bandit
Chapter 17 - Mencari Penginapan
Chapter 18 - Perencanaan
Chapter 19 - Astral Lake
Chapter 21 - Rencana Menaklukkan Cursedia
Chapter 22 - Pengganggu Dari Seventh Republic
Chapter 23 - Petualang

Chapter 20 - Pedang Suci Empress

206 23 13
De renchon_id

...

Di dalam alam bawah sadarku.

Setelah aku tertusuk, seluruh pandanganku langsung berubah. Sepanjang mataku memandang, aku hanya melihat warna putih.

Ini? Alam bawah sadarku? Atau ... ini adalah dimensi ruang yang diciptakan oleh Empress di dalam alam bawah sadarku?

Saat aku sedang berpikir keras, aku mendengar suara yang memanggilku dari belakang.

"Manusia, kemarilah."

Aku langsung berbalik ke arah suara itu.

Di sana, terlihat seorang gadis yang berdiri menghadap ke arahku. Gadis berambut ungu, dengan mata merahnya yang menatapku.

"Kamu? Empress?"

"Ah ... kemarilah, manusia."

*Ctak!*

Sembari mengajakku dia menjentikkan jarinya. Bersamaan dengan jentikkan jari itu, muncul dua buah kursi dan sebuah meja tepat di hadapannya.

Dia langsung menduduki kursi itu.

Aku berjalan mendekatinya.

"Duduklah."

Aku menganggukkan kepalaku, lalu duduk berhadapan dengannya.

"Ini di mana? Apa ini di dalam alam bawah sadarku?" Untuk memastikan, akhirnya aku memutuskan untuk menanyakannya secara langsung.

Dia tersenyum dengan arogan. "Hmph, tepat. Ini adalah dimensi ruang yang kuciptakan di dalam alam bawah sadarmu."

"Aku tidak ingin berlama-lama, tadi kau bilang, kau ingin menjalin kontrak denganku bukan? Manusia."

Ahh ... ternyata benar dugaanku. Ini dimensi ruang yang dia ciptakan, untuk menciptakan serta mempertahankan ini dibutuhkan energi sihir yang luar biasa banyak dan stabil. Kemampuannya sudah tidak perlu diragukan lagi.

"Ya, aku ingin menjalin kontrak denganmu. Empress."

Gadis itu terus menatap tajam mataku, setelah beberapa saat, dia tersenyum.

"Hee ... baik, sesuai perkataanku sebelumnya. Akan kuberikan kau satu kesempatan, jangan mengecewakanku, manusia."

"Ahh, aku berjanji Empress. Akan aku tunjukkan, bahwa aku layak untuk memilikimu."

Gadis itu mengulurkan tangannya ke arahku, "Kemarikan tangan kananmu."

Tanpa ragu, aku langsung menaruh tangan kananku di atas tangan kanan Empress yang berada di hadapanku.

Dia menyatukan jari tangannya dengan jari tanganku. Tangan kami saling menggenggam satu sama lain.

"Alirkan sihirmu padaku, manusia."

"Umm, baiklah."

Aku berkonsentrasi dan mengalirkan sihirku secara perlahan ke dalam tubuh Empress sesuai permintaannya.

Aura sihir yang keluar dari tanganku, mengalir ke dalam tubuh Empress melalui tangannya.

...

Empress POV - Point Of View. (Sudut pandang Empress.)

Hmm? Manusia ini, dia tidak memiliki rasa tamak dan kerakusan di dalam sihirnya. Bahkan, dia bisa bertahan di dalam dimensi ruang yang kuciptakan ini.

Yang di mana, biasanya manusia biasa akan langsung kesulitan bernafas dan akhirnya mati.

Menarik.

"Cukup, manusia."

Mendengarku, dia langsung menghentikan aliran sihirnya. Responnya cepat, bagus.

"Sebelum aku melanjutkannya, aku ingin bertanya kepadamu, Manusia. Kenapa kau menginginkanku? Apa alasanmu memilihku?"

