A Romantic Story About Nine...

By queenloveminho

8.6K 645 114

š‰šŽšŽšš†ššˆšš„ ššššš¢šœš­ ? š‰šŸ— š¬š”š¢š©š©šžš« ššš²šØ š¦šžš«ššš©ššš­. š‘šžš¦ššš¤šž š€ š‘šØš¦ššš§š­š¢... More

Teaser
Chap 1
Chap 3
Chap 4
Chap 5
Chap 6
Chap 7
Chap 8
Chap 9
Chap 10
Chap 11
Chap 12
Chap 13
Chap 14
Chap 15
Chap 16 - End
Chap 17 - Epilog

Chap 2

413 37 5
By queenloveminho


VOTE BEFORE YOU READ ~ THANKS











Warning!! Typo. Gaje.







Tolong baca Note dibawah cerita ini ya~









Kenapa dia harus repot-repot menyuruhku menemuinya sendiri hanya untuk mengambil payung? Dia kan bisa menyuruh office boy untuk mengembalikannya, atau jika dia tak sempat, dia kan bisa menyuruh sekertarisnya untuk mengurus payung itu. Apalagi Nine tahu bosnya itu sangat sibuk,


Gosip yang terdengar mengatakan Tuan Joong adalah workaholic sejati yang menghabiskan waktu 20 jam sehari untuk bekerja.


Atau, kenapa tidak dia buang saja payung itu? Toh aku juga tak akan berani menagihnya, pikir Nine sambil mengerutkan kening di dalam lift yang mengarah ke lantai 14, lantai khusus CEO mereka.


Ini kali kedua dia ke ruangan ini, sungguh tak disangka, dua tahun bekerja disini dia hampir tak pernah bertatapan langsung dengan sang pemimpin tertinggi yang diagung-agungkan itu, tetapi sekarang, dua hari berturut-turut dia dipanggil menghadap Tuan Joong.


Lift terbuka dan dia dihadapkan pada ruang tunggu yang nyaman dan mewah. Sekertaris yang sama, wanita setengah baya yang terlihat kaku dan efisien itu menatap Nine dengan skeptis, sepertinya dia juga bertanya-tanya kenapa pegawai rendahan macam ini sampai dua kali dipanggil menghadap langsung ke sang CEO, padahal setahunya Tuan Joong hanya berkomunikasi dengan anggota direksi, manajer dan kepala bagian unit perusahaannya, itupun lewat meeting resmi perusahaan dan melalui seleksi janji temu yang rumit.


"Tuan Joong sudah ada di dalam, beliau sudah menunggu anda, saya sudah menginformasikan kedatangan anda lewat intercom dan beliau mempersilahkan anda langsung masuk", gumam sekertaris itu dingin.


***


Joong baru saja menyelesaikan meeting penting dan dengan segera kembali ke ruangannya. Mengingat alasan yang membuat dia begitu terburu-buru kembali, membuatnya mengerutkan dahi, dia sudah menelpon atasan Nine tadi pagi, menjelaskan alasan keterlambatan lelaki berwajah cantik itu. Dan atasan Nine begitu kegirangan karena teleponnya, hingga seolah-olah tak peduli lagi kenapa Nine sampai terlambat.


Yah mungkin setidaknya lelaki cantiknya itu akan berterimakasih padaku,...atau malah jengkel? Joong tersenyum sinis, menilik sifat lelaki cantiknya itu, sepertinya Nine akan tambah jengkel dengannya.


Setelah dengan serius mempelajari berkas-berkas yang diantarkan bagian personalia padanya, Joong termenung.


Lelaki cantiknya itu tidak bohong, kedua orang tuanya memang telah meninggal, dan alamat tempat tinggalnya memang terdaftar sebagai rumah kost, bahkan lelaki cantiknya itu tidak mengisi nama saudara atau kerabat dekat yang bisa dihubungi,


'Saya tinggal sendirian', begitu ucapnya tadi. Apakah lelaki cantiknya itu benar-benar sebatang kara seperti ceritanya. Kalau dia tanpa keluarga dan hanya tinggal di kamar kost, untuk apa dia meminjam uang sebesar 40 juta ke perusahaan yang harus dilunasi dengan memotong gajinya selama bertahun-tahun?


