Dosen Kampus

By arsipanika

19.1M 1.3M 129K

PROSES REVISIAN YA! 23/03/20 cover by : canva More

01 || Wedding day
02 || Perkenalan
03 || Balas dendam
04 || Izin
05 || Hak
06 || New house
07 || Introgasi
08 || Penelitian
09 || Sakit
10 || apa ya?
11 || Anak siapa?
12 || Night
13 || Keputusan
14 || Masalalu kelam
15 || Terbongkar
16 || Cemburu
17 || Kantor
18 || Alergi
19 || Kampus
20 || Obrolan siang
21 || Arkan
22 || Ungkapan hati
23 || Halusinasi
24 || Tertangkap basah
25 || Penasaran
26 || Bully
27 || Nama panggilan
28 || Mencari infromasi
29 || Sifat yang sebenarnya
30 || Let's start this game
31 || Flashback
32 || Dimulai
33 || Sandiwara
34 || Sedikit lagi
35 || Terluka
36 || Menyerah?
37 || Perjuangan
38 || Selesai
39 || Reynald
40 || Mask
41 || Viola
42 || Permintaan
43 || Viola II
44 || Berakhir?
45 || Rumah sakit
46 || Membaik
47 || Tragedi kampus
48 || Rese
49 || Unfaedah
50 || Pasar malam
51 || Perkara lain
52 || Menyebalkan
53 || Aktivitas
54 || Skripsi
55 || Takdir
57 || Drama Rumah Tangga
58 || Viola kambali
59 || Mahasiswa
60 || Manja
61 || Sidang
62 || Bang Gilang
63 || Wisuda
64 || Perjanjian
65 || Honeymoon
66 || Bertemu

56 || Menyerah

217K 20.2K 3.7K
By arsipanika

"Ini gimana sih? Pusing aku." Gue meletakkan skripsi itu.

Berhubung katanya pak Arkan punya banyak waktu jadi gue sama pak Arkan sekarang sedang bimbingan. Tapi, yang jadi masalahnya adalah kenapa ini susah banget?

Rasanya gue mau nangis kejer-kejer karena sangking susahnya. Belum lagi beberapa yang harus direvisi. Perasaan gue liat orang lain mudah-mudah aja buat ngerjain skripsi, malahan Reynald bentar lagi sidang skripsi.

Jangan bilang gue doang yang belum selesai skripsian!

Pak Arkan mengembuskan nafas pelan, "Keluarin semua kemampuanmu Ley."

"Udah!" Gue berdecak, "tapi tetap aja revisian mulu!"

"Iya deh iya." Pak Arkan menggeleng pelan. Cowok itu masih setia menatap gue dari depan.

Gue menggangkatkan sebelah alis heran, "Kenapa?"

"Cepetan lulus." Ujar pak Arkan.

Gue membuang nafas jengah. Gampang banget dia ngomong gitu. Giliran disuruh buat ngebantuin gue revisi aja enggak mau. "Makannya bantuin."

"Aku bukan enggak mau bantuin," Pak Arkan menjelaskan, "Cuma bersikap profesional aja."

"Kamu mau punya anak berapa dari aku?" Ujar gue bingung. Penasaran aja.

"Prosesnya aja dulu." Pak Arkan mengedipkan sebelah matanya.

Gue melotot.

Melihat sekeliling takut ada yang liat. Sekarang gue sama pak Arkan lagi ada di kantin universitas, agak jauh sih dari kelas gue.

"Itu mulut!" Gue membolakan mata. Niatnya agar pak Arkan takut. Halah namanya juga pak Arkan. Digituin bukanya takut malah ketawa kecil.

"Lucu banget sih kamu."

"Berisik." Gue melemparkan pelan tisu kearahnya, "Nasib skripsi aku gimana?"

"Ya kamu revisi Ley," ucap pak Arkan seraya mengambil minuman gue, "Masih ada beberapa yang harus kamu benerin."

"Aku tunda aja ya wisudanya jadi tahun depan?" Gue bertanya jail.

Uhuk ...

Lebay.