Manusia itu sedikit memiringkan kepalanya, "Hmm? Itu ... itu karena Noel yang merekomendasikannya. Dia bilang, dia tahu pedang yang sangat hebat. Maka dari itu aku ke sini."

"Dan tadi, saat aku melihat pedang itu untuk pertama kalinya, aku benar-benar tertarik. Terlebih, saat kita sedang berbicara seperti ini, aku jadi semakin yakin bahwa kamu adalah pedang yang hebat Empress."

"Pfft." Aku berusaha menahan tawaku.

Dia ... dia tidak berbohong sama sekali, semua perkataannya jujur dan apa adanya. Saking jujurnya bikin ketawa, ya ampun.

"Ahahaha, kau menarik. Setiap manusia yang datang ke sini untuk mengambilku, mereka semua pasti berbohong dan memiliki niat buruk di balik itu semua. Tapi, kau berbeda."

"Baiklah, aku akan mengujimu. Jika kau bisa menang atau setara melawanku, maka aku bersumpah akan menjadi milikmu. Begini-begini, aku tidak tidak mau tunduk pada orang lemah."

Manusia itu langsung berdiri dan tersenyum melihatku.

"Aku terima."

...

Sakamaki Jun POV - Point Of View. (Sudut pandang Sakamaki Jun.)

"Bagus, aku suka dengan keberanianmu. Tunjukkanlah kemampuanmu, manusia." Ucap gadis itu sembari berdiri dari kursinya.

*Ctak!*

Gadis itu menjentikkan jarinya, bersamaan dengan jentikkan jarinya itu. Seluruh dimensi ruang berwarna putih ini, berubah menjadi lahan hijau disertai langit biru yang sangat luas.

Kami berdua membuat jarak di antara kami.

Dia mengambil sebuah koin dari sakunya, "Aku akan melempar koin ini sebagai tanda dimulainya pertarungan kita. Bagaimana?"

Aku menganggukkan kepalaku. "Umm, tidak masalah."

"Dan satu lagi, manusia. Kau boleh melakukan apa pun untuk melawanku. Terlebih, jika kau bisa membunuhku maka kau akan mendapatkan seluruh kekuatan yang kumiliki."

Gadis itu melempar koinnya.

*Cting!*

Koin itu terlempar ke atas, berputar-putar dengan sangat cepat. Perlahan, koin itu mengarah ke bawah. Hingga akhirnya menyentuh tanah.

*BUSH!*

Saat itu juga, dengan sangat cepat Empress langsung melesat ke arahku. Ia mengangkat kaki kanannya dan mengarahkannya ke arahku.

"Quick Warp." Dengan cepat, aku langsung menghindar ke sisi kiri menggukan sihir perpindahan.

*BOOM!*

Dia menghantam kakinya yang ia angkat tadi ke tempatku, hingga tanah tempat yang kupijak tadi hancur berkeping-keping.

Hua?! Untung aja menghindar, kalau enggak udah jadi bubur itu.

"Hee? Kau bisa menghindarinya ya? Manusia. Boleh juga, lalu ... bagaimana kalau begini."

*BUSH!*

Empress melompat cukup tinggi. Lalu, ia melayang di atasku.

"Dimension Sword, Rain!"

Tepat setelah ia mengatakan itu, puluhan ruang dimensi dengan warna ungu pekat berbentuk lingkaran muncul di belakangnya.

Perlahan, satu persatu bilah pedang muncul di setiap lingkaran ruang dimensi itu.

Ga-gawat ... kalau kena bisa benar-benar habis ini. Sepertinya aku harus sedikit lebih serius.

Ia mengangkat tangannya ke atas sembari tersenyum melihatku.

"Mati." Ucapnya sembari menjatuhkan tangannya ke arahku.

Disaat yang bersamaan, ratusan pedang keluar dan melesat ke arahku dengan sangat cepat melalui lubang dimensi itu.

Melihat itu, aku langsung mengarahkan tanganku ke arahnya. "Ini giliranku."

"Object Control, Time:Stop." Dalam sekejap seluruh pedang yang melesat ke arahku langsung berhenti.