Apakah dia sakit? Memikirkan kemungkinan itu, Dada Joong langsung merasa nyeri,


Tidak! Putusnya setelah termenung sejenak, lelaki cantiknya itu sehat, kalau tidak dia pasti tidak akan lolos seleksi test kesehatan yang sangat ketat untuk masuk ke perusahaan ini.


Kalau begitu, dia pasti orang yang suka menghambur-hamburkan uang, Joong menyimpulkan. Yeah, segalanya akan menjadi lebih mudah. Joong rela memberikan uang sebanyak yang Nine mau asal Nine mau melayaninya.


Ia sangat kaya, dan memiliki lelaki cantik seperti Nine yang benar-benar memacu hasratnya memang layak diberi sedikit pengorbanan.


Lamunannya terhenti ketika intercom berbunyi memberitahukan kedatangan Nine.


Joong menunggu penuh antisipasi, seperti seekor singa yang menanti mangsanya, Dia punya penawaran bagus, dan jika lelaki cantiknya itu seperti yang diduganya, Nine pasti tak akan mampu menolaknya.


***


"Kata Pak Toei anda memanggil saya untuk mengambil payung saya yang tadi tertinggal", gumam Nine sopan ketika Joong mempersilahkannya duduk.


Joong tidak menjawab hingga Nine menatap Joong bingung, lelaki itu sedang menatapnya dalam seolah sedang berkonsentrasi pada sesuatu tetapi pikirannya seolah tak ada di situ.


"Tuan Joong?",


Lelaki itu mengerjap.


"Oh! Payung" gumamnya seolah baru teringat akan hal itu, 


"ada di meja sekertarisku, kau bisa memintanya padanya",


Lalu kenapa sang CEO ini, yang katanya sangat sibuk menyuruhku menghadapnya? Nine mengerutkan kening,


Ketika Tuan Joong sepertinya tidak akan berkata apa-apa lagi, Nine segera bangkit dari kursinya,


"Kalau begitu saya akan segera mengambilnya, terimakasih sudah merepotkan anda, permisi Tuan Joong", gumamnya setengah berbalik,


"Tunggu Nine", Suara lelaki itu terdengar lembut, dan dengan enggan Nine membalikkan tubuh,


Lelaki itu ternyata sudah bangkit dari kursinya, memutari meja dan berdiri berhadap-hadapan dengan Nine,


"Aku meralat ucapanku tadi pagi", gumamnya misterius.


Nine mengerutkan keningnya,


"Tentang...?"


"Tentang kau bukan tipeku dan aku tidak mungkin tertarik padamu, sebenarnya selama ini aku memperhatikanmu karena tak tahu kenapa, aku bukan Gay tapi kau membuatku sangat bergairah",


Mulut Nine ternganga dan dia tak mampu berkata-kata, pernyataan itu begitu mengagetkan bagaikan petir di siang bolong.


"Aku ingin kau menjadi kekasihku,...mmm...,bukan kekasih,...apa ya istilahnya di Thailand?Lelaki simpanan?",


Joong tampak sangat bersemangat dengan tawarannya sehingga tidak memperhatikan ekspresi shock Nine,


"Kau hanya perlu melayaniku di ranjang, memuaskan aku", Suaranya menjadi rendah dan merayu, 


"Dan kau tak perlu kuatir akan rugi, kau tahu aku kekasih yang murah hati, aku akan membelikanmu apartemen mewah sehingga kau bisa pindah dari tempat kost kecilmu itu, dengan begitu aku bisa leluasa mengunjungimu setiap malam, dan aku akan menanggung biaya kehidupanmu, apapun yang kau inginkan akan kuberikan, mobil mewah, perhiasan mahal, baju-baju rancangan disainer terkenal, perawatan di salon terkemuka, aku tahu kau menyukainya. Nine karena gaya hidupmu sepertinya sangat mahal sampai-sampai kau harus berhutang puluhan juta pada perusahaan. Bahkan mungkin kalau kau bisa menyenangkanku, hutangmu itu akan kulunasi. Bagaimana Nine? Aku akan memenuhi semua permintaanmu dan kau hanya harus ada saat aku membutuhkanmu",


Ketika Tuan Joong akhirnya mengakhiri pidatonya, Nine sudah begitu pucat sampai tak bisa berkata-kata.


