Dosenku Suamiku (TAMAT)...

By kepojanganberlebihan

56.7M 3.3M 873K

Telah terbit di Penerbit Romancious. Cerita ini tidak di revisi, jadi masih berantakan. Kalau mau baca yang l... More

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
DS
55
56
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
75
76
77
78
79
80
81
82
86
Plagiat
EXTRA-PART
Info Novel DS
Novel DS
info lagiiiii!
GIVEAWAY NOVEL DS!
VOTE CAST
PO NOVEL DS MAKIN DEKAT!
PAKET & BONUS NOVEL DS
VOTE COVER!
CARA BELI NOVEL DS
GIVEAWAY LAGII
DOORPRIZE DS!
H-3 PO NOVEL DS
BESOK PRE-ORDER DS!
PO KEDUA SUDAH DIBUKA!
Info cerita Dosenku Suamiku 2!
DOSENKU SUAMIKU 2!
DOSENKU SUAMIKU 2 SUDAH PUBLISH!
DS!

74

579K 48.7K 24.4K
By kepojanganberlebihan

HAIHAIHAIII!🖤
APA KABAAAAR?
JANGAN LUPA VOTE AND COMMENT!

MAKASII BANYAK ATAS SUPPORTNYAA!🖤

Info: cuma sekedar mengingatkan kembali, terinspirasi boleh. Tapi, gausalah kata-kata dan adegannya dibikin sama persis.

Emang bukan plagiat, jalan cerita kamu mungkin beda. Tapi, Author pribadi ga suka kalo ada yang ambil satu adegan cerita Author dengan dialog yang persis. Kesannya kamu ngambil ide Author.

Adegan? Silahkan.. banyak juga adegannya sama, tapi dialognya ga persis juga.

Ya realistis aja, kalo kamu ga sengaja kan juga ga mungkin dialognya bisa sama. Cuma ditambahin kata dikit.

Jujur, kecewa. Pengen marah, tapi yaudahlah.

Cuma bisa ngeliatin aja, walau pun jujur itu bikin sakit hati banget. Banget. Jadi malesin.

Author pribadi sakit hati. Mau marah tapi gabisa.

Parah si, udah dibilangin berkali-kali masih aja ada yang gini.

Ya udah, Author sekedar ngasi tau apa yang Author rasain. Cuma ngasi tau, pribadi Author gini.

Mau gimana pun tanggapan orang-orang, ya.. terserah. Author cuma mau ngasi tau doang.

Seenggaknya Author agak lega.

Jujur, setiap ada yang lapor gini ke Author rasanya sedih.

Mana cerita yang di laporin ke Author ada 2 lapak, mau dibilangin baik-baik tapi dah males.

Tapi makasih banyak buat pembaca DS yang udah setia, tetep support, mau bantuin Author buat negurnya. Makasi banyak🖤🙏.

Maaf yaa baru bisa up lagi:).

Makasih udah mau baca:).

HAPPY BIRTHDAY!

HAPPY READING!

Mobil, 09.10 wib.
       Saat ini yang menyetir adalah Dira, menggantikan Rey yang benar-benar sedang malas.

"Ini.. kamu mau makan dimana?"

"Di neraka," celetuk Dira.

Rey melirik ke arah Dira sembari mengerutkan dahinya.

"Keknya enak makan di pantai deh," gumam Dira.

"Makan apa?"

"Bakso kane nih," Dira mengangguk-anggukan kepalanya.

"Bakso kane kan di Jakarta," Rey tampak keheranan.

Dira melirik ke arah Rey sekilas, ia menahan tawanya. "Ehm.. bukan itu. Maksudnya, enak."

Rey kemudian mengalihkan pandangannya, "oh."

"Kudet," gumam Dira.

Rey kembali melirik ke arah Dira dengan tajam, "apa?"

"Bapak ganteng," ucap Dira dengan cepat.

"Bohong dosa," balas Rey.

Dira melirik ke arah Rey sekilas, ia mengerutkan dahinya. "Jangan terbang Pak, ntar atap mobilnya jebol."

Rey menatap ke atas, ia kemudian kembali melirik ke arah Dira. "Kamu cantik," ucapnya.

Ckiit..

"HAH!"

