p. r. o. m. p. t

By justcallmegege_

1.6K 209 66

Di sini aku bakal jelasin secara kilat apa itu prompt. Prompt secara harfiah berarti 'cepat' atau 'mendesak'... More

p.r.o.m.p.t I
p.r.o.m.p.t. II
p.r.o.p.m.t IV
p.r.o.m.p.t V
p.r.o.m.p.t VI
p.r.o.m.p.t VII
p.r.o.m.p.t VIII
p.r.o.m.p.t IX
p.r.o.m.p.t X
p.r.o.m.p.t XI
p.r.o.m.p.t XII
p.r.o.m.p.t XIII
p.r.o.m.p.t XIV
p.r.o.m.p.t XV
p.r.o.m.p.t XVI

p.r.o.m.p.t III

208 27 22
By justcallmegege_



Tao sudah merencanakan banyak hal untuk minggu ini, apa yang ingin ia lakukan, melakukan apa, seperti apa ia menghabiskan malam, tapi melihat wajah Baekhyun dengan ekspresi memohon dan mendengar jika pemuda itu sedang berada di dalam kesulitan bukanlah termasuk satu dari sekian banyak daftar yang ia buat.

Dan Tao tahu betul jika sahabat kecilnya itu tidak akan berhenti mengganggunya sampai apa yang dia inginkan terpenuhi. Atau lebih tepatnya sampai dia berhasil memaksa Tao untuk membantunya, yang dimana Tao tidak bisa melakukannya karena dia menolak mentah-mentah tepat setelah Baekhyun selesai bercerita.

"Please Tao, pleaseeeeeeee. Hanya kau yang bisa membantuku saat ini, aku tidak tahu lagi harus berbuat apa" Baekhyun mengatakannya dengan mata berkaca-kaca dan wajah seperti anak anjing yang hendak dipenggal.

Tao sangat mengenal Baekhyun, karena itu ia tahu jka saat ini sahabatnya tidak sedang berakting ataupun berpura-pura. Hal itu membuatnya mengerang kesal, tertempel jelas di wajahnya jika dirinya terganggu dengan permohonan Baekhyun.

"Aku sudah mengatakannya padamu, Baek, aku tidak bisa. Aku tidak bisa membantumu" ujarnya untuk yang ketiga kalinya dalam kurun waktu 30 menit ini.

"Nyawaku dipertaruhkan, Tao. Pilihannya hanya aku yang menghabisi mereka lebih dulu atau mereka yang menghabisiku"

"Sebenarnya apa yang sudah kau lakukan sampai terlibat dengan kelompok pemujaan seperti mereka? Apa kau kehilangan akal sehatmu?" Tao bertanya kesal.

"Aku juga tidak tahu, oke? Kupikir laki-laki yang kukencani adalah pria normal pada umumnya! Siapa yang tahu kalau dia anggota perkumpulan aneh?" Baekhyun nyaris histeris mengatakannya. Dia benar-benar ketakutan.

Tao menggelengkan kepalanya tak berdaya. "Kau juga tahu aku sudah lama berhenti melakukan praktek sihir, aku sudah berjanji untuk tidak melakukan sihir lagi, jika mereka tahu aku bisa dipenjara, bahkan mungkin dipenggal"

"Sekali ini saja, please Tao. Hanya kau satu-satunya harapanku"

Tao mengerang lagi, merubuhkan tubuhnya ke tempat tidur yang empuk dan menyembunyikan wajahnya di atas boneka panda kesayangannya. Baekhyun masih saja merengek, mengguncang-ngguncang tubuhnya.

"Oke fine!" kembali duduk, tatapannya sangat serius kali ini. "Aku akan membantumu, tapi bukan aku yang akan melakukannya" kerutan tercipta di dahi Baekhyun.

"Aku akan memberitahumu orang yang bisa membantu, tapi ingat. Jangan pernah menyebut namaku sekalipun, jika mereka bertanya darimana kau tahu tentang mereka, katakan itu takdir atau semacamnya terserah kau mengarangnya, oke?"

Baekhyun mengangguk cepat tanpa keraguan. "Oke!"