Pak Arkan menyemburkan minumanya kelantai. Gue meringis. Dia menatap gue tajam. "Kamu mau nyuruh aku puasa lagi selama satu tahun?"

"Hehe ... becanda." Gue nyengir.

Pak Arkan mendengus.

"WOY LEY!"

Sepontan gue sama pak Arkan mengalihkan pandangan menjadi kearah sumber suara.

Gue menelan ludah susah payah.

Bella, Killa, Keyla, Reynald, Bisma dan Viko berjalan kearah kami.

Mata gue udah ngode buat pak Arkan pergi dari sini. Emang udah dasarnya pak Arkan nyebelin. Dia malah melanjutkan makannya tanpa memperdulikan tatapan mengusir dari gue.

"Pergi." Bisik gue.

"Gak mau." Pak Arkan menggeleng.

Tangan gue mengepal kuat. Ngeselin banget!

"Pergi ya-"

"Kaley! Gue cariin lo kemana-mana. Eh, taunya disini sama pak Arkan." Bisma duduk dikursi kosong.

"Iya lo!" Bella menyaut.

"Hallo pak!" Semua teman gue menyapa pak Arkan.

Pak Arkan mendongak dan mengangguk, "Hai."

"Bapak lagi bimbingan ya sama Kaley?" Viko bertanya ramah. Dia duduk disebelah gue.

Mepet banget lagi.

Bukanya menjawab pak Arkan malah memperhatikan Viko dengan sorot tidak bersahabat.

"Nald, ngapain lo kok duduk disana?" Bisma mengerutkan dahinya. Soalnya gue sama Reynald kalau duduk dimana pun selalu berdampingan. "Enggak duduk disebelah Kaley? Biasanya juga lo gitu kan?"

Gue menutupi muka dengan telapak tangan.

Bisma sialan.

"Hehe ... E-enggak deh makasih," Reynald terkekeh aneh, "Gue duduk disebelah Keyla aja."

"Cari aman." Lanjutnya pelan.

"Kalian enggak bimbingan juga?" Pak Arkan bertanya pada mereka tapi matanya sesekali melirik gue.

"Udah kok pak, baru aja selesai." Bella menjawab santun.

Pak Arkan kembali mengangguk.

"Oh ya Ley," Bisma mengingat sesuatu. Mungkin ada yang mau ditanyakan. Semoga aja enggak yang aneh-aneh. "Tadi kan gue ke fakultas hukum. Terus, enggak sengaja ketemu sama Alvaro. Dia minta nomor ponsel lo."

"T-terus?" Gue menjawab gugup.

"Terus gue kasih!" Bisma menjawab dengan semangat, "Katanya lo cantik dan baik."

Goblok!

Ayo hujat Bisma!

Pak Arkan semakin sinis melirik gue.

"Kok lo kasih sih?" Gue menatap Bisma memalas.

"Lo kan jomblo," Cowok itu tersenyum, "Siapa tau kan dia jodoh lo kan?"

"Saya permisi dulu." Pak Arkan bangkit dari kursi.

Gue menggigit bibir bawah frustasi.

Marah lagi kan tuh anak.

"Bisma." Desis gue.

"Ya?"

"Gue tonjok juga lo!" Gue mengebrak meja lalu pergi menyusul pak Arkan.

"Lah?" Bisma cengo.

***

"Pak tunggu!" Teriak gue dari belakang.

Pak Arkan terus melangkahkan kakinya.

"Pak Arkan!" Gue lari dong dari belakang.

Pak Arkan berbelok arah, masuk ke area parkiran. Gila tuh dosen mau kemana?

Bodo lah gue jadi tontonan para mahasiswa sebenarnya agak malu juga sih.

"M-mas," Gue mencoba berbicara susah payah karena paru-paru gue masih butuh oksigen.

Pak Arkan diam dia tidak menyalakan mobilnya tapi memilih untuk memainkan ponselnya.

"Mas." Ujar gue pelan.

Enggak berhasil juga. Pak Arkan masih mainin ponselnya.