"Object Control?! Ehe? Lumayan juga, manusia. Tapi, apa kau bis—"

"Quick Warp." Saat gadis itu sedang berbicara, aku langsung berpindah tempat. Tepat ke belakangnya.

"Eh ... ?" Ia langsung menoleh ke arahku.

Membentuk sebuah pistol, aku mengarahkan jariku ke arahnya.

"Extra Magic Bullet, Fire!"

*SHHHP ... BOSH!*

Energi sihir berwarna hitam berbentuk lingkaran layaknya sebuah bola kecil muncul di ujung jariku. Tepat setelah energinya terkumpul, bola itu melesat dengan sangat cepat dan kuat ke arah gadis itu.

Diikuti dengan ledakan aura yang sangat hebat, bola itu melesat tepat mengenai tubuh Empress.

*BOOM!*

"Ahk—"

Tubuhnya terpental dan terbanting searah dengan jalur tembakan sihirku. Ia bahkan sempat terguling-guling beberapa meter akibat serangan itu, hingga akhirnya ... tubuhnya berhenti dan tergeletak tak berdaya.

Diwaktu yang sama, seluruh pedang yang terhenti tadi ... berjatuhan ke bawah.

Perlahan, aku turun ke bawah, menapakkan kakiku lalu berjalan mendekati Empress yang sudah terluka.

"Uhuk!"

Empress terbatuk tepat di bawahku hingga ia mengeluarkan darah dari mulutnya. Ia melihatku dan tersenyum.

"Haha ... kau hebat manusia. Aku tidak percaya ada orang sekuat dirimu di dunia ini dan lagi, memangnya kau membutuhkanku ya? Sepertinya kekuatanmu jauh di atasku."

"Apa aku lulus? Empress."

"Umm, kau lulus. Saa ... bunuhlah aku dan ambil seluruh kekuatanku, untuk itu kau datang ke sini bukan?"

Empress menutup matanya sembari menghela nafas. "Huft ... hanya sampai sini saja ya? Sepertinya kemampuanku sudah menumpul, haha."

Aku menurunkan tubuhku, berlutut, lalu mengambil tangannya untuk kugenggam.

"Terimakasih ya, Empress."

"Ahh ... tidak masalah, memang aku yang kalah. Bunuhlah aku, dengan begitu seluruh kekuatanku akan langsung menjadi milikmu."

"Maaf ya, Empress."

Aku menggenggam erat tangannya. "Perfect Healing."

Tepat setelah aku mengatakan itu, cahaya putih muncul dari tanganku, dengan cepat cahaya itu merambat ke tangan Empress hingga menyelimuti seluruh tubuhnya.

Seketika cahaya putih itu menguat dan langsung menghilang.

"Tu—eh?! Eh?! Kenapa?" Dengan wajahnya yang sangat kebingungan Empress melihatku.

"Hmm? Kenapa apanya?"

"Bukankah kau mau membunuhku dan mengambil kekuatanku? Kenapa? Kenapa kau malah memulihkanku?"

Eh? Hee? Memangnya aku terlihat seperti itu ya? Wahh ... sepertinya dia sudah salah paham.

"Umm ... sepertinya kamu sudah salah paham. Bukankah sejak awal aku sudah bilang, bahwa aku ingin menjalin kontrak denganmu."

"A— tapi, jika kau membunuhku, kau bisa langsung memiliki seluruh kekuatanku. Bukankah itu lebih menguntungkanmu? Dari pada harus mengajukan kontrak yang belum tentu aku akan menyetujuinya."

Menghiraukan itu, aku menatap matanya dan menggenggam tangan Empress dengan kedua tanganku. "Maukah kamu menjadi milikku? Empress."

Aku tidak berniat untuk membunuhnya, sejak awal aku datang ke sini untuk mengambilnya dan menjadikan dia milikku. Memang, membunuhnya jauh lebih menguntungkan. Tapi, tidak untukku.

Melihatku, ia tersenyum. Dia berdiri, lalu berlutut tepat di hadapanku.

"Aku, Empress. Mengakui Sakamaki Jun sebagai pemilik dan juga Tuanku. Apakah Tuan mau menerimaku sebagai milikmu?"