Tao turun dari tempat tidurnya, membuka lemari pakaian untuk mencari sesuatu, kemudian mengeluarkan sebuah kotak berukuran sedang yang ia letakkan di lantai. Baekhyun beranjak turun, ikut mengamati isi kotak itu saat Tao mengeluarkan isinya yang seluruhnya adalah benda-benda sihir.

"Ini" Tao membuka sebuah kantong kain berwarna merah, mengambil sebuah koin berwarna coklat keemasan dan meletakkannya di telapak tangan Baekhyun. "Koin ini yang akan menpermudahmu bertemu mereka, anggap saja seperti akses masuk. Apa kau ingat Hotel la Petit  yang kau lihat di fotoku saat aku berlibur di Los Angeles?" Baekhyun spontan mengangguk.

"Kau menyuruhku ke sana?"

"Ya, setelah sampai di sana tunjukan koin ini pada resepsionis dan mereka akan tahu jika kau butuh bantuan"

"Hanya itu?"

"Yup, hanya itu. Kau percaya padaku atau tidak?"

"Aku percaya padamu Tao, sangat. Kalau begitu aku harus segera memesan tiket pesawat"

"Ingat jangan pernah menyebut namaku apapun yang mereka lakukan atau tawarkan"




..




"Jadi, bagaimana kau mengetahui tentang kami?" seorang pria yang duduk di balik meja kerja bertanya dengan senyum ramah di wajahnya. Baekhyun sibuk memperhatikan keseisi ruangan itu, kemudian menoleh saat mendengar suara pria tersbeut.

Melirik pada plakat kayu yang ada di atas meja, menjelaskan jika pria itu adalah direktur hotel dengan nama Kim Suho. Dan Baekhyun tidak mengerti kenapa pria itu menyebut 'kami' sementara yang berada di ruangan itu hanya ada mereka berdua.

"Dari seseorang. Bukankah selalu ada jalan jika kita sedang benar-benar butuh bantuan?" Baekhyun mengucapkannya dengan percaya diri, membalas senyum ramah pria itu. Suho mendengung, tampaknya tidak puas dengan jawaban Baekhyun.

"Bantuan seperti apa yang kau butuhkan, Tuan Byun?"

Ada sesuatu yang mengalir di suara halus Suho, seperti nyanyian merdu, tapi Baekhyun tidak bisa menunjukkan apa itu dan dia juga tidak mengerti mengapa dirinya merasakan hal seperti itu. Dia hanya perlu menceritakan masalahnya, sementara pria bernama Suho mendengarkan dengan tenang.

"Jadi kau ingin kami menghabisi mereka atau apa? Mengingat kau sedang berurusan dengan seluruh anggota perkumpulan saat ini, mereka bisa melakukan apa saja padamu dengan cara yang bahkan tidak ingin kau pahami"

Baekhyun menghela nafas pendek, dia putus asa saat ini. Tidak tahu apa yang harus dia lakukan, tapi apa yang dikatakan Kim Suho ada benarnya. Kelompok perkumpulan seperti itu terlalu berbahaya, bisa saja dirinya dijadikan korban pemujaan atau bahkan dibunuh lalu jasadnya dibuang begitu saja.

"Apa kau memiliki saran untukku? Jujur saja, aku tidak tahu harus berbuat apa, tapi pasti yang kuketahui jika mereka tidak akan membiarkan aku hidup tenang"

Kim Suho menganggukkan kepalanya pelan, seperti sedang berpikir, lalu tiba-tiba ia kembali bersuara. "Ulurkan tanganmu"

Baekhyun mengerutkan alis, namun meskipun begitu ia menjurkan tangan kanannya. Saat Kim Suho memegang tangannya, Baekhyun terkejut merasakan tangan pria itu yang cukup dingin. Sedikit rasa penasaran merayap ke otaknya, apa pria itu baik-baik saja?

Hal itu hanya berlangsung beberapa detik, Baekhyun mengusap tangannya berusaha mengenyahkan rasa dingin yang tertinggal, ketika Kim Suho menatap lurus ke arahnya dengan tatapan aneh dan tidak berkedip.

Laki-laki itu memang terlihat baik, wajahnya ramah, tapi Baekhyun merasa laki-laki itu juga aneh.

