Only You [Sequel of My Bad Bo...

Por moonyyblue

1.1M 91.5K 18.8K

Hanya kamu. Mungkin itu yang bisa Fathan katakan, setelah memutuskan hubungannya dengan Andra. Nyatanya, hati... Más

Roleplayer
Apa Kabar?
Cara
Egois?
Cuma mantan.
Malaikat Penolong
She's yours?
Hai.
Musuh baru.
Kali Kedua
Can we?
Speechless
Dinner
We vs Everybody
How?
Fighting!!!
First.
Don't touch her.
The truth
Imagine
Quality Time
You're not alone
Let me
Calm down.
Stay away.
Second lead.
My Turn.
I cant.
I know you.
Never.
Unhappy.
Family.
Be mine?
Rules
See you soon.
Special.
Liar.
Again?
Promise.
Start now.
Graduation
New life.
Obsession
Late.
Takdir
All Good Day.
The Day
Trust.
Reminder.
Back to you
BFF.
It's life.
Fix it

Who's wrong?

7.7K 1K 160
Por moonyyblue

Bahkan sampai sekarang, kamu masih belum bisa ngerubah cara berpikir kamu.

~~~

Besok adalah hari yang Andra tunggu-tunggu. Semua barangnya sudah di persiapkan sejak beberapa hari yang lalu. Sekarang ia sedang belajar sambil melakukan video call dengan Fathan.

"Barang-barangnya udah siap? Ngga ada yang lupa kan?"

Andra menghela, "Kamu udah nanyain ini empat kali loh than."

"Ya kan mastiin aja."

"Kamu sendiri gimana? Besok TO bukannya belajar."

"Udah kok tadi. Nanti malem lagi."

"Kok malem-malem?"

"Gapapa, sekarang vc dulu sama kamu. Tiga hari kedepan kan bakalan susah komunikasi, nanti kangen."

"Ya ampun than.. cuma tiga hari loh padahal."

"Ngga cuma aku kan yang kaya gini? Kemaren juga-temen kamu sampe nginep juga."

Memang, hari Jumat dan Sabtu kemarin Rosa dan Tania meminta untuk menginap di rumah Andra. Untungnya Om Andre dan Tante Nadia juga tidak masalah dengan itu. Hanya saja Nuel langsung mengomel saat mereka bertiga bertingkah heboh di kamar.

Andra sendiri juga bingung padahal ia hanya akan pergi tiga hari, tapi semua orang seperti sangat akan merindukannya.

"Malah besok ngga bisa nganterin lagi."

"Mau gimana lagi? Papa, mama, sama kak Nuel mau ikut nganterin. Besok kita ketemu di sek-"

"Iyalah harus, pokoknya sebelum kamu naik bis kita harus ketemu dulu."

Andra tertawa kecil, "Iya-iya."

"NDRA.. TIDUR.. BESOK BANGUN LEBIH PAGI LOH..." teriak Nuel tiba-tiba.

"Iya kak.." jawab Andra.

"Yaudah, istiraha gih. Jangan lupa berdoa dulu supaya besok lancar ya."

"Iya, kamu juga berdoa biar TO besok lancar."

"Lancar lah pasti."

"Hus ga boleh sombong."

"Hehe, iya. Yaudah, selamat tidur ndra, jangan lupa mimpiin aku."

"Iyaa than, good night."

"Night too baby."

Pip.

Andra kemudian membereskan meja belajarnya, memasukan buku latihannya kedalam tas yang besok ia bawa. Kemudian ia merebahkan tubuhnya di kasur dan menarik selimutnya.

"Semoga besok semuanya lancar," ucapnya kemudian langsung memejamkan mata.

***

"Barangnya udah di cek semua kan? Ngga ada yang lupa?" tanya Tante Nadia sambil menyiapkan sarapan.

Andra menggeleng, "Ngga ada ma, udah aku cek dari kemaren kok."

"Kamu udah siap kan? Harus menang loh, kan-"

"Papa apaansih? Andra jadi finalis aja udah bagus kok," sekat Nuel sinis.