Tawaran itu memang amat sangat menggoda, apabila ditawarkan pada pelacur atau wanita yang tidak punya harga diri!!! tapi lelaki itu menawarkan kepadanya??! Kepadanya!! 


Berani-Beraninya lelaki itu! Berani-beraninya dia merendahkannya sampai seperti ini!,


"Kenapa kau diam saja? Kau tak perlu sok malu-malu atau sok suci, aku tahu lelaki cantik seperti apa kamu dibalik sikapmu yang sok menjunjung moralitas...."


PLAAAKKK!!!


Tamparan itu begitu keras sampai kepala Joong terlempar ke belakang, suara tamparan itu menggema di ruangan yang luas itu,


"Berani-beraninya anda!!,", napas Nine terengah-engah,


"Berani-beraninya anda menawarkan sesuatu yang begitu menjijikkan kepada saya!! Anda pikir saya laki-laki macam apa?? Anda benar-benar sesuai dengan apa yang saya pikirkan, lelaki tak bermoral, bejat, menjijikkan dan...", suara Nine terhenti melihat ekspresi Joong.


"Menjijikkan katamu?", jika tadi Joong tak marah karena tamparan Nine, sekarang dia benar-benar marah,


"jika menurutmu aku menjijikkan...",


Lelaki itu mengepalkan kedua tangannya sampai buku-buku jarinya memutih, "Jika menurutmu aku menjijikkan..."


Entah bagaimana Nine mengetahui kapan kendali diri lelaki itu lepas, dengan panik dan takut Nine setengah berlari menuju pintu,


Tapi terlambat, Joong bergerak secepat kilat menerjangnya, Nine berhasil membuka pintu sedikit ketika dengan kasar Joong mendorongnya kembali tertutup.


Lelaki itu menghimpitnya dipintu, desah napas mereka bersahutan, yang satu ketakutan, yang lain bergairah,


"Le.... lepaskan saya!!!, atau saya akan berteriak dan menuntut anda atas pelecehan..."


Joong tak peduli, lagipula ruangan itu kedap suara.


Dengan gerakan impulsif, dibaliknya tubuh Nine, bibir Joong mencari-cari bibir Nine, tubuhnya makin menekan Nine ke pintu,


Nine menggelengkan kepala menghindar dengan membabi buta hingga bibir Joong hanya menempel di rahangnya, dia mencoba meronta melepaskan diri tapi tubuh Joong menghimpitnya ke pintu dan tangannya mencengkeram kedua tangan Nine di kiri dan kanan kepalanya.


Mereka bergulat beberapa saat, tetapi Joong tak mau menyerah dari perlawanan Nine. Sampai kemudian ketika Nine membuka mulut untuk berteriak, Joong memagut bibir itu.


Ciuman itu dari awal sudah sangat sensual karena bibir mereka terbuka, Joong melumat bibir Nine seolah sudah tak ada lagi hari esok. Mulutnya sangat liar dan lapar mengecap, melumat dan menikmati bibir Nine yang selembut madu.


Nine terpana merasakan ciuman yang sangat intim ini, yang baru pertama kali dirasakannya. Dan hal itu memberi kesempatan Joong untuk mencium semakin dalam, seluruh tubuhnya menempel ditubuh Nine, makin mendorong Nine ke pintu, setelah menjelajahi dan mencicipi seluruh rasa bibir Nine, lidah Joong mulai mencecap dan mencoba-coba mulai membelai masuk ke dalam bibir Nine.