"Tentu kami bisa membantumu, tapi kau harus tahu apa yang kau ingin kami lakukan" ini bukan Kim Suho yang mengatakannya. Baekhyun nyaris terlonjak dari kursinya ketika mendengar suara berat yang sedikit serak itu tiba-tiba memenuhi keseisi ruangan.

Kedua matanya mencari ke seluruh ruangan sumber suara tersebut, hingga pandangannya jatuh di sudut ruangan, didekat sebuah lemari buku besar dan set sofa hitam-hitam berbahan kulit, area itu sedikit gelap dan Baekhyun melihat siluet seorang pria bertubuh tinggi.

Baekhyun melirik pada Kim Suho saat pria yang tidak jauh lebih tinggi darinya itu terlihat lebih rileks sembari menyandarkan punggung dan bukannya terkejut melihat adanya orang lain di ruangan yang seharusnya tidak bisa dimasuki oleh sembarang orang.

"Kau sudah mendengarnya Kris, kira-kira apa yang bisa kau sarankan untuk Tuan Byun?" Kim Suho menopang dagu saat pria bernama Kris itu berjalan perlahan keluar dari area yang minim cahaya.

Baekhyun berbohong pada dirinya sendiri jika saat ini ia merasa tidak takut. Laki-laki bernama Kris itu memiliki mata yang tajam, rambutnya yang hitam legam menonjolkan warna kulitnya yang agak pucat, kakinyanya yang panjang mampu membuatnya dalam sekejap berdiri di dekat meja.

"Sebelum kami memberi saran ada baiknya jika kami bertanya apa yang kau miliki sebagai jaminan" Kris berkata datar, tidak ada ekspresi yang tergambar di wajahnya. Hal itu membuat Baekhyun cemas, mempertanyakan kembali keputusannya datang ke tempat ini.

"Apa maksutmu?"

Kris berjalan memutari kursi dimana Baekhyun duduk, membuatnya mengikuti gerak-gerik pria itu.

"Anggap saja kita sedang bernegosiasi, kau membutuhkan bantuan kami dan kami akan membantumu. Tapi transaksi ini tidak bisa terlaksana jika kau tidak memberi jaminan" berhenti tepat di samping Kim Suho duduk, Kris memalingkan wajahnya pada pria itu. "Apa aku benar, Suho?"

Suho mengangguk sambil tersenyum, perlahan ia bangkit dari kursinya, berdiri tepat disamping saat Kris mengklaim kursi itu dengan aura yang luar biasa. Baekhyun bersumpah jika dirinya tidak salah melihat saat nama yang tertera di plakat kayu itu perlahan berubah menjadi nama Kris Wu dengan tinta hitam.

"Tentu jelas kau tahu jika apa yang bisa kami lakukan adalah sebuah pekerjaan yang besar, jadi kami meminta jaminan untuk itu. Sebagai tanda kau serius dengan kami dan tidak akan lari dari kesepakatan pembayaran" Suho menjelaskan.

"Jaminan apa yang kalian inginkan?"

"Sesuatu yang berharga" senyum tipis itu masih berada di wajahnya yang ramah.

"Contohnya?"

"Teman, saudara, keluarga atau kekasih"

Baekhyun mencengkram erat pegangan kursi yang didudukinya. Seharusnya ia sudah mengira-ngira tentang hal ini. Tao adalah seorang penyihir, sudah pasti jika dia banyak mengetahui makhluk lain yang bisa membantunya.

"Atau kau bisa membuat seseorang yang memberimu koin itu sebagai jaminan" Suho menambahi lagi.

"Bagaimana mungkin aku melakukannya?"

Kris yang sejak tadi hanya diam kembali mengeluarkan suaranya yang berat. "Bukankah itu cukup adil? Orang itu yang membantumu, seharusnya dia juga bertanggung jawab jika sesuatu terjadi padamu. Dia yang mengarahkanmu untuk kemari, bukan?"

Laki-laki itu benar, Baekhyun menyadari itu, tapi suara Tao terus terngiang di kepalanya seperti sahabatnya itu tahu apa yang akan terjadi. Jangan pernah menyebut namaku.

