TBRAD

By Iryuuuu

663K 92.6K 6.5K

ɴᴏᴠᴇʟ ᴛᴇʀᴊᴇᴍᴀʜᴀɴ 𝑻𝒉𝒆 𝑩𝒂𝒃𝒚 𝑹𝒂𝒊𝒔𝒊𝒏𝒈 𝒂 𝑫𝒆𝒗𝒊𝒍 By Lisha "Lagi. Aku kembali lagi. Aku tidak per... More

• PROMO NOVEL
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27
Chapter 28
Chapter 29
Chapter 30
Chapter 31
Chapter 32
Chapter 33
Chapter 34
Chapter 35
Chapter 36
Chapter 37
Chapter 38
Chapter 39
Chapter 40
Chapter 41
Chapter 42
Chapter 43
Chapter 44
Chapter 45
Chapter 46
Chapter 47
Chapter 48
Chapter 49
Chapter 51
Chapter 52
Chapter 53
Chapter 54
Chapter 55
Chapter 56
Chapter 57
Chapter 58
Chapter 59
Chapter 60
Chapter 61
Chapter 62
Chapter 63
Chapter 64
Chapter 65
Chapter 66
Chapter 67
Chapter 68
Chapter 69
Chapter 70
Chapter 71
Chapter 72
Chapter 73
Chapter 74
Chapter 75
Chapter 76
Chapter 77
Chapter 78
Chapter 79
Chapter 80-???

Chapter 50

6.9K 1.1K 53
By Iryuuuu

***

"Apakah ada banyak yang seperti ini disana?"

"Kakak yang twinggal di dekat panti asuhan menunjukkan padaku buanyak batu yang seperti ini disana."

"Sungguh? Apakah anda yakin itu Spinel?!"

"Batunya terlihat seperti ini..."

Para pengikut saling melirik saat mendengar perkataanku.

Viscount Dubos mendekati ku dan bertanya.

"Siapa pemiliknya? Dimana itu?"

"Kak Sese!" Aku berteriak dan memberi mereka gambaran samar-samar tentang tempat itu.

***

Viscount Dubos mengirim administrator ke tempat yang diberitahukan Leblaine kepadanya.

Dan tiga hari kemudian, administrator benar-benar membawa sekotak spinel.

"Memang benar ada pemilik tempat tumbuhnya spinel yang kita tidak ketahui..."

Viscount Dubos terkejut, dan para pengikut bertanya kepada administrator.

"Bagaimana itu bisa terjadi?"

"Wanita bernama Sesera itu pintar.  Tampaknya rakyat jelata tahu bahwa jika orang-orang tahu dia memiliki tempat tumbuhnya spinel, itu akan diambil."

"Itu sebabnya dia tidak menjual Spinel ke pasar?"

"Wanita itu butuh waktu untuk bersiap-siap mendirikan toko."

Wajah orang-orang menjadi cerah.

"Kita tidak perlu bergantung lagi pada gereja. Saya akan memanggil pembawa pesan yang sedang bernegosiasi."

Duke, yang mengetuk pegangan kursi, membuka mulutnya.

"Tidak. Jangan biarkan gereja tahu kita memiliki spinel."

"Mengapa demikian..."

"Nos, beli semua Spinel segera setelah pemiliknya menjualnya."

"Apa perlu menyimpan sebanyak itu?"

"Bukan untuk menimbun. Tapi akan didistribusikan dengan harga murah di pasar."

Orang-orang tersenyum tetapi Henry tenggelam dalam pikirannya.

"Anda mencoba menurunkan nilai Spinel."

Jika spinel dipasok terlalu banyak di pasar, harga pasti akan jatuh.

Jika harga Spinel, sumber dana gereja, diturunkan, gereja tentu akan terkena pukulan langsung.

Para pengikut, yang memahami niat Duke, bertanya dengan suara khawatir. "Ini akan berpengaruh pada kita juga."

Henry menjawab, "Gereja tidak akan bertahan lama. Mereka akan dipaksa untuk menjual tambang Spinel yang tidak lagi berharga."

Kemudian Spinel akhirnya akan menjadi dimonopoli. Menaikkan harga sudah cukup.

"Tapi kami harus mengeluarkan banyak uang untuk membeli semua spinel itu dan menjualnya kembali dengan harga murah. Akankah kita bisa bertahan..."

Isaac, yang duduk dengan santai di samping Henry dengan mata tertutup berkata, "Apakah kamu idiot?"

"Maaf?"

"Apakah kamu lupa siapa kami?"

Selain menjadi sarang penjahat, ada julukan lain untuk Dubblede.

Emas Dari Barat.

Mereka memiliki kekuatan finansial yang tiada henti.

Dalam permainan uang, Dubblede selalu memiliki persentase kemenangan 100%.

Para pengikut menundukkan kepala mereka sekaligus.

Pertemuan selesai dan pengikut yang sedang berjalan keluar berkata,

"Bukankah nona kecil penuh dengan keberuntungan?"

"Ya, tanpa dia, kita akan dibodohi oleh gereja."