Nine mengerang mencoba menolak, dia tidak pernah berciuman seperti itu! Tapi Joong begitu lembut dan begitu lidahnya masuk ciumannya menjadi makin bergairah, lidahnya menjelajah masuk, menikmati seluruh rasa dan manisnya mulut Nine,


Joong mengerang dalam ciumannya, oh ya Tuhan nikmat sekali! Erangnya dalam hati, dan gairahnya naik begitu cepat bagaikan roket, Lelaki cantiknya itu terasa begitu nikmat, begitu manis dan menggairahkan, sekujur tubuh Joong menginginkan lelaki cantik itu, sangat menginginkannya! Tangannya merayap naik dan menyelinap di antara jari Nine sehingga Jari-jari mereka saling bertautan, Joong mencengkeramnya erat-erat seolah itu pegangannya untuk hidup.


Sejenak Nine merasakan matanya gelap, semua ini begitu aneh dan mengejutkan, dan ciuman ini begitu asing dan tak terduga, rasa ciuman ini...


Ya Tuhan , Ben tidak pernah menciumnya dengan cara sekurang ajar ini, Ben... Ya Tuhan!!


Nine mengerahkan segenap kekuatan dan seluruh kendali dirinya untuk melepaskan bibirnya dari pagutan Joong, Mulut Joong yang lapar masih mencari-cari, masih memagutnya sekali lagi, Nine mendorongnya kuat kuat hingga bibir mereka terlepas.


Suasana Ruangan itu begitu hening, hanya desah napas memburu bersahutan, Nine bahkan tak tahu itu napas siapa. Joong masih mencengkeram kedua tangannya di sisi kepalanya, Bibirnya begitu dekat dengan bibir Nine, hingga napasnya yang panas menyatu dengan napas Nine. Mata Joong tampak berkabut, tapi ketika menatap mata Nine sinarnya begitu tajam,


"Kau menikmatinya kan? Aku merasakan dari bibirmu yang melembut ketika lidahku melumatmu, kau bisa berbohong dengan kata-kata, tapi tubuhmu tak bisa berbohong....",


Dengan tiba-tiba Nine mendorong Joong hingga mundur beberapa langkah, ditatapnya Joong dengan mata marah menyala-nyala,


"Dasar bajingan!!, kau bermimpi kalau aku menginginkanmu, kau tak akan pernah bisa menyentuh tubuhku lagi!!, kau begitu menjijikkan!!!"


Suara Nine semakin serak karena menahan tangis,...jangan..., jangan! Kau tak boleh menangis Nine! Nanti dia akan semakin merendahkanmu! Desisnya dalam hati.


Joong memandang Nine dengan pandangan tajam merendahkan,


"Saat ini kau boleh menghina dan menolakku, tapi aku yakin, nanti kau akan datang padaku, merangkak dan memohon agar aku mau menerimamu."


"Lebih baik aku mati!!"


Nine setengah berteriak ketika buru-buru melangkah keluar dan membanting pintu di belakangnya.


Sang sekertaris memandangnya sambil mengerutkan kening, dan Nine yakin saat itu penampilannya patut dipertanyakan, rambutnya kusut masai dan mukanya merah padam dengan mata berkaca-kaca menahan tangis.


Tapi Nine tak peduli lagi, yang dia inginkan hanya menjauh secepatnya dari tempat terkutuk itu! Dengan langkah berderap, Nine memasuki lift meninggalkan ruangan itu.


***


Joong mengusap mulutnya yang terasa panas, dia merasa sedikit bodoh, karena bertindak begitu impulsif di kantor, di mana banyak orang bisa menyebarkan gosip.


Joong menarik napas dalam-dalam dan berusaha menghilangkan getaran di tubuhnya. Ciuman tadi terasa begitu nikmat, sudah lama sekali Joong tidak merasakan ciuman yang begitu membakar gairahnya sampai ke tulang sunsum.