"Oh jangan khawatir" seperti bisa mengerti kekhawatiran Baekhyun, Suho mengatakannya dengan suara tenang dan meyakinkan. "Tidak akan terjadi apapun padanya, dia hanya sebagai jaminan. Jika tugas kami selesai dan kau melakukan pembayaran, dia akan dilepaskan"

Seperti adanya dorongan untuk membuatnya menatap mata Kris, Baekhyun menggigit bibir ragu.

"Well... "

"Kau bisa menyebutkan namanya"

Baekhyun bisa melihat amarah Tao di dalam kepalanya saat ia menutup mata, maafkan aku Tao.

"Tao, Huang Zi Tao"



..




Tao keluar dari kamar mandi hanya dengan handuk yang melingkari pinggang kecilnya, sembari bersenandung ia mengeringkan rambut dengan handuk kecil, lalu menuju ke dapur untuk mengambil segelas air. Baru saja ia meletakkan gelas tersebut ke rak cuci piring, nalurinya merasakan jika ada sesuatu yang mendekat dan entah apapun itu memiliki kekuatan yang cukup besar.

Bahkan dirinya belum memikirkan pertahanan apapun saat ketika sekelompok angin yang sangat besar mendorong tubuhnya hingga membuatnya jatuh terduduk di sofa ruang tamunya yang kecil dengan tubuh serasa seperti diikat, dia tidak bisa bergerak.

Terjadi sangat cepat hingga tak memberinya waktu untuk berpikir apa yang sedang terjadi. Saat Tao mengangkat wajah, kedua matanya melebar melihat sosok pria tinggi berambut hitam yang menatapnya dengan sepasang mata merah, berdiri di hadapannya.

Hanya untuk sesaat sebelum keterkejutan itu hilang, Tao memalingkan wajahnya menatap ke arah lain.

"Seharusnya aku tahu hal ini akan terjadi" Tao menggumam pelan pada dirinya sendiri.

Pria itu mendekat, Tao merasakan tubuhnya menegang, ketika tangan dingin pria itu meraih wajahnya dan mengangkat dagunya hingga mata mereka bertemu, Tao merasakan gemuruh hebat didadanya.

Sepasang mata berwarna merah itu tampak indah dengan warna keemasan dibagian pinggirnya, bersinar seperti mutiara. Tao merasakan amarah, rindu dan kekhawatiran, membuatnya menarik sudut bibir membentuk senyum canggung.

"Menyesal sudah memberikan koin  itu pada sahabatmu?" Kris bertanya.

"Sedikit. Setidaknya aku tahu kau yang akan datang bukannya Junmyeon"

"Kau ingat saat aku memberikan koin itu padamu?"

"...ya, tentu saja, bagaimana aku lupa, Kris"

Melepaskan wajah Tao, Kris mengambil satu langkah mundur dengan masih mengunci sosok Tao di matanya. Masih sama seperti terakhir kali mereka bertemu.

"Aku juga ingat bagaimana kau menipuku saat itu, Tao" seperti desisan yang terdengar. Tao menghela nafas pendek.

"Aku tidak menipumu, Kris. Jika kau lupaㅡ"

"Kau menghilang tanpa jejak! Kau mempermainkan aku dan pergi begitu saja!"

Tao terkejut, sungguh. Meski sudah kesekian kalinya ia mendengar suara Kris yang menggelegar saat pria itu marah, tetap saja dia belum terbiasa. Sepasang mata merah itu berpendar dan Tao tahu dirinya tidak bisa menghindar kali ini.

"Kau masih berani memberi koin itu pada Baekhyun dan mengundangku kemari, agar kau bisa menipuku lagi?"

"Aku tidak menipumu, oke? Kau yang saat itu memutuskan semuanya sendiri sebelum aku memintamu membantuku. Dan ya, aku pergi meninggalkanmu. Kau tahu karena apa? Karena aku mengacaukan semuanya! Hubunganmu dengan kaummu, hidupku, semuanya berantakan!"

Tao berakhir mengungkapkan isi hatinya selama ini. Kris seharusnya tidak perlu mengetahui hal itu, ia hanya ingin dark elf yang ia cintai itu tidak mendapatkan dampak atas perbuatannya. Bagaimana dia dengan bodohnya kabur ke dunia mereka saat para penyihir diburu untuk dibunuh, bertemu dengan Kris saat dirinya terluka parah dan ia kehilangan semuanya. Keluarganya, teman-temannya dan tanah kelahirannya.