"Ya tapi kan bakalan lebih bagus lagi kalau Andra bisa menang, bisa nambahin prestasi dia, dan papa juga bisa pamer nanti ke temen-temen papa," balas Om Andre.

Nuel berdecak, ternyata papanya memang masih seegois ini.

"Udahlah pa, gausah nambahin beban Andra."

"Kamu kenapa sih el? Papa kan cuma-"

"Udah-udah. Pa, kak, Andra bakal berusaha kok nanti. Kalian semua pokoknya doain Andra aja, ya?" sekat Andra sebelum berdebatan papanya dan Nuel semakin besar.

Sedangkan di lain tempat, Randy sedang menyantap sarapannya. Sendirian. Memang sudah menjadi rutinitasnya, tapi setiap ia akan menjalani sebuah aktivitas khusus seperti sekarang ini, ia sangat merasakan sepi.

"Pasti nanti pada di anterin ortu, disemangatin segala macem. Sedangkan gue? Nyokap bokap aja cuma iya-iya doang," ucap Randy meratapi keadaannya.

Kemudian ia menghela nafas dan menggelengkan kepalanya, "Nggak, gue harus bersyukur seenggaknya gue masih punya orang tua."

***

Andra sudah sampai di sekolah. Keadaan sekolah masih sepi karena jam masih menunjukkan pukul 5.30, tapi ternyata Fathan, Satya, Budi, Rosa, dan Tania sudah datang. Mereka memang sengaja datang lebih awal juga agar bisa bertemu dengan Andra, terutama Fathan.

"Pokoknya nanti disana harus sering ngechat ya ndra, gamau tau lo harus ngabarin kita gimana keadaan disana," celoteh Rosa.

"Iya, jangan sampe lupa," tambah Tania.

"Wah, kapan ya gue bisa ikut olimpiade kaya lo? Ngga kebayang deh ntar kalo sampe lo nikah sama Fathan anak lo berdua bakal sepinter apaan," ucap Budi asal.

"Yang pasti ngga kaya lo," sahut Satya.

"Masih pagi udah nambah dosa aja lo sat."

"Loh, kenyataan."

"Bacot lo berdua," sinis Fathan.

Andra bahkan sampai tidak sempat merespon perkataan mereka satu persatu. Tapi ia senang karena mempunyai teman-teman yang beragam sifatnya.

"Yaudah ndra, semangat ya. Kita pasti doain lo kok dari sini," ucap Rosa tiba-tiba.

"Oiya, hampir lupa. Kemaren gue sama Rosa beli ini supaya lo semangat."

Tania tiba-tiba menyodorkan sekantung cokelat yang sangat banyak, mereka juga menuliskan note kecil disana. "SEMANGAT YA NDRA. SAYANG ANDRA❤️."

"Ya ampun kalian lucu banget sih."

Andra kemudian memeluk kedua temannya itu, ia merasa sangat beruntung mempunyai teman seperti mereka.

"Mau peluk juga," sahut Budi.

"Heh!" cegah Fathan dan Satya bersamaan.

Fathan sebenarnya tidak mau merusak suasana haru di depannya ini, tapi ia juga memerlukan waktu untuk bisa bicara dengan Andra.

"Gantian, gue juga mau ngomong sama Andra berdua."

Mereka semua langsung menoleh ke asal suara. Sontak Andra, Rosa, dan Tania langsung melepaskan pelukan mereka.

"Yaudah ndra, ati-ati ya. Jangan lupa cerita nanti disana ngapain aja," ucap Rosa.

"Iya, SEMANGAT!!" tambah Tania.

Andra mengangguk dan tersenyum, "Makasi ya."

"Yaudah yuk."

Fathan langsung mengambil alih pacarnya itu. Ia membawa Andra sedikit menjauh dari teman-temannya agar bisa lebih leluasa.

"Aku.. ngga ngasih makanan apa-apa ke kamu," lirih Fathan dengan wajah bersalah.

"Ehh apaansih, emangnya harus? Kamu juga kan udah sering ngasih aku makanan," bantah Andra.