Hanya sebuah ciuman dan dia terbakar, Joong mengernyit, tidak begitu menyukai kenyataan itu. Selama ini dia dikenal sebagai kekasih yang sangat ahli di ranjang, selalu mampu mengendalikan pasangannya dan tidak pernah lepas kendali.


Dan sekarang, dia lepas kendali, semudah itu. Titik.


Masih mengernyit Joong menghempaskan tubuhnya ke kursi.


Tapi jika lelaki cantik itu seperti yang kupikirkan, kenapa dia semarah itu? Seharusnya lelaki cantiknya itu bahagia bukan kepalang atas tawaran yang dia berikan. Apakah dia salah? Dan apakah dia telah menyinggung lelaki cantiknya itu?


Tidak! Dengan cepat Joong menyingkirkan keragu-raguannya. Semuanya sama saja, Joong tidak pernah salah, Beri mereka itu kemewahan dan dia akan takluk padamu.


Mungkin tawarannya masih kurang bagi Nine, Joong mungkin harus menambahkan akomodasi penuh jalan-jalan keliling eropa misalnya.


Atau mungkin, Nine hanya mencoba jual mahal. Wajah Joong menggelap mengingat kata hinaan Nine barusan, Menjijikkan katanya ??


"Lihat saja Nine, Setelah kau menyadari betapa banyaknya yang bisa kuberi padamu, kau akan datang merangkak padaku dan aku yang akan mempermalukanmu", sumpah Joong dalam hati.


***


Suasana hati Nine benar-benar buruk hari itu. Kemarahan, rasa terhina, kebencian bahkan kesedihan karena dia begitu tidak berdaya campur aduk dalam hatinya. Nine merasa tubuhnya begitu kotor akibat pelecehan yang dilakukan Tuan Joong tadi siang, dan dia masih menahan tangis ketika memasuki ruang perawatan intensif di Rumah Sakit itu, yang sudah sangat familiar dengannya


Apapun yang ada dipikirannya tadi langsung buyar begitu melihat Suster Fern menyongsongnya dengan wajah pucat pasi,


"Kemana saja kau nak?!, aku mencoba menghubungimu sejak dua jam tadi, tapi kau tak bisa dihubungi!"


Wajah Nine langsung berubah seputih kapas, secepat kilat dia berlari menelusuri lorong menuju kamar tempat Ben dirawat.


Suster Fern tergopoh-gopoh berlari mengikuti di belakangnya.


Nine terpaku di depan ruangan Ben dengan napas terengah-engah, dokter dan perawat masih ada di ruangan itu, sedang berusaha menstabilkan kondisi Ben,


Suster Fern tiba dibelakang Nine dan menyentuh pundaknya lembut, mencoba menenangkannya,


"Dia sudah tidak apa-apa Nine, kondisinya sudah stabil. Tadi dia mengalami serangan lagi tapi dokter sudah menanganinya dengan cepat, kenapa kau tadi tidak bisa dihubungi? Aku mencoba menghubungimu saat Ben dalam kondisi paling kritis, saat itu kau pasti ingin bersamanya",


Air mata mengalir di pipi Nine. Tadi baterainya habis dan karena sibuk dengan pikirannya, dia tak sempat mengisinya. Astaga, betapa bodohnya dia. Ben kelihatan stabil dan baik-baik saja dan Nine mulai lengah, melupakan bahwa serangan bisa terjadi setiap saat. Ya Tuhan, seandainya tadi Ben....


Nine memejamkan mata rapat-rapat, air matanya mengalir semakin deras, dia tak berani membayangkan semua itu.


Suster Fern memeluknya dengan penuh keibuan sementara Nine menumpahkan air matanya.