"Ahh ... tentu, aku mau."

Dia berdiri menghadapku.

"Ini pertama kalinya aku menjalin kontrak secara resmi dengan manusia, kau manusia pertama yang kuakui. Untuk melanjutkan kontraknya, aku ingin meminta cairan tubuhmu yang mengandung energi sihirmu. Boleh?"

Ca-cairan tubuh? Apa jangan-jangan aku akan digigit lagi untuk diambil darahnya ya? Atau, ke arah yang lebih erotis? ... enggak-enggak-enggak.

"Tentu, apa yang harus kulakukan? Empress."

"Hmm? Itu mudah, diamlah di situ." Perlahan, Empress berjalan mendekatiku hingga wajah kami saling berhadapan dengan jarak yang sangat dekat.

Dia memegang wajahku dengan kedua tangannya, matanya menatap tajam mataku.

Lalu, dia memiringkan kepalanya dan ...

*Chu.*

Dengan cepat, dia langsung menempelkan mulutnya ke mulutku.

"Mmm?! E-Empres— mmm?!"

Lidahnya berputar-putar di dalam mulutku, air liur kami menyatu. Tidak hanya memainkan lidahnya, tapi dia juga menghisap lidahku dengan mulutnya.

Dia mendekatkan wajahku yang dia pegang dengan kedua tangannya.

*Gulp, Gulp, Gulp.*

Seluruh air liurku yang keluar akibat ciuman intens yang dilakukannya itu, diminum tanpa sisa.

Tidak lama kemudian, Empress melepaskan bibirnya dengan wajah dan senyumannya yang sangat erotis. "Bwah! ... haahh ... terimakasih atas hidangannya. Uhuhuhu."

"Empress?!"

"Hmm? Kenapa? Tuan masih ingin melakukannya ya? Atau jangan-jangan ... Tuan ingin lanjut ke tahap selanjutnya?"

"Taha-tahap selanjutnya? E-Empress, kamu itu wanita. Jangan memberikan ciuman atau bahkan tubuhmu semudah itu kepada orang lain."

Mendengar itu, dia tersenyum. "Huhu, aku tidak akan melakukannya dengan orang lain. Ini pertama kalinya bagiku dan tentu, aku hanya akan melakukannya denganmu, Tuan."

"Tapi, terimakasih ya karena sudah mengkhawatirkanku. Ini pertama kalinya ada seseorang yang menganggapku sebagai sosok seorang wanita seutuhnya. Meski pada kenyataannya, aku ini hanya sebongkah pedang yang tidak berguna." Perlahan, Empress menundukkan kepalanya dengan tatapan yang belum pernah kulihat sebelumnya.

Melihat tatapannya, entah bagaimana aku langsung mengerti.

Selama ini, dia pasti sudah menjalani hari-hari yang sangat berat. Tatapan itu, adalah tatapan yang penuh dengan penderitaan. Kenapa aku tidak menyadarinya?! Dasar bodoh!

Hidup terbengkalai sendirian di sini saja sudah sangat menyakitkan, terlebih, masih banyak sekali hal-hal yang belum kuketahui tentangnya.

Yang jelas, itu pasti bukan cerita yang menyenangkan. Entah bagaimana Empress bisa berakhir sendirian di tempat ini, tapi pasti ... itu adalah kisah yang menyakitkan.

Tanpa ragu, aku langsung memeluk Empress yang sedang tersenyum tipis melihat ke bawah.

"Tu-Tuan?!"

Aku memeluknya dengan sangat erat. "Empress, aku berjanji tidak akan membiarkanmu sendirian lagi, aku berjanji tidak akan membuatmu bersedih lagi. Tidak akan kubiarkan siapa pun untuk menyakitimu, maka dari itu, aku yang akan melindungimu."

"Sebagai gantinya, maukah kamu melindungiku selagi aku melindungimu? Empress."

"Umm!" Empress menganggukkan kepalanya dengan senyuman indah di wajahnya.

Ahh ... mulai sekarang, perlahan-lahan, aku akan berusaha untuk lebih mengenal Empress dan kita akan saling melindungi untuk kedepannya.

