Apart to come | Jaeyong [✓]

By shnaxxya

687K 123K 35.3K

[ DIBUKUKAN - PART LENGKAP ] "Si apatis Jaehyun, yang bertemu dengan bocah lelaki menggemaskan yang ia tak ta... More

Boy from nowhere
01 : Castel Lee
02 : Brotherhood
03 : Apathetic boy
04 : Si licik
05 : He's different
06 : Matter of time
07 : Opia
08 : How beautiful he's
09 : Bastard Jung!
10 : Its ok, im here
11 : Jaehyun, hidungku!
12 : Lee, kau cantik
13 : Fros dan Anne
14 : Thank you
15 : Rival?
16 : Khawatir
17 : Jaehyun aku takut
18 : Ellipsism
19 : Do you remember?
20 : Bilik pengakuan dosa
21 : Aku masih abu
22 : Taeyong sakit
23 : Bitterlife
24 : I got you, Hyung!
25 : Jangan sok tau
26 : Aku mencintaimu, Lee Taeyong
27 : Beri aku reward!
28 : Kecupan senja
30 : LEE TAEYONG!!!
31 : Change color hair
32 : Jaehyun fighting
33 : Something wrong..
34 : The truth (1/2)
35 : The truth ( 2/2)
36 : Master?
38 : Kejutan untuk si penyihir
39 : Sirius di matamu
40 - End - Mimpi yang nyata
OPEN PRE-ORDER

37 : How to apologize

12.1K 2.2K 247
By shnaxxya


-----

Sinar matahari perlahan mulai merembak masuk melalui jendela balkon kamar Taeyong yang dibiarkan terbuka semalaman.

Suara gesekan dedaunan di hutan, dan kicauan burung liar di pagi hari, perlahan membuat sang tuan putri mungil itu terbangun, menggerakkan kelopaknya perlahan yang tadinya tenang terpejam. Tubuh kurus tanpa pakaian yang terlilit oleh selimut tebal itu menggeliat pelan, meregangkan tubuhnya dengan suara pekikan tertahan.

Tersadar dari dunia mimpi, mata serupa boneka itu terbuka kemudian. Rautnya masih kosong, namun begitu mengingat kejadian-kemarin malam, senyum Taeyong seketika mengembang.

Jaehyun kemarin malam seperti Alberto ketika musim kawin.

Menyadari kalau tubuhnya masih polos tak tertutup benang pakaian sedikitpun, Taeyong kemudian mendudukkan diri.

Jaehyun kemana?

Huft, padahal kan Taeyong mengidam-idamkan Jaehyun yang memeluknya di pagi hari. Bukan malah meninggalkan Taeyong telanjang di kamarnya sendirian seperti ini. Apa ini, tidak romantis sama sekali.

Kaki Taeyong menapak lantai, ia merunduk dengan tubuh yang terbungkus selimut tebal, memungut piama yang tercecer tak karuan di bawah. Setiap pagi, Taeyong selalu merasa haus, maka ia akan pergi ke dapur setelah ini.

"Kemana celana dalamku," monolog Taeyong yang tak menemui benda sakral miliknya.

Memakai piyama kebesaran itu dengan asal-dua kancing teratasnya terbuka-juga celana pendek sepaha menampilkan kaki Taeyong yang mulus tanpa cacat, si mungil terlihat segar bahkan walaupun seluruh tubuhnya belum tersentuh air.

Si mungil dengan surai berwarna putih itu kemudian membuka pintu kamar, berjalan pelan dengan mata yang masih belum sepenuhnya fokus.

Aneh, biasanya Taeyong sudah mendengar suara keributan di dapur pada pagi hari seperti ini, tapi sekarang? Bahkan kastilnya sangat sepi.

Menepis pikiran tak masuk akal, si mungil menuruni anak tangga pelan, dengan manik yang mengedar ke seluruh penjuru lantai dasar. Tak ada orang atau apapun itu. Jennie, Mark, Hanbin, dan yang paling Taeyong cari kehadirannya sejak tadi, Jaehyun.

"Jennie nuna?" Taeyong melirik di setiap sudut ruangan, mencari keberadaan perempuan itu.

"Mark?" Nama bocah itu disebut Taeyong, namun sang pemilik nama tak menyahut.

"Hanbin hyung?" Tak ada sautan suara pantun.

Taeyong kemudian melangkahkan kakinya ke ruangan belakang, ke dapur tepatnya. Ia berdiri di ambang pintu, menengok ke sana kemari menyusuri ruangan dapur yang ternyata tak ada siapapun di sana.