Dira tak sengaja meng-rem mendadak mobil, membuat Rey hampir saja menghantam laci dashboard.

Rey menoleh ke arah Dira, memelototi sang istri.

Sedangkan Dira, ia perlahan menoleh ke arah Rey sembari mengerjapkan kedua matanya.

"Dira," ucap Rey dengan geram.

Dira menggelengkan kepalanya sembari meneguk salivanya. "Ini apa, ya Allah? Seorang bapak Abraham Reynand mengatakan bahwa salah satu mahasiswinya cantik?"

Rey menaikkan sebelah alisnya, apa maksud Dira?

"Sefruit keajaiban world, harus sungkeman dulu nih!" Dira mengulurkan telapak tangannya.

Rey menghela nafasnya, ia kemudian menyentil jidat Dira dengan sedikit kuat.

"Aw!" Dira mengusap-usap jidatnya sembari menatap Rey dengan kesal.

"Bapak mah kdrt mulu," protesnya.

"Kalo kdrt lebih keras, mau nyoba?"

Dira membelalakkan kedua bola matanya, menatap Rey dengan tajam. "Mainnya kasar ih," ucapnya.

"Yang duluan kasar siapa?"

Dira mengerutkan dahinya. "Emang siapa? Saya ga ngerasa ada ngasarin bapak," ucapnya.

"Yang tadi bikin saya jatoh siapa?" Rey kembali menaikkan sebelah alisnya.

Dira menaikkan kedua alisnya. "Itu bukan saya!"

"Trus siapa?"

"Sikat," balas Dira.

Rey mengerutkan dahinya, "sikatnya ga salah."

"Salah dong, kan bapak nginjek sikat makanya bapak jatoh."

Rey menghela nafasnya.

"Eh.. tapi bentar, sebenernya korbannya disini tuh sikat."

Rey mengerjapkan matanya, "kenapa malah sikat yang jadi korban?"

"Yaiyalah, jelas. Bapak bayangin aja, sakitan mana jatoh sama di injek?"

Rey memutar kedua bola matanya. "Sikat itu benda mati, ga bisa ngerasain sakit."

"Siapa tau bisa," protes Dira. 

"Ngeyel," ucap Rey.

"Siapa tau dia temennya Woody, trus pura-pura mati aja. Taunya pas kita keluar gini, mereka pada ngumpul di dalem rumah."

"Ga ngeri kalo bener kejadian?"

Dira berpikir sejenak sembari mengerjapkan kedua matanya. "Iya juga sih, ngeri."

Rey kemudian kembali menatap lurus ke depan, ia mengangguk-anggukan kepalanya. "Kayanya beneran dia temennya Woody, kalo enggak.. Chucky."

Dira membelalakkan kedua bola matanya, "hah?! Becanda ih!"

Dira memukul lengan Rey dengan cukup keras.

"Akh," Rey kembali menoleh ke arah Dira. "Kenapa?"

"Bapak nakut-nakutin aja, serem tau nggak!"

Rey mengerutkan dahinya, "kan kamu bilang gitu."

"Saya kan bilangnya Woody, bukan Chucky!"

"Siapa tau Woody temenan sama Chucky?" Rey mengangkat kedua bahunya dengan acuh.

"Pak Rey saya tampol ya?!"

"Kdrt," ucap Rey sembari tersenyum meledek Dira.

"Ish," gumam Dira sembari kembali memukul lengan Rey.

"Akh, kdrt nih."

"Ga peduli," ucap Dira dan kembali menjalankan mobilnya.

"Tinggal saya laporin aja," ucap Rey.

"Kalo bapak laporin saya, saya laporin bapak udah nginjek sikat."

"Kalo saya masuk penjara, berarti kamu tinggal sama Chucky."

Dira melirik sekilas ke arah Rey dengan sinis.

"Lagian saya ga salah," ucap Rey.

"Sikatnya ga salah," balas Dira.

"Kamu yang salah," Rey menyeringai.

"Kok saya?"

"Kan emang kamu yang salah," ucap Rey.

"What?! Bentar.. kronologinya gini, bapak nginjek sikat. Yang salah siapa?"

"Siapa?" Rey mengerutkan dahinya.

"Bapak, kan bapak yang nginjek."