Ketika dokter datang, tatapan hati-hatinya malah membuat hati Nine makin cemas,


"Bagaimana kondisinya dokter?", suara Nine gemetar, ketakutan


Dokter itu menarik napas panjang


"Ben pria yang kuat, sungguh suatu keajaiban dia mampu bertahan sampai sekarang, tetapi kecelakaan itu telah merusak organ dalamnya. Kami berusaha memperbaikinya dengan obat-obatan dan penanganan medis terbaik, tapi hal itu berakibat pada ginjalnya, kami harus mengoperasi ginjalnya Nine",


"Mengoperasi ginjalnya?", 


Nine mengulang pernyataan dokter itu dengan histeris, "Mengoperasi ginjalnya?! Ya Tuhan!!",


Tubuh Nine menjadi lunglai, untung suster Fern menyangganya, air mata mengalir semakin deras dipipinya,


"Apakah... Apakah tidak ada cara lain ...?",


Dokter itu menarik napas prihatin,


"Ben dalam kondisi yang tidak lazim, dia dalam keadaan koma, dan apapun tindakan medis yang kami lakukan padanya memiliki resiko tinggi, Tapi akan lebih beresiko lagi jika kita tidak melakukan operasi itu, operasi itu harus dilakukan sesegera mungkin Nine"


Nine menarik napas dalam dalam, dan menatap dokter itu dengan penuh tekad,


"Baik dokter, lakukan operasi itu, apapun agar Ben selamat", suaranya mulai gemetar, 


"Berapa biaya yang harus saya siapkan untuk melakukan operasi tersebut dok?",


Seluruh tubuh Nine menegang, tangannya terkepal seolah olah menanti hukuman.


Dokter itu menatapnya sedih, rasa kasihan tampak jelas di matanya ketika menjawab,


"Untuk prosedur operasi ginjal dan perawatan atas kemungkinan terjadi komplikasi lainnya, kau setidaknya harus memiliki Tiga ratus Juta, Nine",


***


Hujan turun lagi dengan derasnya, bahkan payung itupun tak bisa melindungi dirinya dari percikan air hujan. Tapi Nine tak peduli.


Dimana Dia??!


Nine menatap sekeliling parkiran itu dengan panik, hari sudah gelap dan hampir tidak ada orang di parkiran itu, apalagi hujan turun dengan begitu derasnya sehingga tak akan ada orang yang begitu bodohnya berada diluar ruangan.


Kecuali dirinya sendiri tentunya


Ya Tuhan ... Dimana Dia??!


Nine menatap mobil mercedes mewah yang masih terparkir di tempat parkir direksi yang tak kalah mewah dengan atap yang luas dan posisi yang lebih tinggi sehingga terlindung dari derasnya hujan.


Lelaki itu pasti belum pulang, mobilnya masih terparkir dan semua orang bilang bahwa bos yang satu itu baru pulang setelah lewat jam 8 malam, dan lebih malam lagi pada hari Jumat karena besoknya akhir pekan.


Sekarang hari jumat.


Dan Nine menunggu dengan cemas, bagaimana jika lelaki itu sebenarnya sudah pulang? Jika bukan hari ini, akal sehatnya akan kembali dan dia akan kehilangan keberanian.


Berbagai pikiran buruk berkelebat hingga Nine tidak memperhatikan derasnya hujan yang mulai membasahi tempat-tempat yang tidak terlindung oleh payung kecilnya,


Lalu pintu lobby itu terbuka, dan sosok yang ditunggu-tunggu Nine melangkah keluar.



***



Seorang satpam membawa payung hitam besar dan memayunginya ketika Joong melangkah menyeberangi jalan kecil yang membelah taman menuju parkiran direksi,


Hujan deras membuatnya tidak menyadari kehadiran Nine. Tetapi ketika jarak mereka semakin dekat, Joong menyadari bahwa Nine-lah yang berdiri dengan payung mungil ditengah hujan menunggunya, dan mulutnya menegang,


"Wah, ada apa gerangan sampai anda menyempatkan diri menunggu saya disini?",


Sebenarnya Joong sangat geram, tetapi dia menahan diri karena kehadiran satpam yang memayunginya.