"Kemana semua orang ini," Taeyong menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Jaehyun juga kemana, tega sekali meninggalkanku di kamar dalam kondisi bugil." Taeyong berjalan tak acuh mengarah ke kulkas, mengambil botol berisi air dingin, "setidaknya pakaikan baju padaku. Dia sudah menembak cairannya berkali-kali ke lubangku, inikah balasan Jaehyun padaku?"

Taeyong menjeda omelannya untuk meneguk air itu cepat, menepis rasa dahaganya di pagi hari.

"Dasar pacar tidak tau diuntung. Jika dia butuh saja dia akan bersikap seperti romeo. Tapi jika sudah tidak membutuhkanku? Memangnya aku ikan pindang apa, pakaikan baju untukku!" Taeyong menggembungkan pipi sebal.

"Awas saja ya Jaehyun, aku akan memberi garis polisi di sekitar pantatku agar kau tidak boleh memasuki area itu lagi!" Teriak Taeyong menggema ke seluruh ruangan.

Hidung si mungil mengendus aroma yang keluar dari tubuhnya sendiri, "tubuhku bau flatnya Jaehyun, tengik."

Merasa kalau kegiatannya semalam membuahkan bau tidak sedap pada tubuhnya sendiri, Taeyong berinisiatif untuk mandi. Dirinya juga lengket karena keringat yang mengering, dan Taeyong sangat tidak menyukainya.

Dug!

"Omg! Kaget!"

"Taeyong hyung.."

Jantung Taeyong terpacu cepat, bibirnya membulat membentuk huruf o, menyadari saat ia menutup pintu kulkas keras-keras, ada sosok pemuda yang berdiri di belakang pintu tersebut membuat Taeyong terkejut.

"Nana?"

Pemuda itu, Jaemin. Dia tersenyum tipis pada yang lebih tua melihat ekspresi kaget Taeyong yang baginya adalah sebuah hiburan kecil, tentu saja-karena itu adalah hal menggemaskan. Ingatkan saja Jaemin supaya tidak berubah menjadi pihak dominan hanya karena Lee Taeyong.

"N-n-nana untuk apa kesini pagi-pagi?" Bola mata Taeyong bergerak gelisah.

Seperti orang yang salah tingkah tanpa sebqb, Jaemin terlihat gugup di hadapan Taeyong. Mungkin ini karena kejadian di rumah abu kemarin, dimana ia ditinggalkan oleh Taeyong tanpa sepatah kata pun setelah ia menjelaskan panjang lebar siapa ia sebenarnya.

Ya, Jaemin tau kalau tak semua orang mau menerima kesalahan dengan alasan apapun. Memaafkan itu sulit, walaupun bibir mengatakan iya, tapi memori menyakitkan yang pernah orang itu buat tak akan hilang hanya karena kata maaf.

"Hyung, aku.." Jaemin melirik ke arah lain, dimana ia melihat ke arah pintu seolah menunggu seorang keluar dari sana.

"Ada apa Na?"

Jaemin kemudian mengambil nafas panjang, "hyung.. aku minta maaf. Atas nama mendiang ayahku, aku meminta maaf."

"Kenapa kau yang meminta maaf?"

"Karena.. aku.. hyung, aku tau kau mungkin tidak akan memaafkanku setelah ini tapi, setidaknya kau bisa menerima permintaan maafku, aku benar-benar menyesal. Aku tidak mengakui ini sejak awal, a-a-aku...terlalu takut."

Kepala Jaemin menunduk dalam.

"Nana, aku tidak pernah marah kok ke Nana. Aku bukan orang sinting,"

"H-hyung..."

Taeyong menghela nafas kemudian memaksakan senyum di bibirnya walau hatinya masih sedikit sakit mengingat kalau bocah dihadapannya adalah anak dari pembunuh orang tua Taeyong.

"Aku memang sempat punya pemikiran untuk membunuh Nana,"

Jaemin seketika meneguk ludah dengan kelopaknya yang membelalak. Taeyong berbicara seperti itu dengan wajah tanpa dosa, membuatnya ngeri.

"Tapi setelah aku berpikir dua kali, aku merasa kalau aku tidak harus membalas keburukan dengan keburukan. Iya alasanku klasik, tapi aku tidak ingin derajatku terlihat rendah hanya karena rasa kehilanganku, aku sayang orang tuaku, tapi aku juga sayang dengan diriku sendiri. Mereka sudah berbahagia disana, jadi aku tak perlu repot-repot menghancurkan diriku sendiri yang masih hidup di dunia."

"J-jadi hyung?"