Rey membelalakkan kedua bola matanya, "korbannya?"

"Sikat, kan dia yang keinjek."

"Kan saya yang jatoh, berarti saya korban."

"No!" bantah Dira. "Bapak yang nginjek sikat, berarti bapak yang salah. Masalah bapak jatoh, itu bukan berarti bapak korban. Itu hanya nasib bapak. Disini tetap sikat yang menjadi korban," lanjutnya.

Rey mengerjapkan matanya. "Saya tetep korban disini, sikat juga."

Dira mengerutkan dahinya, ia melirik ke arah Rey sekilas. "Trus yang salah siapa? Saya?"

Rey menganggukan kepalanya, "hm."

"Kenapa jadi saya? Pak, ga boleh lempar batu sembunyi tangan loh." 

"Yang lempar batu sembunyi tangan itu kamu," ucap Rey.

"Mana ada, bapak jangan menuduh saya yang tidak-tidak ya."

"Coba sebutin kronologinya," ucap Rey.

"Bapak nginjek sikat, trus bapak jatoh. Korbannya sikat, pelakunya bapak."

"Coba dari awal," ucap Rey sembari menaik-turunkan kedua alisnya.

Dira mengerutkan dahinya, "masa saya sebutin dari saya bangun tidur?"

"Dari rebutan selang aja, kalo dari kamu bangun tidur kelamaan."

Dira memutar kedua bola matanya dengan malas, ia kemudian menyebutkan kronologinya. "Kita rebutan selangnya, trus bapak mundur, trus nginjek sikat, trus bapak kejengkang. Tamat," ucapnya.

"Dapet poinnya?"

Dira menganggukan kepalanya.

"Apa?"

"Bapak nginjek sikat trus kejengkang," Dira mengangguk-anggukan kepalanya dengan yakin.

"Gajah di pelupuk mata tidak tampak, sedangkan semut di seberang lautan tampak."

"Ga minus matanya," celetuk Dira.

"Bukan itu, Dira."

"Trus apa?"

Tak terasa, mereka sudah sampai di pantai. Dira memarkirkan mobilnya, sedangkan Rey menunggunya.

Setelah selesai, Dira menoleh ke arah Rey.

"Udah selesai?"

Dira menganggukan kepalanya.

"Duduknya ngadep sini," ucap Rey.

Dira mengerutkan dahinya, ia kemudian mengikuti perintah sang suami.

"Yak, lanjut."

"Kita rebutan selang," ucap Rey mendikte.

Dira menganggukan kepalanya, menatap Rey dengan serius. "Hm," gumamnya.

"Saya mundur," Rey kembali mendikte.

Dira kembali menganggukan kepalanya, "iya."

"Trus saya nginjek sikat sampe jatoh," ucapnya.

Dira menganggukan kepalanya, "bener."

"Jadi?"

"Bapak nginjek sikat," Dira teguh pada pendapatnya.

"Kenapa saya bisa nginjek?"

"Karna bapak mundur," ucap Dira.

"Kenapa saya mundur?"

"Karna-" Dira mengerutkan dahinya, ia kemudian mengerjapkan matanya.

"Karna..?"

"Karna bapak rebutan sama saya," ucap Dira sembari menaikkan kedua alisnya.

"Yang ngajak rebutan siapa?"

"Saya ga ngajakin rebutan, saya cuma refleks."

"Jadi yang salah siapa?"

Dira meneguk salivanya sembari berpikir sejenak. "Ehm.."

Rey menaikkan sebelah alisnya, "siapa?"

"Selangnya," jawab Dira sembari tersenyum.

Rey menghela nafasnya, "lempar batu sembunyi tangan."

"Ya.. saya kan juga ga bakal ngerebut kalo bapak ga nyemprot saya," protes Dira.

"Saya ga bakal nyemprot kalo kamu ga ngajak saya jadi gembel," ucap Rey.

"Ya ngajak jadi gembel doang, kan ga maksa."

"Kamu bilang biar sweet," ucap Rey.

Dira mengalihkan pandangannya, "ya.. hfft!"

Rey langsung menutup bibir Dira menggunakan telapak tangannya, menghentikan Dira mengucapkan kata-kata yang tidak masuk akal lagi.