"Dia sudah menyelamatkan Dubblede lebih dari sekali. Seperti dewi keberuntungan."

Setiap pengikut jatuh kedalam pikiran mereka sendiri.

'Apakah dia juga malaikat?'

'Peri kecil Dubblede....'

'Imut...'

Pada saat itu, Leblaine tidak menyadari penggemarnya bertambah.

***

Aku terbangun setelah tidur siang yang cukup lama.

Beberapa hari yang lalu, untuk pertama kalinya aku menggunakan kekuatan suci  sendirian tanpa bantuan Boone karena Roman. Aku telah menyia-nyiakan lebih banyak kekuatan suci dari yang direncanakan.

'Sejak itu, aku hampir menjadi anak kecil sungguhan, jadi aku merasa tidak enak badan.'

Aku meregangkan badan dan turun dari tempat tidur.

"Aku laper, pingin makan rhoti."

Aku terkejut karena tanpa sadar aku mengisap jariku.

'Kali ini serius, aku menggunakan terlalu banyak kekuatan.'

Lebih banyak dibandingkan saat aku mencoba mempertahankan wujud Boone.

Pikirannya kembali menjadi anak kecil karena dia menggunakan terlalu banyak kekuatan suci.

Tiba-tiba, aku merasa ingin menangis.  Tidak ada orang di ruangan itu, jadi terasa menakutkan.

"Huu..."

Saat aku menangis, para pelayan masuk kedalam kamar.

"Ya ampun, nona kecil. Ada apa?"

Terkejut saat melihat air mataku, para pelayan dengan cepat mendekatiku.

"Atut sendirian."

Para pelayan gelisah dan menenangkan ku.

"Ayo, Nona Kecil, jangan menangis. Kami punya kabar baik."

"Kabar baik?"

Saat ditanya, para pelayan bertukar pandang satu sama lain dan tersenyum.

"Kamar anda sudah selesai!"

Akhirnya selesai.

Aku tidur di kamar tamu yang diberikan Duke saat aku pertama kali datang ke kastil Dubblede.

Setelah aku diadopsi, aku mendapatkan kamar di gedung barat, tapi ditunda untuk memasang perangkat keamanan.

'Kamarku....'

Untuk beberapa alasan, jantungku berdebar kencang dan aku menangis.

Memiliki kamarku sendiri, didekorasi hanya untukku, adalah pertama kalinya sejak kehidupan pertamaku.

'Bahkan di kehidupan pertamaku, itu bukanlah kamarku.'

Mereka memberiku kamar kosong dan hanya memberi meja baru dan tempat tidur.

Para pelayan mengantarku ke kamar baru ku.

'Kami sudah berada di gedung barat.'

Aku berjalan bersama para pelayan, dan melihat sekeliling sayap barat.

"Ini dia."

Aku membuka pintu dan menarik napas dalam-dalam.

Jendela besar dan dinding yang indah.

Semua furnitur di ruangan itu berwarna putih, dan sudutnya dihiasi dengan bingkai emas yang indah.

Sofa berwarna peach yang indah. Di atas meja dan rak buku tergeletak sebatang lilin beraroma manis.

Ini sangat besar sehingga tidak bisa dibandingkan dengan kamar tamu yang aku tempati selama ini.

"Ini ruang untuk menerima tamu. Itu pintu perpustakaan pribadi Anda di mana nona kecil bisa membaca atau belajar."

"Ada kamar tidur di sisi kanan. Dan ada kamar mandi dan ruang ganti."

"Di ruang ganti, Anda punya baju baru, aksesori baru, dan banyak lagi."

"Ada juga bak mandi besar dan lebar di kamar mandi, dan...."

Aku menjadi kaku saat pelayan menjelaskan struktur ruangan.

"Nona kecil?"

Para pelayan menatapku dengan heran.

"Apakah Anda tidak menyukainya?"

Aku tidak bisa mengucapkan sepatah kata pun, entah kenapa aku merasa gelisah.

Duke Amity mengizinkan aku tinggal di kamar Mina yang cantik sebelum menyerahkanku sebagai persembahan ritual.

Duke Vallua juga membiarkanku beristirahat di ruangan yang begitu cantik sebelum penyiksaa.

"Saatnya untuk memenuhi kewajibanmu, Leblaine."

"Kamu harus membayar harga untuk menikmati hal-hal yang sudah aku berikan."

Suara Duke Amity dan Duke Vallua muncul di benakku.

Aku meringkuk di sudut ruangan dan memohon

"Ini salahku. Aku salah. Tolong bunuh aku, maafkan aku." Aku sangat memohon untuk itu.

Kemudian, orang-orang yang aku kenal masuk dari luar pintu.

Para karyawan membanjiri kedua sisi seperti Laut Merah, dan saudara-saudara, yang berjalan melewatinya, menatapku.

"Ada apa dengan kebisingan ini."

Isaac melihat sekeliling kamarku dan terus berbicara.