Empress mundur satu langkah.

"Aku sudah memutuskannya. Tuan, sampel sihirmu yang sudah kuambil tadi akan kupakai untuk mengikat kontraknya."

"Umm ... mulailah, Empress."

Empress mengepal kedua tangannnya tepat di depan dadanya dan memulai rapalannya. "Sihir tingkat 7 tahap akhir, penghubung kehidupan. Dengan ini, aku Empress menghubungkan kehidupanku dengan Tuanku, Sakamaki Jun. Life Connect!"

Lingkaran sihir berwarna ungu yang sangat amat besar muncul di bawah kaki kami. Di saat yang bersamaan, cahaya berwarna merah muncul di dadaku dan dada Empress.

Sebuah garis layaknya benang merah, dengan cepat melesat dari cahaya yang ada di dada Empress tepat ke cahaya yang berada di dadaku.

Saat garis merah layaknya benang itu sudah terhubung, Empress menutup rapalannya. "Lock!"

*Ctak!*
*BUSH!*

Sebuah siluet kunci muncul bersamaan dengan hentakan energi sihir yang sangat kuat.

Ini salah satu dari sihir tingkat tertinggi, Life Connect. Tapi, jika dia menggunakan sihir ini, itu artinya ...

Tidak memakan waktu lama, sihir itu menghilang tanpa jejak.

"Empress? Kenapa kamu menggunakan sihir itu? Itu adalah sihir untuk mengunci dua kehidupan menjadi satu. Yang artinya, jika aku mati maka kamu juga akan mati bersamaku. Kenapa?"

"Aku tidak berniat untuk memiliki Tuan lagi, jika memang kelak Tuan sudah tiada. Maka ... aku akan ikut bersamamu, ke mana pun itu."

"Huft ... kamu ini. Ya sudah, jika itu memang keinginanmu, aku juga akan berusaha untuk melakukan yang terbaik."

"Umm! Terimakasih, Tuan. Aku berjanji tidak akan mengecewakanmu. Dengan begini, aku sudah sepenuhnya menjadi milikmu. Kuharap, aku bisa berguna bagimu, Tuan Jun."

Aku mendekati Empress dan menaruh tanganku di atas kepalanya. "Umu, terimakasih kembali, Empress. Aku harap, aku bisa menjadi Tuan yang baik untukmu."

Empress tersenyum lalu menganggukkan kepalanya dengan begitu indah.

"Umm!"

...

Setelah itu pandanganku langsung menghilang, perlahan aku membuka mataku.

"A ... "

Saat aku membuka mataku, terlihat Noel dan Shion yang sedang memegang tanganku.

"No ... el? Shion? Apa kalian baik-baik saja?"

Hahh ... aku pingsan dan Noel meminjamkan pahanya untuk menaruh kepalaku ya? Hahh ... ini lebih nikmat dari bantal apa pun.

"Tuan?! Tuan sudah sadar? Syukurlah!" Wajah Noel yang berada di atas kepalaku mendekat, lalu ia menutup matanya dan menempelkan dahinya ke dahiku.

Pasti dia sangat khawatir, jarang sekali aku melihat Noel sampai berkaca-kaca seperti itu.

Aku menaruh tanganku di atas kepala Noel dan mengelus-elusnya. "Maaf membuatmu khawatir ya, Shion, Noel. Aku baik-baik saja, terimakasih ya sudah meminjamkan pahamu untuk kutiduri. Ini luar biasa!"

Noel mengangkat wajahnya sambil menggembungkan pipinya. "Moo— di saat seperti ini pun Tuan masih saja bercanda, aku benar-benar khawatir tahu!"

Dengan memasang wajah kebingungan aku mempermainkan Noel. "Eh? Ta-tapi, aku juga benar-benar serius lho. Ini bantal terbaik yang pernah kutiduri, ini memang luar biasa tahu!"

"Pfft ... Tuan ini. Kalau begitu, aku akan meminjamkan pahaku ini kapan saja untuk Tuan tiduri. Jika Tuan menginginkannya, bilang saja ya, dengan senang hati aku akan melakukannya untukmu."