Dira membelalakkan kedua bola matanya, menatap sang suami dengan terkejut.

"Udah, jadi makan gak?"

Dira hanya menganggukan kepalanya.

Rey segera melarikan tangannya dari wajah Dira.

"Huft.. bau surga," gumam Dira.

Rey kemudian membuka pintu mobilnya dan keluar, meninggalkan Dira yang masih di dalam mobil.

Dira mengambil satu masker di dalam laci dashboard, ia kemudian keluar dari mobil dan berjalan mendekati Rey.

"Pak Rey," ucap Dira sembari memberikan maskernya.

Rey mengerutkan dahinya, "ngapain?"

"Pake aja, takutnya ntar kita diciduk ama dosen sama mahasiswi cangtipnya bapak."

Rey menaikkan sebelah alisnya.

"Pake aja kenapa, ribet deh."

"Yang ribet kamu, emang kenapa kalo ketauan?"

"Ya.. kan ga lucu kalo ntar saya di teror sampe meninggal," ucap Dira. "Kalo ngereview makanan sampe meninggal sih saya mau," lanjutnya.

Rey menghela nafasnya, ia kemudian mengambil maskernya dan memakainya.

Dira menampilkan gigi ratanya, "nah.. kan makin ganteng."

Rey memutar kedua bola matanya. "Jadi makan ga?"

Dira menganggukan kepalanya, "jadi!"

Dira langsung melangkahkan kakinya, meninggalkan Rey di belakang.

10 menit berlalu..

Dira melahap bakso, yang di dalam mangkuknya hanya tersedia pentol dan kuahnya saja.

Rey menyipitkan matanya, menatap Dira dengan keheranan. "Sehatnya dimana kalo makan pentol sama kuahnya doang," ucapnya.

"Ya kan saya ga makan mi," ucap Dira.

"Sayurnya mana?"

"Saya ga diet," Dira kembali menyuap pentolnya.

Rey mengerutkan dahinya, "emang sayur cuma buat diet?"

"Diem deh Pak, berisik banget dari tadi."

Rey menaikkan sebelah alisnya, ada apa dengan Dira?

"Anindira.." bisik Rey meledek sang istri.

Dira melirik ke arah Rey dengan tajam, "kalo ga diem saya cium nih."

Rey terdiam mendengar ucapan Dira.

Selang beberapa detik, Dira menyodorkan satu sendok berisi satu pentol dan kuahnya ke arah Rey.

"Enak nih, recommended!"

Rey mengerutkan dahinya, "hm?"

"Buka maskernya, cobain deh."

Rey menggelengkan kepalanya, menolak suapan dari Dira.

Dira mengerutkan dahinya, "coba sekali aja."

"Engga, Dira."

"Aa," Dira mendekatkan sendoknya.

Rey kembali menggelengkan kepalanya.

"Bismillah, aa."

Rey memutar kedua bola matanya, ia kemudian menarik maskernya ke dagu dan sedikit membuka mulutnya.

"Ganteng," celetuk salah satu orang di warung tersebut.

Dira terdiam, menatap Rey dengan datar.

"Aa," ucap Rey.

Dira langsung menyuapkan pentolnya ke dalam mulut Rey dengan cepat, membuat Rey tersedak dan hampir saja menelan utuh pentol baksonya.

Uhuk..

Dira membelalakkan kedua bola matanya. "Astagfirullah," gumamnya.

Dira kemudian memberikan minumannya kepada Rey, dan Rey segera meminumnya.

"Sorry, Pak. Sorry," ucap Dira dengan khawatir.

Rey mengunyah pentol baksonya dan sesekali meminum es teh.

Setelah selesai, Rey menutup maskernya dengan cepat. Ia beralih menatap orang di depan meja mereka dengan datar.

Dira mengerutkan dahinya, ia ikut menoleh ke arah orang yang berdiri di hadapan mereka.

Seketika, ekspresi wajah Dira ikut berubah menjadi datar.

Orang yang berada di hadapan mereka adalah Riza dan seorang gadis.

"Hai, Dir." sapa Riza sembari menyeringai.

"Hm, hai."

"Berdua doang nih?"

Dira melirik ke arah Rey sekilas, ia kembali menatap Riza. "Di meja belakang rame," ucapnya.