"Tapi itu temen-temen kamu ngasih, masa aku-"

"Sstt," Andra menempelkan satu jarinya di depan bibir Fathan.

"Kamu disini aja udah lebih dari cukup," lanjutnya.

Fathan kemudian tersenyum, lalu ia segera melepaskan hoodie yang ia pakai sekarang ini.

"Kamu bawa ini ya," ucap Fathan sembari menyodorkan hoodienya itu.

Andra menerimanya dengan wajah bingung.

"Supaya kamu tetep ngerasa aman. Kalo kedinginan juga pake ini aja," jawab Fathan seakan tau isi kepala Andra.

Andra tertawa kecil, gemas sekali dengan perlakuan laki-laki di depannya ini.

"Makasi ya than."

Fathan mengangguk, lalu ia mendaratkan tangannya dipuncak kepala Andra dan mengusapnya, "Ati-ati ya disana. Jangan banyak ngobrol sama orang asing. Jangan lupa makan. Belajarnya gausah serius-serius nanti pusing. Menang ataupun ngga itu bonus, seenggaknya kamu udah sampe di titik sekarang."

"Iya than. Kamu juga semangat TO nya, yang teliti, jangan buru-buru. Jangan apalagi ya? Mau bilang jangan main sama cewe lain juga kamu ngga pernah," bingung Andra.

Fathan tertawa kecil, "Berapa kali aku bilang? Kamu udah lebih dari cukup, ngga perlu lirik yang lain lagi."

"Iya-iya. Yaudah kalo gitu aku ke bis sekarang ya."

Fathan mengangguk, "Iya. Jangan lupa kabarin nanti."

Andra hanya mengangguk kemudian melambaikan tangannya dengan senyumannya yang sangat manis.

"Ati-ati ya, sayang," batin Fathan sambil menatap Andra yang semakin menjauh dari pandangannya.

***

Mereka sudah sampai di tempat olimpiade satu jam yang lalu. Semua barang bawaan mereka sudah di tinggalkan di barak. Sekarang mereka akan melaksanakan upacara pembukaan kegiatan.

"Ehh sumpah pokoknya lo jangan jauh-jauh ya dari gue, gue takut ntar salah sekolah," ucap Safira, teman satu olimpiade Andra.

Andra tertawa kecil, "Iya-iya, lo juga jangan suka nyelonong gitu aja makanya."

"Kita gabung sama anak cowo aja gimana? Mereka kan tinggi tuh, jadi gampang nyarinya," saran Safira.

"Mau sih, tap-"

"Udah ayoo."

Andra belum selesai menjawab, tapi Safira sudah menariknya terlebih dahulu.

"RAN, DO!" teriak Safira sambil melambaikan tangannya.

"Ehh sini-sini," balas Aldo sambil mengayunkan tangannya.

Seketika Randy menjadi diam seribu bahasa. Tadinya dia sudah banyak bicara dengan Aldo, tapi saat melihat Safira dan Andra mendekat, semuanya langsung berubah.

"Kemana aja lo? Jangan mencar-mencar, kan harus satu barisan," kesal Aldo.

Safira meringis, "Hehe, iya sorry. Tadi gue minta temenin ke toilet."

Hanya Safira dan Aldo yang banyak bicara, sedangkan Andra dan Randy sibuk dengan dunianya masing-masing. Andra sibuk mengutak-atik ponselnya, sedangkan Randy berusaha untuk menahan perasaannya.

"Eh, lo berdua kok diem aja sih? Ngga ngobrol? Kan kalian sekelas," heran Safira yang sadar akan kecanggungan Andra dan Randy.

Aldo menyenggol pundak Randy, "Lo takut ketauan Fathan ya Ran?"

"H-hah? Ngga lah. Lagian juga lagi ngga mau ngobrol," bantah Randy.

"Kalian juga kok keliatan akrab banget, sekelas?" tanya Andra berusaha mengalihkan topik.