"Ssaa...ssaya...ingin bicara dengan anda",


Joong mengernyit menyadari suara Nine yang gemetar dan wajahnya yang pucat pasi, apakah lelaki cantiknya itu kedinginan ? berapa lama lelaki cantiknya itu menunggunya di luar sini?


TIba-tiba dorongan posesif membuatnya ingin meraih lelaki cantiknya itu, memeluknya dan menyalurkan kehangatan tubuhnya.


Joong  melangkah ke bawah atap tempat parkir direksi yang menaunginya dari hujan, lalu mengisyaratkan satpam itu untuk meninggalkan mereka.


Setelah Satpam itu jauh, Joong menatap Nine dengan gusar,


"Demi Tuhan!! tidak bisakah kau kemari berlindung di bawah atap ini? Payung itu tak berguna, kau hampir basah kuyup!",


Sejenak Nine ragu, tapi Joong benar, tubuhnya mulai basah kuyup karena hujan deras itu disertai tiupan angin kencang.


Dengan hati-hati, dia melangkah ke bawah atap yang sama dengan Joong.


Lelaki itu menatapnya tajam, sama sekali tidak menyembunyikan kejengkelannya.


"Apa yang ingin kau bicarakan? Aku ada undangan makan malam, waktuku tak banyak", gumamnya sombong.


Nine menatap Joong penuh tekad meski gemetaran,


"Sa...Saya menawarkan diri kepada anda, anda boleh memiliki saya semau anda".


Joong menyipitkan mata, menahan gumpalan kekecewaan yang menyeruak di hatinya karena semudah dan secepat itu lelaki cantiknya ini menyerahkan diri kepadanya.


"Kau pikir aku masih berminat padamu?", gumamnya mengejek.


Wajah Nine pucat pasi, kata-kata Joong bagaikan menamparnya keras. tapi dia bertahan, Demi Ben, tekadnya dalam hati


"Anda boleh memiliki saya sepenuhnya, saya hanya meminta pembayaran di muka, setelah itu saya tak akan meminta apa-apa lagi",


"Memangnya kau terlibat hutang judi atau apa??!",


Joong membentak keras, gusar karena sikap penuh tekad Nine, dan gusar atas godaan dalam dirinya yang tak tertahankan untuk langsung menerima tawaran lelaki cantiknya itu. Tapi ketika melihat Nine hampir terlonjak kaget karena bentakannya, spontan Joong melembut,


"Oke, Berapa?"


Nine mengerjapkan matanya mendengar pertanyaan tiba-tiba itu


Joong mendesah tak sabar,


"Cepat katakan berapa kau menjual dirimu, lalu aku akan menawar sebelum mencapai kesepakatan", dengan sengaja dia melirik jam tangannya seolah tak tertarik, "aku tak punya banyak waktu untukmu"


Nine menelan ludah,


"Ti..Tiga ratus...juta.."


"Apa?", Joong membelalakkan mata tak percaya.


"Tiga ratus juta", kali ini Nine berhasil terdengar mantap.


Joong mengernyit jijik,


"Kau bercanda?! Kau pikir kau pantas dihargai semahal itu??!",


"I..itu pembayaran lunas sepenuhnya, setelah itu anda memiliki saya dan saya tak akan meminta apapun lagi"


"Kau pikir aku bodoh atau apa?", desis Joong, "Bagaimana aku bisa tahu kau tak akan mangkir dari perjanjian ini? Bagaimanapun melakukan pembayaran di muka itu beresiko"


"Kalau begitu anda bisa membuat surat perjanjian yang sah secara hukum untuk mengatur perjanjian ini",


Nine mengedarkan pandangan ke sekeliling dengan gugup, mulai merasa tidak nyaman dengan situasi ini, mereka mengobrolkan penjualan harga dirinya seolah olah mengobrolkan penjualan barang.