Riza tersenyum, "boleh gabung disini?"

"Meja lain padahal masih banyak," ucap Dira sembari menampilkan senyum yang di buat-buat.

"Gapapa, disini juga masih muat dua orang kan?"

"Kalo udah tau ga usah nanya," ucap Rey dengan cepat.

Riza beralih menatap Rey, ia mengulurkan tangannya. "Pacar barunya Dira ya? Kenalin, gue Riza. Lo siapa?"

"Excuse me, pacar baru? Seumur-umur gue baru pacaran loh," ucap Dira sembari tersenyum.

"Kecuali yang ngaku pacaran baru gue pernah ngalamin," lanjutnya.

Riza mengalihkan pandangannya, dan menarik kembali tangannya. "Nama lo siapa?"

"Kenalin dulu dong pacar barunya.. Eh? Pacar baru, emang benerkan?" Dira menaikkan kedua alisnya.

"Oh.. kenalin, namanya Intan, kita baru jadian semalem."

"Gue nanya namanya doang kok, ga usah detail sampe ke tanggal jadian juga."

"Hm.. siapa tau tanggal jadiannya sama kaya tanggal jadian kalian kan?"

"Oh.." Dira terkekeh sembari mengangguk-anggukan kepalanya. "Ga mungkin," lanjutnya.

Rey dari tadi hanya menatap ekspresi Dira yang sedang bertahan untuk tetap tenang menghadapi Riza.

"Eh, ini beneran gapapa kan kalo kita gabung?"

"Ya.. terserah," ucap Dira.

Riza kemudian duduk dan menepuk-nepuk kursi di sebelahnya, "duduk sayang."

Intan kemudian duduk sembari tersenyum.

Dira meneguk salivanya, menahan agar tidak muntah mendengar ucapan fu*kboy di hadapannya saat ini.

"Udah pesen makanan?"

Dira menatap mengkuknya sejenak, "belom kayanya."

"Yaudah, pesen bareng."

Dira mengerutkan dahinya, "mata lo di colong kuyang apa gimana?"

Riza terkekeh, "becanda doang."

Bukannya ikut terkekeh, Dira malah melirik ke arah Intan yang tersenyum dengan canggung.

"Garing ya? Gapapa, ga ketawa juga ga dosa."

Intan menggelengkan kepalanya, "hehe kakak bisa aja."

"Serius, gapapa. Ga bakal di putusin kok, iya kan kak Riza?"

Riza menatap Dira, ia kemudian menganggukan kepalanya dengan ragu-ragu sembari tersenyum.

"Nahkan, kak Riza bukan fu*kboy kok. Jadi, ga usah takut di putusin. Biasanya juga paling bentar pacaran satu taun ya kan?" Dira menaikkan kedua alisnya sembari menatap Riza.

Bibir Rey membentuk seringaian di dalam maskernya, melihat kelakuan istrinya yang sangat niat memberikan Riza pelajaran.

"Ehm, iya.."

"Nah, berarti kalo putus juga masih lama. Kurang lebih masih sebelas bulan, dua puluh sembilan hari lagi. Santai aja," Dira tersenyum.

"Iya, kak." Intan ikut tersenyum.

"Ya udah, pesen makan aja dulu."

"Kakak mau apa?"

Dira menggelengkan kepalanya, "ga usah. Saya juga udah selese makan, jadi duluan ya."

"Loh, Dir? Ga ngobrol disini dulu?"

"Ehm.. ga bisa, maaf ya.. soalnya pacar gue orangnya ga suka banyak ngomong sama orang lain, maunya ngobrol sama gue doang." Dira melirik ke arah Rey sejenak.

Riza melirik ke arah Rey dengan sinis sekilas, ia kembali menatap Dira sembari menganggukan kepalanya.

"Oh.. oke," ucap Riza sembari tersenyum.

"Ya udah, kita duluan-"

"Bentar, namanya siapa? Belom kenal loh kita," ucap Riza.

"Namanya- ehm.. Arnand," Dira tersenyum.

"Oh, Arnand."

Rey hanya menganggukan kepalanya, membuat Dira sedikit lega.

"Ya udah, kita duluan. Ayo, sayang." Dira langsung menarik lengan Rey.