"Jangan marah dong." Gue memiringkan badan, "Kan Bisma yang kasih nomor ponsel aku, bukan Aku."

Tidak ada sahutan

"Ayolah jangan marah ..." Gue mengerucutkan bibir.

Pak Arkan meletakkan ponselnya. Lalu mengambil kunci mobil dan melajukannya.

Gue mendengus, "Mau kemana?"

"Beli kartu baru buat ganti nomor ponsel kamu." Ujar pak Arkan.

Gue tercengang, "Ganti?"

"Gak mau?" Pak Arkan melirik gue sekilas, "Mau chatingan sama dia?"

"Bukan gitu." Gue menggeleng, "Kan nomar ponsel aku banyak nomor teman-teman aku."

"Terserah. Pokoknya ganti."

"Kalau udah ganti enggak marah lagi?" Tanya gue.

Pak Arkan mengangkatkan bahu acuh.

***

Setelah membeli kartu baru. Gue sama pak Arkan masuk ke dalam mobil.

"Ponsel kamu?" Pak Arkan mengulurkan tangannya.

Gue mengeluarkan ponsel dari tas lalu memberikannya. "Nih."

Pak Arkan mengambilnya. Dia mulai mengganti kartu. Beberapa saat dia kembali menyerahkannya.

Gue membuka kontak. Sedetik kemudian menggeleng takjub. Disana cuma ada nomor dia sama keluarga gue.

"Udah kan?" Ucap gue sedikit sarkas.

Ngeselin juga.

"Belum."

"Apa lagi?" Gue menatap pak Arkan lama.

"Kenapa kamu gak bilang sama teman kamu kalau aku ini suami kamu?" Pak Arkan berbalik bertanya.

"Kan aku udah pernah bahas masalah ini sama kamu." Ujar gue, "Aku enggak mau pernikahan kita berantakan cuma gara-gara orang luar."

"Tapi yang tadi sahabat kamu kan?"

"Iya." Gue mengangguk, "Meraka emang sahabat aku. Cuma aku baru kenal meraka saat masuk kuliah aja kalau aku bocorin masalah pribadi aku, aku belum siap."

Pak Arkan menghela nafas, "Terus yang datang waktu dipernikhan kita siapa? Katanya sahabat kamu."

"Siapa? Stella sama Virly?"

"Gak tau."

"Yang datang dipernikhan aku cuma sahabat kecil aku aja."

"Kenapa?"

"Bimbingannya lanjut dirumah aja ya?" Gue mengalihkan pembahasan.

"Yaudah." Pak Arkan mengangguk.

***

Sesampainya dirumah. Gue merebahkan diri diatas ranjang. Pak Arkan ikut berbaring disebelah gue.

Gue memiringkan tubuh. Memeperhatikan setiap inci wajah pak Arkan yang sedang memejamkan matanya.

Sial! Pikiran gue dipenuhi oleh skripsi, skripsi dan skripsi.

"Mas?" Panggil gue.

"Hm?" Pak Arkan bergumam tapi tidak membuka mata.

"Aku akan kasih hak ini sama kamu. Asal kamu bantu aku selesaiin skripsi."

***

Continue Reading

You'll Also Like

2.6K 244 40
Bagi Malik, Malika adalah kado terindah yang di berikan Tuhan kepadanya. Sedangkan bagi Malika, Malik adalah tembok besar pelindung baginya. Suatu k...
58.5K 3.5K 27
Kehidupan Alesa memang bisa dikatakan berbeda dengan gadis pada umumnya, memiliki kemampuan yang tak dimiliki oleh orang lain. Bisa melihat keberadaa...
585K 31.7K 48
Dilamar karena saling mencintai ✖ Dilamar karena mendoakan saat bersin✔ ** Najla tidak pernah mengira kalau mendoakan seorang Adam Rayyan Rizqullah k...
2.3M 8.2K 4
Lunna Kei Toma H, perempuan muda keturunan Jepang-Belanda terpaksa harus menikah dengan pria yang orangtuanya sudah siapkan. Eh tapi, calon suaminya...