Joong terdiam, tampak menimang-nimang usulan Nine, lalu wajahnya mengeras,


"Tidak, ini konyol, aku sudah tak tertarik, lagipula...", ia memandang Nine dengan tatapan menghina, 


"Baru tadi siang kau menolakku mentah-mentah dan aku berkata kau pasti akan merangkak memintaku menerimamu, sekarang kau hampir bisa disebut merangkak padaku dalam waktu kurang dari 24 jam",


Joong hendak membalikkan badan meninggalkan Nine,


"Lupakan saja, lelaki cantik sepertimu yang terlalu murahan memadamkan gairahku"


Nine langsung panik melihat Joong membalikkan tubuh mengarah ke mobilnya, Tidak!! Oh Tidak !! Laki-laki itu tak boleh menolaknya!! Dialah satu-satunya harapan Nine untuk menyelamatkan nyawa Ben!!


Dengan setengah histeris, Nine melakukan tindakan yang pasti akan ditentang akal sehatnya jika dia dalam keadaan tak terdesak,


Ditariknya lengan Joong, dan ketika lelaki itu menoleh dengan marah, Nine berjinjit, merangkul kepala Joong dan mencium bibirnya!


Tubuh Joong kaku dengan rasa terkejut dan luar biasa, lelaki cantiknya itu dengan bibir yang lembut mencoba menciumnya dengan membabi-buta, jelas-jelas sangat tidak berpengalaman dan tanpa teknik ciuman yang memadai, tapi tetap saja gairah Joong langsung meledak tak terkendali.


Dengan kasar dirangkulnya pinggang Nine, setengah mengangkatnya agar merapat ke tubuhnya dan diciumnya bibir lelaki cantiknya itu habis-habisan.


Ciuman Joong sangat ganas dan penuh gairah, dan lelaki cantiknya itu meskipun bersusah payah, berusaha mengimbanginya. Tubuh Joong menegang dan terasa nyeri, begitu menginginkan Nine. Dengan erangan yang parau, dia memperdalam ciumannya.


Entah berapa lama mereka berciuman di tempat parkir dengan diiringi derasnya hujan. Joong benar-benar hanyut dalam kenikmatan dan dia menyadari kalau dia tak akan bisa menolak lelaki cantiknya ini.


Joong baru melepaskan ciumannya ketika menyadari napas Nine yang mulai megap-megap.


Mereka berdiri dengan rapat dan Joong masih memeluk pinggang Nine, setengah mengangkat Nine, tangan lelaki cantiknya itu berpegangan pada pundaknya seolah-olah takut terjatuh.


Joong menatap Nine tajam, bibir lelaki cantiknya itu agak bengkak karena tekanan ciumannya yang panas dan habis-habisan, bibirnya pasti juga seperti itu karena rasa panas di bibirnya belum juga hilang,


Well cium saja aku dan aku akan terbakar, geram Joong dalam hati,


Dengan kaku diturunkannya pinggang Nine, lalu dilepaskan pegangannya,


"Baik, aku akan membayarmu, besok pagi kau akan mendapatkan uang itu beserta surat perjanjian yang harus kau tandatangani",


Joong menatap Nine geram, lalu membalikkan tubuhnya menuju mobilnya, "Masuk ke mobil! malam ini aku akan mencoba barang yang sudah kubeli".


***










To be continue.








Semoga kalian suka dan jangan lupa vote.








So.. Next? VOTE DAN KOMEN






-queenloveminho- 20092020

Continue Reading

You'll Also Like

118K 9.6K 86
Kisah fiksi mengenai kehidupan pernikahan seorang Mayor Teddy, Abdi Negara. Yang menikahi seseorang demi memenuhi keinginan keluarganya dan meneruska...
1.7K 175 9
[SLOW-UPDATE] Perasaan, sebuah hal yang menjadi penghalang untuk kisah cinta Ohm dan Nanon. Status dari Ohm dan Nanon juga menjadi sebuah penghalang...
17.8K 1.9K 15
Langsung dibaca euyy Cekidot...
1.1K 67 11
Winny adalah seorang anak magang di perusaan model dan artis,niat nya Winny juga ingin menjadi artis.namun ia memiliki boos yang sangat menyebalkan. ...