Setelah membayar dan keluar dari warung, Dira menarik Rey menuju bibir pantai.

"Gimana? Abis makan langsung ketemu mantan?" Rey meledek Dira.

Dira menoleh ke arah Rey, ia tersenyum simpul. "Rasanya, seperti Anda menjadi ironman."

Rey terkekeh mendengar ucapan Dira, membuat Dira kesal melihatnya.

"Ngeledek mulu, tau gitu tadi pas keselek ga saya kasi minum."

"Saya minta tolong sama yang bilang saya ganteng tadi," Rey menaikkan sebelah alisnya.

Dira mengerutkan dahinya, "genit!"

Rey tersenyum. "Tapi.. Arnand siapa?"

"Selingkuhan saya," ucap Dira dengan cepat.

Rey mengerutkan dahinya.

"Nama panjangnya mau tau siapa?"

Rey mengalihkan pandangannya, "siapa?"

"Abraham Reynand," Dira kemudian terkekeh.

"Ga, mana ada nama di singkat."

"Saya maunya di singkat, kenapa? Ga terima?"

Rey menggelengkan kepalanya, "engga."

"Tapi, saya mau pake namanya boleh?"

Rey melirik ke arah Dira, "buat apa? Buat nyamar?"

Dira menggelengkan kepalanya, "bukan."

"Trus buat apa?"

"Kepo," ucap Dira sembari tersenyum.

"Nama saya, ya saya harus tau."

"Bukan tuh," bantah Dira.

"Trus nama siapa? Nama selingkuhan beneran?"

"Istighfar, banyak ngucap. Jangan kaya gatau agama lu," ucap Dira sembari memelototi Rey.

Rey menghentikan langkahnya, menahan lengan Dira dan membuat Dira ikut menghentikan langkahnya.

"Astagfirullah, udah. Nama siapa? Saya udah positif thinking," ucap Rey sembari menunggu jawaban Dira.

"Bayar apa dulu nih," Dira menaik-turunkan kedua alisnya.

"Es krim?"

"Berapa?"

"Terserah kamu berapa," ucap Rey.

Dira tersenyum, ia kemudian mengulurkan jari kelingkingnya.

"Janji dulu," ucapnya.

Rey menghela nafasnya, ia kemudian mengaitkan jari kelingking mereka sejenak.

"Oke," ucap Dira sembari menganggukan kepalanya.

"Siapa?"

"Nama.." Dira menggantung ucapannya.

Rey mengerutkan dahinya, "buruan."

"Ga boleh maksa," protes Dira.

Rey kembali menghela nafasnya, ia kemudian menganggukan kepalanya.

"Hm," gumam Rey.

"Nama.."

Rey memutar kedua bola matanya, ia kemudian melepaskan genggamannya pada lengan Dira dan kembali melangkahkan kakinya.

"Lama," gumamnya.

Dira terkekeh, ia kemudian berlari kecil mengikuti langkah Rey.

"Iya, serius nih. Nama Arnand mau saya pake buat.." Dira melirik ke arah Rey yang sudah tidak tertarik.

"Arnand mau saya pake buat nama anak saya, bagus nggak?"

Rey menghentikan langkahnya, ia menoleh ke arah Dira sembari mengerjapkan kedua matanya.

"Gimana?"

"Anak siapa?"

"Anak saya, bagus nggak?"

"Anak kamu sama siapa dulu nih?"

"Ya sama Pak Rey lah, emang sama siapa lagi? Ato bapak mau saya nikah lagi?"

Rey menatap Dira dengan tajam, "kamu mau nikah lagi?"

"Ya kalo ada yang mau, kenapa enggak?"

Rey mengerutkan dahinya, ia langsung menarik tubuh Dira dan melingkarkan kedua lengannya di pinggang Dira.

"Sini, nikah sama saya lagi."

Dira mengerutkan dahinya sembari menahan tawa. "Tapi saya ga mau sama om," ucapnya.

Rey menaikkan sebelah alisnya, "harus mau."

"Ga mau di paksa om," ucap Dira sembari menggelengkan kepalanya.

"Jadi, kamu ga mau sama saya?"

Dira menggelengkan kepalanya sembari mencebikkan bibirnya. "Engga," ucapnya.