"Iya, aku memaafkan ayah Nana, walau itu terdengar sangat berat. Lagipula ayah Nana juga sudah meninggal, untuk apa juga aku dendam, ya kan? Setimpal sudah."

"Hyung," Jaemin kehabisan kata-kata, makhluk mungil berpiama menggemaskan di hadapannya sungguh mulia. "Hyung, aku berterima kasih padamu."

"Aku juga berterima kasih pada Nana, karena Nana sudah menjadi orang baik sejak dulu."

"Hyung, aku yang berterima kasih padamu.. sejak dulu kau tidak pernah berubah, kau tetaplah Taeyong yang dulu ku kenal." Mata Jaemin berbinar.

"Jaemin mau minum? Aku punya selusin susu di kulkas," Taeyong kemudian membuka lagi pintu kulkasnya.

"T-tapi hyung.. sebenarnya, Jeno ada disini."

Gerakan Taeyong otomatis terhenti. Tangannya masih menggenggam erat sekotak susu yang tadinya ia niatkan untuk diberikan ke Jaemin.

Tak lama setelah Jaemin berbicara seperti itu, Jeno datang dari arah pintu yang sejak tadi Jaemin lirik. Si lelaki rambutnya sudah berubah warna, menjadi hitam. Membuat aura bad yang sejak dulu melekat di figure seorang Lee Jeno mendadak hilang, bergantikan dengan Jeno yang dingin dan pendiam.

"Akan kutinggalkan kalian berdua disini-"

"Nana jangan..." cegah Taeyong.

"Hyung, jangan khawatir. Jeno sudah tidak brengsek lagi seperti dulu."

Taeyong masih ragu.

"Hyung, tendang wajahnya jika ia sampai macam-macam lagi denganmu."

"B-baiklah."

Jaemin pun keluar dari dapur, meninggalkan Jeno yang berdiri mematung seperti orang bodoh, sementara Taeyong masih terintimidasi dengan suasana.

Tak usah munafik. Taeyong masih membenci Jeno dan kenangan buruk yang bocah lelaki itu buat. Sungguh, melihat wajah Jeno-justru membuat Taeyong teringat kalau ia pernag hampir hilang kehormatannya.

"H-hai.." sapa Jeno, memulai obrolan. Suara terkesan parau, diakhiri dengan tangannya yang menggaruk lengan.

Taeyong enggan menutup pintu kulkas. Keduanya terhalang oleh benda itu.

Gila saja, pakaian Taeyong mengundang lelaki dominan untuk menerkamnya sekarang. Ia tak ingin Jeno lupa kalau dirinya sedang bertaubat.

"Ya, hai juga."

"Bagaimana kabarmu hyung?"

"Ya seperti yang Jeno lihat, aku sudah baik-baik saja."

"Baguslah," Jeno seperti mati kutu. Tak ada bahasan, dan lupa niat alasan mengapa ia ke rumah Taeyong.

"Hyung," / "Kau.."

Mati. Mereka tak sengaja berbicara secara bersamaan.

"Hyung duluan."

"Tidak, kau dulu."

"Tidak hyung lebih baik-"

"Lebih baik kau dulu atau tidak sama sekali." Final Taeyong dengan intonasi menekan.

Jeno menelan ludah, sedetik kemudian ia mengambil nafas panjang. Sialan, jantungnya terpacu cepat tanpa alasan.

"A-aku.."

"... Aku tidak mengharapkan kau menerima permintaan maafku, tapi setidaknya-kau pernah mendengar kalau aku pernah mengakui segala dosa dan perbuatan burukku padamu dulu."

Jeno menjeda kalimatnya, merasa kalau tubuhnya sudah kepalang dingin karena nervous. "Aku minta maaf, hyung. Aku benar-benar minta maaf."

Taeyong masih diam. Ia bahkan belum bisa melupakan bagaimana Jeno yang bersikap kurang ajar padanya dulu.

"Aku.. benar-benar tulus hyung, maafkan aku."

Jeno merasa kalau Taeyong masih berat hati untuk memaafkan dirinya. Ia tau, kesalahan besarnya tak akan mudah dimaafkan begitu saja, harusnya ia menyadari itu dan berpikir dua kali sebelum melakukan sesuatu yang akan berbuntut di belakang hari nantinya.

Diamnya Taeyong adalah jawaban kalau permintaan maaf Jeno ditolak. Ya, itulah mungkin persepsi Jeno untuk saat ini.

"Kalau begitu aku pergi hyung." Jeno memundurkan langkah dengan kepala yang menunduk, malu untuk menatap sang lawan bicara secara langsung.

"Kau harus menyayangi Nana."

Deg!

