Pengantin Ge-Moi

By frisca_marth

11.4K 1.7K 661

"Kak Geee...! Pasta Gigi udah abis!" "Kak Geee...! Angkatin galon, dong!" "Kak Geee...! Beliin kinderjoy...."... More

BAB 2
BAB 3
BAB 4
BAB 5

BAB 1

3.3K 416 118
By frisca_marth

"Kak Ge!"

Sebuah suara cempreng mengagetkan Ge, berikut tepukan keras di pundaknya. Genta Maheswara, lelaki yang bersandar di pintu mobil itu lantas menoleh. Wajahnya seketika mengeras, begitu mendapati Moi dengan cengiran lebarnya.

"Kamu itu kenapa, sih, mesti dijemput terus? Naik ojol nggak bisa, apa?" Sembari bergerak ke dalam mobil, Ge mulai mengomel. Ia kesal, sebab Moi selalu saja minta dijemput pulang. Padahal, zaman semakin canggih. Hanya bermodal memencet ponsel, ting! Sudah sampai di rumah.

Moi mengenakan seatbelt, cengirannya tak kunjung hilang. Gadis berbando merah dengan motif kotak itu justru suka menyaksikan wajah cemberut suaminya.

"Ntar, kalo aku naik ojol, driver-nya naksir aku gimana coba? Terus nomer WA aku diminta. Terus, kita chatting-an. Terus, aku dilamar sekali lagi. Terus—"

"Terus aja halu!" ketus Ge. "Kayak ada aja yang mau sama kamu. Udah makannya sekebon, gak bisa ngapa-ngapain, manjanya nggak ketolongan. Kalo ada yang mau ngambil kamu, aku bayar sekalian!"

"Ish, Kak Genta! Suami macem apa sih, suka ngga pake akhlak kalo ngomong. Heran." Moi meniup poni yang menutupi pelipis, lantas membuang pandangan ke luar jendela. Didorong rasa kesal, ia kembali berkata, "Biar begini, di kampus banyak tau yang naksir sama aku! Kalau dijejerin, tribun GBK juga nggak bakal cukup!"

Kalau kata Moi, Ge itu manusia anti filter. Bicaranya asal jeplak, tak kenal saringan. Meski begitu, Moi tidak pernah mengambil hati untuk semua ucapan Ge. Justru, Moi suka membalas semua perkataannya. Sampai akhirnya Ge memilih diam, lelah sendiri.

Terbukti, Ge tidak lagi menyahuti ucapan Moi. Mungkin dia mengerti, istrinya mengidap halu tingkat tinggi.

🌺🌺🌺

Moi berlari riang memasuki gedung kantor Ge. Gadis itu bersikukuh tidak mau pulang, katanya kesepian jika berada di rumah seorang diri. Meski berat hati, Ge menyanggupi. Enggan rasanya berdebat lama-lama dengan Moi.

"Good afternoon, everyone!"

Moi mulai berisik lagi. Dia menyapa seisi kantor dengan ramah, membuat keempat cowok yang ada di sana seketika menoleh padanya. Serempak, mereka membalas sapaan Moi dengan tersenyum. Di belakang gadis itu, Ge hanya mampu menggaruk tengkuk yang tidak gatal. Ia lantas berjalan mendahului Moi.

"Kak Reki! Udah makan siang, belum?" sapa Moi, pada lelaki berambut cepak yang berjarak paling dekat dengannya.

"Udah, dong. Moi udah makan belum?"

"Belum. Kak Ge pelit, nggak beliin makanan." Moi pura-pura berbisik, tetapi sengaja mengeraskan suaranya. Sontak, keempat cowok itu tertawa.

"Parah lu, Ge! Istri sendiri dibiarin kelaperan!" Bima yang duduk di dekat jendela menyeletuk.

"Tau. Nggak dikasih jatah lho, ntar malem!" Aris menimpali. Cowok berkaus putih itu mengedipkan mata pada Moi, membuat gadis itu terkekeh geli. Dari mereka semua, hanya Dasta yang terlihat tenang. Dibalik komputernya, cowok kalem itu hanya tersenyum-senyum saja.

Keempat cowok tersebut adalah lulusan sarjana arsitektur, sama seperti Ge. Bahkan, mereka semua berteman baik sejak masa kuliah. Begitu menamatkan gelar sarjana pada lima tahun lalu, Ge membangun Biro Konsultan Arsitektur Maheswara, dan ia mengajak keempat cowok itu bekerja sama. Bima sebagai spesialis desain interior, Dasta di bidang struktur, Aris menangani mekanikal-elektrikal, sedangkan Reki berperan sebagai drafter. Bersama-sama, mereka mengerjakan berbagai proyek pembangunan semacam perumahan, hotel, maupun gedung perkantoran berskala kecil.

"Kak Dasta mau ke mana?" tanya Moi, saat melihat Dasta bangkit dari kursi. Cowok itu meraih dompet dan ponsel di atas meja, berikut kunci motornya.

"Makan. Mau ikut?"

"Mau, dong! Laper!" Moi menyahut senang. Namun, sebelum ia berhasil mengekori Dasta, Ge sudah melempar tiga bungkus roti pada meja di depannya.

"Tuh, ganjel dulu. Aku kelarin kerjaan bentar, urgent. Dua puluh menit lagi kita keluar."

Moi mengerucutkan bibir. Cacing di perutnya benar-benar sudah demo. Namun, dia tidak mungkin melawan perintah Ge. Menyaksikan hal tersebut, Dasta hanya tertawa dan melanjutkan langkah.