"Kenapa?"

"Om nya ketuaan, gimana dong?" Dira menahan tawanya.

"Kalo kamu ga mau saya punya rambut, saya bisa botak. Kalo kamu ga mau saya kurus, saya bisa usaha gemukin badan. Tapi, kalo kamu ga mau saya tua, gimana caranya saya mudain umur?"

"Hahahahahah, usaha dong. Kata orang cinta harus di perjuangin," Dira tertawa meledek sang suami.

"Ya udah, pendekin umur gimana?"

"Meninggal dong, hahahahahah."

"Kan, doa nya ga ada yang bener."

"Katanya mau mendekin umur, ya meninggal solusinya." Dira kembali tertawa.

"Ntar kalo meninggal, nama anaknya bukan Arnand lagi dong."

"Emang kenapa?"

"Kan nama Ayahnya bukan Abraham Reynand," ucap Rey.

"Ya saya cari yang namanya Abraham Reynand lagi," Dira terkekeh.

"Ga ada, yang nama Abraham Reynand cuma saya. Limited edition," Rey tersenyum.

"Dih, gampang. Ntar pas nikah sama Zayn Malik bikin tumpeng ganti nama jadi Abraham Reynand," Dira menampilkan gigi ratanya.

Rey mengangguk-anggukan kepalanya.

"Nahkan, positif thinking banget kan Pak Rey."

Rey tersenyum, "masih berpikir aja. Zayn Malik punya dosa apa sampe berjodoh sama kamu yang gada akhlak ini."

Dira membelalakkan kedua bola matanya, ia mencubit lengan Rey dengan keras.

"Akh," gumam Rey sembari mengerutkan dahinya.

"Emang bapak punya dosa apa sampe berjodoh sama saya?"

Rey mengerutkan dahinya, sedangkan Dira langsung melepaskan pelukan Rey pada pinggangnya.

Sebelum Rey berhasil menjawab pertanyaannya, Dira langsung menghentikannya.

"Udah diem, saya tau kok."

"Apa?"

Dira mengangguk-anggukan kepalanya, "karna bapak sama gada akhlaknya sama saya. Hahahahah," ucapnya sembari berlari menjauh dari Rey.

Rey membelalakkan kedua bola matanya, ia kemudian berlari mengejar Dira yang meledeknya.

"Pak Rey gada akhlak! Hahahahah."

"Anindiraaaa," Rey mengejar Dira.

"Hahahahah, jangan om! Saya masih imut, tolong! Hahahahahah."

Rey ikut tertawa sembari mengejar Dira.

HAIHAIHAIII!
JANGAN LUPA VOTE AND COMMENT!

GIMANA PART INI?

INI UDAH 2900+ KATA, HAMPIR 3000 GAIS:').

MAAF BARU BISA UP:).

PUNYA MASUKAN BUAT PART SELANJUTNYA? KOMEN GAIIS! MAKASII><

Jangan lupa ss, tag rahma_niida di sg! Insya Allah, Author repost🖤.

BYE, MAU SCROLL TIKTOK LAGIII AWOWKOWKWOWK.

JANGAN LUPA BACA JUGA MHIME 1 &2!><

JANGAN BOSEN, YA!

SEE U!

Continue Reading

You'll Also Like

747K 57.6K 104
[END] "Gara - gara TOD Hangyul, gue beneran nikah sama ketos galak." "Sekali kamu pacaran, penghulu papa panggil!" Bagaimana jika TOD membuat hidup...
16.4M 518K 69
APA JADINYA SEORANG MURID NIKAH DENGAN KEPALA SEKOLAHNYA? SEKALIGUS YANG MEMPUNYAI YAYASAN Amel Putri Pratama -----> Wanita SMA yg bersekolah di SMA...
6.6K 357 35
β€’ ini tentang kisah dua insan berada di dua persimpangan yang berbeda. Aku yang mencintaimu dan kamu tidak. β€’ "takdir telah memisahkan kita, takdir...
31.9K 2.4K 28
"Umar, aku tahu aku ga pantes buat kamu karna kelakuanku yang seperti ini. Tapi, apa kamu bakal mencintai dia karna dan melupakan aku?". Tanya Sella...