"Hal itu tidak mengubah kenyataan kau pergi meninggalkanku, Tao" ujar Kris terdengar lebih tenang kali ini. Tao mengangguk. "Kau juga tidak terganggu untuk memberitahuku"

"Karena kau adalah pemimpin mereka, Kris. Kaum dark elf tidak akan senang jika pemimpin mereka lebih memilih seorang penyihir asing daripada kaum mereka sendiri"

Semua yang Tao ucapkan seperti tak memiliki efek sedikitpun pada Kris. Laki-laki itu lebih memilih memperhatikan ke seluruh ruangan, seperti menilai tempat tinggal Tao, kemudian ia berjalan mengitari ruangan.

"Kau tidak bisa melepaskan diri karena kau tidak menggunakan sihirmu lagi, benar?" langkahnya terhenti di depan sebuah rak buku, Kris hanya mengamati buku-buku yang berjajar sebelelum ia menoleh pada Tao.

Oh, ini dia. Tao merasa hukumannya akan segera datang. Ia sangat mengenali nada suara itu dan dirinya jika Kris sangat menikmatinya.

"You better not think of doing something to me"

Kris berjalan mendekat. "Why not? This is my chance"

"Kau akan benar-benar membalasku disaat aku tidak bisa melakukan apapun? Kau pikir itu adil?" Tao mengernyit.

"Dan kau pikir perbuatanmu padaku adil?"

Erangan kesal meluncur dari belah bibir merah muda Tao. Dia benci berada diposisi tidak berdaya seperti ini. Kris benar, perbuatannya memang sangat tidak adil tehadap laki-laki itu.

"Akan kupastikan kau tidak akan menipuku lagi dan pergi tanpa jejak untuk yang kedua kalinya" Kris tersenyum tipis. Atau lebih tepatnya menyeringai dan Tao mengetahui maksut seringai itu.

"Apa yang akan kau lakukan? Kris! Hey!" Tao berkata panik saat tubuhnya diangkat dengan mudah oleh Kris dan laki-laki itu seperti tidak mendengar suara teriakannya. "Turunkan aku! Kau tidak bisa melakukannya, Kris!"

"Kenapa tidak?"

"Tidak, tidak! Tidak sekarang, kumohon Kris. Kau tahu akuㅡ"

"Kau sedang dalam masa subur, karena itu aku akan melakukannya sekarang. Dan akan kupastikan benihku tertanam di dalam tubuhmu sebanyak mungkin, jika perlu aku akan mengikatmu dan aku tidak akan berhenti sebelum kau mengandung anakku, yang artinya kau tidak akan pernah menipuku lagi kali ini. Tidak akan pernah"

"Kris!"

Pintu kamar Tao tertutup dengan suara yang sangat keras, kemudian terdengar teriakan sang penyihir saat Kris benar-benar serius dengan ucapannya. Setidaknya Tao tidakan akan turun dari tempat tidur selama beberapa hari.







----

a/n: Tao disini warlock dan dia male carrier, di fanfic ini penyihir dianggap berbahaya dan berada urutan pertama rantai makanan karena mereka bisa ngelakuin apa aja. Apalagi Tao male carrier yang dianggap lebih berbahaya karena bisa memiliki keturunan dan anaknya antara menjadi penyihir atau gabungan antara penyihir dan makhluk lainnya.


Continue Reading

You'll Also Like

291K 22.5K 103
"Jadi, saya jatuh dan cinta sendirian ya?" Disclaimer! Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya di dunia nyata, tolong bijak dalam membaca dan berkomentar...
1.3K 163 4
keluarga mafia Potter yang terkenal di temukan tewas secara sadis dalam satu malam. dan anaknya Harry James Potter beruntung masih hidup dalam pem...
130K 10.5K 15
// SasuNaru // ShisuiIta Tanggal mulai: 30 Agustus 2020 Kisah kehidupan rumah tangga Sasuke dan Naruto, yang memiliki anak Menma. Tentang romantis...
1M 83.1K 29
Mark dan Jeno kakak beradik yang baru saja berusia 8 dan 7 tahun yang hidup di panti asuhan sejak kecil. Di usia yang masih kecil itu mereka berdua m...