Melihat wajah Noel yang tersenyum dengan lembut ke arahku, benar-benar membuat hatiku tenang. Dengan kebaikannya yang dia berikan kepadaku, aku merasa terselamatkan.

Terimakasih ya, Noel.

Pedang yang tadi menusukku tergeletak cukup jauh dariku, melihat itu aku memanggilnya.

"Empress, kemarilah."

Dengan sendirinya, pedang itu melayang dan mendekat ke arahku. Perlahan, pedang itu turun dan jatuh tepat di sebelahku.

"Apa kamu baik-baik saja? Empress."

"Ah, aku baik-baik saja, Tuan. Maaf ya, aku sudah menusukmu tadi."

"Tidak masalah, jika satu tusukan saja membuatku bisa mendapatkanmu. Maka itu harga yang sangat murah. Ahahaha."

"Huft Tuan ini, tapi ... terimakasih ya, Tuan."

"Umm."

Noel dan Shion melihat pedang itu, "Empress? Tuan? Eh? Apa jangan-jangan, Tuan berhasil menjalin kontrak ya dengan Empress?"

Mendengar itu aku langsung tersenyum dan mengacungkan jempolku. "Hehe."

"Whoaa?! Itu artinya, sekarang Tuan menjadi pemilik dari pedang suci yang sangat langka! Empress! Huaa!" Ujar Shion dengan matanya yang berbinar-binar.

"Ahh ... aku memang pria yang sangat beruntung. Ahaha."

Noel hanya tersenyum mendengar pujian Shion, di wajahnya seperti tertulis bahwa itu adalah hal yang wajar. "Apa kita akan langsung kembali ke Cursedia, Tuan?"

"Entah kenapa aku agak lelah, aku ingin beristirahat dulu sebentar di bantal surgawi ini. Tidak apa'kan?"

"Ba-bantal surgawi? A-umm ... tentu boleh Tuan. Pfft, ada-ada saja sebutannya." Noel tersenyum dan menaruh tanganya di atas kepalaku. Dengan lembut, dia mengelus-elus kepalaku.

Hahh ... terimakasih Noel, tangannya yang sangat lembut ini, sangat nikmat! Ini surga!

Aku melihat langit yang ada di atasku.

Entah kenapa aku merasa sangat lelah, terlebih, besok juga ada jadwal untuk bertemu dengan Iris. Ya ampun, padat sekali.

Setelah masalah Cursedia selesai, aku tidak mau tahu, pokoknya aku akan mengambil cuti! Kerja rodi itu bukan gayaku, hidup freelance!

Setelah aku mengeluh di dalam hatiku, aku melihat ke arah Noel, Shion dan Empress.

"Besok, aku berencana untuk mengambil alih Cursedia dan menghentikan pemerintahan busuknya hari itu juga. Entah apa yang akan terjadi, tapi ... maukah kalian membantuku? Noel, Shion, Empress."

Noel dan Shion menganggukkan kepalanya, "Umm! Kami berjanji tidak akan mengecewakanmu, Tuan."

"Ahh ... Tuan itu hebat, terlebih sekarang Tuan sudah memiliki aku bukan? Aku berjanji akan melindungimu seperti Tuan yang akan melindungiku." Dengan nada yang terdengar bahagia, Empress melanjutkan perkataan Noel.

Mendengar itu aku tersenyum melihat mereka.

"Umu, terimakasih ya. Semuanya."

Semoga saja besok semua berjalan dengan lancar. Aku yakin, jika sistem pemerintahan Kerajaan itu berhasil kuhancurkan. Cursedia pasti akan berubah menjadi Kerajaan yang indah dan menakjubkan.

Setelah itu selesai, aku akan cuti! Dan setelah cuti, aku akan mendaftar ke serikat petualang. Informasi yang mengalir di antara para petualang pasti lebih cepat.

Aku harus menemukan petunjuk tentang Artifak suci dan keberadaan Rescha secepatnya.

Ah ... lebih cepat, lebih baik.

Continue lendo