🌺🌺🌺

Moi berjalan keluar dari kamar mandi dengan handuk putih melilit di kepala. Tubuh mungilnya dibalut piama hijau motif keropi, aroma mawar seketika menguar begitu ia menghampiri Ge. Pada meja belajar di samping tempat tidur, cowok itu terlihat menggambar pola bangunan di atas kertas.

Moi mengetuk pundak Ge dengan telunjuk. "Kak Ge."

"Hm."

"Laper."

Ge memejamkan mata, mencoba menahan kesal. Padahal, sebelum pulang dari kantor, mereka sudah menyempatkan makan. Dan itu sudah jam 4 sore. Sekarang masih jam 7, tetapi Moi sudah mengeluh lapar.

"Yang kamu makan tadi, ke mana perginya, sih?" Ge mendongak, menatap Moi tidak habis pikir.

"Ya ke WC lah, masa balik ke restoran. Emang bisa gitu, dia naik ojol sendiri?" Moi menjawab seenaknya.

Ge menggeram rendah. Jemarinya mengepal, menahan diri untuk menjitak Moi.

"Masak mie instan gih," katanya kemudian.

"Nggak bisa, Kak. Ntar lambungnya melilit."

"Melilit gimana?"

"Kan mie instan panjang-panjang."

Ge membuang napas keras, kesabarannya benar-benar diuji. Dia tahu, Moi tidak sepolos itu. Moi hanya senang mencari gara-gara dengannya. Yah, meski pada dasarnya, gadis bernama lengkap Moiza Relia itu memang manja.

"Udah deh, kamu ke dapur sana! Bikin nasi goreng kek, apa kek. Masa gitu doang mesti diajarin!" omel Ge, kekesalannya sungguh di ambang batas. Di depannya, Moi memasang wajah cemberut.

Ponsel Ge berdering tiba-tiba, pertanda sebuah panggilan masuk. Mengabaikan Moi, Ge meraih benda itu dan menatap layarnya. Seketika, wajahnya mengetat membaca nama yang tertera di sana. Denis. Sepupu yang paling dibencinya. Meski begitu enggan, Ge tetap menjawab panggilan tersebut.

"Mau apa lagi lo?" tanya Ge, to the point. Menyaksikan kemarahan di wajah lelaki itu, Moi mundur, selangkah demi selangkah. Ia memutuskan untuk segera ke dapur.

"Whoa, santai, Bro. Marah-marah mulu. Ntar cepet keriputan, lho." Suara di seberang terdengar menyahut.

"Nggak usah banyak bacot. Gue tau, lo pasti mau nyusahin doang."

Di seberang, Denis tergelak. "Ge, pinjem duit," katanya.

Ge mendecih, tebakannya benar. "Nggak ada. Kalo mau duit, kerja. Gue udah ngambil tanggung jawab lo ya, nikahin cewe bego itu. Jangan lagi lo nambah-nambahin beban gue."

"Apa salahnya, sih Ge? Dia cantik, kan? Bukannya bersyukur lo gue kasih cewek. Emang lo mau, jadi perjaka tua?

"Tutup mulut lo, atau gue tutup telponnya."

"Eyyy ... sabar dong, Bro. Ayolah, bantu gue. Duit gue udah abis nih. Lo tau sendiri, kalo minta sama Opa bakal gimana akhirnya."

"Siapa suruh lo lari dari tanggung jawab? Tanggung juga resiko lo sendiri. Gue nggak mau tau!"

Usai mengucapkan kalimat tersebut, Ge mematikan ponsel. Emosi benar-benar memuncaki kepalanya. Karena Denis, dia terjebak dalam pernikahan yang tak pernah dia inginkan. Karena Denis, Ge kehilangan masa-masa tenang dalam hidupnya. Dan karena Denis pula, Ge harus melupakan sosok yang sangat ia cintai. Dan justru menikahi Moi, gadis aneh yang selalu membuat kepalanya pusing tujuh keliling. Tinggal bersama cewek itu, Ge seperti hidup dalam neraka.

"Kak Ge."

Tiba-tiba Moi muncul lagi, kepalanya melongok di ambang pintu. Ge menghela napas panjang. Cobaan kembali datang.

"Apa lagi, sih?" ketus Ge.

Moi mengetuk-ngetukkan jari pada daun pintu. Dengan nada hati-hati, ia bertanya, "Kalo mau masak telur dadar ... bawangnya dicincang, atau diiris?"

Ge meneguk ludah. Rasanya, dia ingin berlari ke jalan raya dan menabrakkan diri di sana.

🌺🌺🌺

Maafkan aku yang menulis kisah baru, padahal hutang cerita masih banyak😭
Dari kemarin, duo Ge-Moi ini nggak mau pergi dari kepalaku, minta dieksekusi terus.

Beritahu aku kalau kalian suka, jadi aku akan posting bab 2 segera. ehey.

Untuk yang nungguin Carlos, kita ketemu nanti malam ya!

Continue Reading

You'll Also Like

6.9M 47.1K 59
harap bijak dalam membaca, yang masih bocil harap menjauh. Kalau masih nekat baca dosa ditanggung sendiri. satu judul cerita Mimin usahakan paling b...
479K 37.7K 17
[SEBAGIAN DI PRIVATE, FOLLOW AUTHOR DULU BARU BACA] Dilarang ada hubungan antara senior dan peserta OSPEK, Galen, sebagai Ketua Komisi Disiplin terpa...
8.7M 108K 44
(⚠️🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞⚠️) [MASIH ON GOING] [HATI-HATI MEMILIH BACAAN] [FOLLOW SEBELUM MEMBACA] •••• punya banyak uang, tapi terlahir dengan satu kecac...
1.4M 123K 43
Lily, itu nama akrabnya. Lily Orelia Kenzie adalah seorang fashion designer muda yang sukses di negaranya. Hasil karyanya bahkan sudah menjadi langga...