"Kamarmu dekat dengan kamarku. Hei, dik. Kamu tak bisa datang begitu saja setiap malam ke kamarku dan mengatakan kalau kamu takut."

Kemudian dia berkata, "Datang hanya tiga kali seminggu. Apa kamu mengerti?" dan pura-pura terbatuk.

"......."

"Apa, kenapa kamu tidak menjawab? Oh aku tahu. Kamu bisa datang empat kali seminggu. Apa itu cukup?"

"......."

"Ada apa? Kamu kenapa?"

Isaac kembali menatap para pelayan seolah dia bertanya-tanya apa yang sedang terjadi. Tapi para pelayan menggelengkan kepala seolah-olah mereka tidak tahu apa-apa.

Henry bertanya, "Apa yang salah?"

"Ini byukan kamar Bwaine."

"Ini kamarmu, Leblaine."

"Tapi ini kamar seorang putri!"

Henry bertanya balik, "Maaf?"

Isaac berkata "Apa yang kamu katakan?"

"Kamarnya terlalu bwesar dan terlalu cyantik..."

"Apa yang kamu katakan? Hei, dik. Semakin besar dan cantik, semakin baik! Dan kamarmu sejauh ini selalu luas dan bagus."

"Itu kamar tamu. Kamar tamunya bwagus! Tapi kamar Bwaine sempit dan gelap. Jadi ini byukan kamarku. Ini besar dan ini byukan kamarku!"

Berhenti berbicara seperti Leblaine yang dulu! Tapi pikiranku tidak bekerja sama, aku terus merasa takut.

Jika kamu memberiku kamar yang bagus seperti Duke Amity dan Duke Vallua pada awalnya, itu mungkin akan diambil lagi nanti.

Bagaimana jika rasa sakit itu terulang lagi?

Bagaimana jika aku mengulanginya lagi?

Benar-benar menyakitkan saat aku memikirkannya.

Rasa sakitnya terasa seperti seolah-olah tubuhku terbelah dan kemudian menempel kembali.

Aku melihat mereka dengan wajah ketakutan. Mata mereka gemetar.

***

Henry menatap kosong ke arah Leblaine.  Kemudian saat air mata mulai menggenang di matanya, dia tersadar.

"Kamu tidak perlu tinggal di ruangan sempit dan gelap sekarang."

"......."

"Ini adalah kamarmu, dan kastil ini adalah rumahmu."

Henry menyeka mata basah Leblaine dengan lengan bajunya.

"Jadi kumohon jangan menangis. Itu menghancurkan hatiku."

Dia menepuk kepalaku dengan sangat hati-hati.

Saat Leblaine sudah tenang, Henry berkata kepada para pelayan,

"Untuk saat ini, bawa dia di ruang tamu."

"Ya tuan."

Tepat pada waktunya, Lea datang dan melihat anak itu dan berkata, "Ya Tuhan, nona kecil!"

Henry berbalik saat dia melihat Lea membawa Leblaine pergi.

Tapi Isaac berdiri dengan postur yang tidak berubah saat Leblaine mulai menangis.

"Apa, jangan menghalangi, pergilah."

kata Henry, mengerutkan alisnya. Isaac menatap saudaranya, putus asa seperti anjing dengan telinga dan ekor menggantung.

"Saudaraku, kamar seperti apa Leblaine dulu tinggal?"

Terlahir sebagai anak bungsu dari tiga bersaudara Dubblede, dia tidak bisa dengan mudah membayangkan ruangan yang sempit dan kotor.

Sama halnya dengan Henry.

"Ada catatan tentang Leblaine yang dikirim oleh Permaisuri ke Kantor Administrator. Catatan itu akan memberitahu di mana dia dibesarkan."

"Ayo pergi."

"Baik."

Mereka segera menuju ke kantor administrasi tempat Nos berada.

Ketika dua bersaudara itu, yang datang entah dari mana, menanyakan catatan Leblaine, mereka semua bingung.

"Apa kamu memiliki data dari panti asuhan? Sama halnya dengan ruangannya."

"Ya, saya memeriksanya beberapa hari yang lalu, dan ini dia."

Isaac melihat ke dalam gambar yang diberikan oleh administrator dan menyipitkan matanya.

"Bukan ini, kamar tempat anak itu dulu tinggal. Bukan gudang."

"Itu memang kamarnya."

"Apa?"

***

Continue Reading

You'll Also Like

167K 19.1K 40
WARNING 21+++++. . . . -Cintaku semanis Madu, seputih Salju, Selembut Lenan Halus. Dan semua itu hanya milik satu Nama: Lalisa Manobal.- Jennie Ruby...
332K 37.6K 52
Rafka, seorang mahasiswa berumur dua puluh tujuh tahun yang lagi lagi gagal dengan nilai terendah di kampus nya, saat pulang dengan keadaan murung me...
406K 30.7K 16
Selamat Membaca MAAF JIKA ADA KESAMAAN NAMA, TEMPAT, DLL. Seorang wanita muda bernama Karina Adellia terlihat sedang membaca novel yang berjudul 'Dif...