Tubuh Jeno yang baru saja berbalik membelakangi Taeyong seketika menegang. Ia kemudian berbalik lagi, menatap wajah Taeyong, berusaha memberanikan diri tentu saja.

"Ya?"

"Aku bilang, kau harus menyayangi Nana. Mencintai Nana kalau perlu!" Ucap Taeyong agak ketus.

Mata Jeno mengerjap beberapa kali kebingungan.

"Aku memaafkan mu, asalkan kau tidak bersikap brengsek lagi pada siapapun, termasuk Nana, orang yang sudah mencintaimu sejak dulu!"

"J-jadi.."

"Apa? Jangan berharap lebih Jeno, kita tidak sedekat dulu lagi. Aku masih sebal padamu, ingat itu!" Taeyong membuang muka. Marahnya Taeyong sekarang terkesan lucu.

Disisi lain Jeno senang, wajah yang tadinya lucu berubah menjadi semburat sumringah. Kedua mata itu tenggelam saat ia tersenyum, membentuk garis seperti bulan sabit.

"Terima kasih hyung! Terima kasih!"

Taeyong kemudian mengedarkan pandangannya, menyadari kalau orang-orang dirumahnya masih tak kunjung terlihat.

"Apa kau tau kemana penghuni rumahku pergi?"

Jeno kemudian segera memberi senyum penuh arti. "Mereka pergi, dan aku tau tempatnya. Kau mau ku antar? Aku membawa mobil bersama Jaemin."

***

"Sialan! Dimana ini! Kalian?! Apa yang kalian lakukan padaku?!"

"Sudah diam, ini untuk kejutan pacarmu." -Jennie yang duduk di kursi depan mobil.

"Mark! Kemana kita ini?!"

"Sudah, menurut saja pada supirnya. Kau pasti akan senang." - Mark yang asyik memakan bekal berisi potongan semangka.

"Hanbin hyung? Kenapa kalian ini?"

"Aku tak tahu, selepas makan biskuit Jennie aku jadi macamni.." -Hanbin mendengarkan lagu melalui airpod sehingga ia tak mendengar apa-apa selain fokus menyetir mobil.

Jaehyun yang duduk di bangku paling belakang mobil linglung, bahkan terkesan bingung. Ia baru saja bangun dari tidurnya dan tiba-tiba saja posisinya sekarang sudah berada di perjalanan dan juga,

"Kenapa aku dipakaikan celana dalam bergambar kuda poni seperti ini?! Apa kalian gila?!"

Kondisi Jaehyun yang hanya mengenakan celana dalam kesempitan yang melekat dibadannya. Tak ada kain lagi yang menutupi tubuh bongsornya.

Mark meringis, "maaf hyung. Salahmu sendiri sebenarnya, kau sudah kubangunkan beberapa kali tapi kau tak merespon. Akhirnya aku, Hanbin hyung, dan Pak Kim si satpam itu yang turun tangan."

"Maksudmu?!"

"Aku yang memakaikan celana dalam padamu, tadi pagi lampu di kamar Taeyong hyung tak menyala, jadi aku tidak tau kalau celana yang kupakaikan adalah celana milik Taeyong hyung, dan juga-kau sangat berat hyung, aku tak menyangkan menggendongmu dari kamar Taeyong hyung ke mobil seperti jogging dari kaki gunung everest menuju puncaknya." dramatis Mark.

"Kita akan kemana?!"

"Sudah, diam saja hyung nanti kau juga akan tau. Btw, tidur dengan kondisi telanjang bersama Taeyong hyung adalah salah satu ritual favorit kalian sebagai pasangan kekasih?" Tanya Mark tanpa dosa.

"KALIAN GILA!!!" - Jaehyun yang nahas.

***

Cie, jahe pake baju yg nomornya sama kek nomor punggung si tiwai, eh galama si tiwai pake baju yang ada huruf J nya, hmm sudahlah aku diam.

Btw, udah liat yearparty belom? Gimana? Meninggal enggak kalian?

Continue Reading

You'll Also Like

166K 26.3K 48
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...
62.2K 3.4K 19
seorang gadis bernama Gleen ia berusia 20 tahun, gleen sangat menyukai novel , namun di usia yang begitu muda ia sudah meninggal, kecelakaan itu memb...
71.3K 10.7K 25
Renjun mengalami sebuah insiden kecelakaan yang membawa raganya terjebak di dalam mobil, terjun bebas ke dalam laut karena kehilangan kendali. Sialny...
278K 30.6K 33
Menceritakan tentang seorang anak manis yang tinggal dengan papa kesayangannya dan lika-liku kehidupannya. ° hanya karangan semata, jangan melibatkan...