Safira menggeleng, "Kita dulu satu sekolah waktu SMP. Sekarang juga satu sekolah si, tapi beda jurusan."

Andra hanya manggut-manggut.

Randy berharap ia bisa leluasa mengobrol dengan Andra seperti Safira dan Aldo. Sebenarnya ia bukan tipe orang yang sulit memulai obrolan, tapi ia hanya berusaha menahan diri agar tidak melewati batas.

***

"Baru TO aja udah mau pingsan gue, gimana ujian nanti ya?" ucap Budi meratapi nasibnya.

"Sebenernya isi otak lo apaansi bud? Heran gue," sahut Satya.

"Mau sampe kapan gini terus?" tambah Fathan.

"Yaelahh, nilai gue sekarang ngga akan berpengaruh sama masa depan gue. Buktinya, yang udah sarjana juga masih banyak yang jadi pengangguran," bantah Budi.

"Serah lo deh," jawab keduanya.

Fathan sejak tadi sudah merasa tenang. Andra sudah sampai di tempat olimpiade dan sekarang sedang melaksanakan upacara pembukaan, sudah pasti ia tidak bisa memainkan ponselnya. Tapi setidaknya tadi Andra sudah sempat memberinya kabar.

"Oiya, Andra gimana? Udah sampe?" tanya Satya sambil menyeruput minumannya.

"Udah, sekarang lagi upacara pembukaan katanya."

Budi berdecak kagum, "Beruntung banget si lo bisa dapetin dia than. Cakep, kalem, pinter lagi. Udah kaya martabak, spesial."

Fathan menghela, "Justru itu yang bikin gue takut kadang. Cowo kaya gue apa pantes buat dia?"

"Dih? Buta lo mata lo? Lo ganteng gini, pinter, kaya. Kurang apaan lagi?" kesal Satya.

"Secara fisik, iya. Secara sifat? Gue ragu. Lo tau sendiri gue gimana."

Budi menepuk-nepuk pundak Fathan, "Yaudah, seenggaknya jalanin dulu yang sekarang. Lagian juga lo sama Andra kan adem ayem aja, tinggal usaha dapetin restu dari camer galak alias Om Andre."

"Lo semua emang paling ngerti gue," balas Fathan sambil tersenyum haru.

3 hari kemudian.

Hari ini hari terakhir kegiatan olimpiade. Hasilnya akan diumumkan sebentar lagi. Setelah itu sorenya mereka akan langsung perjalanan pulang.

Sudah banyak kegiatan yang mereka lakukan. Tidak hanya mengerjakan soal olimpiade, tapi juga bermain outbound, mengunjungi Laboratorium Bahasa dan Sastra dan yang terakhir adalah api unggun. Selain itu mereka juga diberikan banyak makanan. Andra merasa berat badannya sedikit bertambah.

"Tibalah saat yang ditunggu-tunggu. Kita akan mengumumkan siapa saja murid-murid terbaik yang telah mengikuti olimpiade kali ini," ucap pembawa acara di atas panggung.

"Sumpah deg-deg an banget woi," ucap Safira sambil menggenggam tangan Andra.

"Iyaa sama, sekolah kita menang ngga ya?" balas Andra.

"Gue pasti menang si," sahut Aldo percaya diri.

"Dih, pede banget lo," bantah Randy tidak terima.

Andra terlihat sangat gugup. Ia takut jika ia tidak memenangkan olimpiade kali ini. Mengingat Om Andre sangat memaksa jika ia harus menang kali ini, Andra jadi merasa tertekan.

"Baik, kita akan mulai dari juara harapan dua. Di menangkan oleh..."

"Mutiara dari SMA PELITA SATU.."

Suara ricuh langsung terdengar dari gerombolan SMA Pelita Satu. Kemudian anak yang disebutkan tadi naik ke atas panggung.

"Oke, kita akan berlanjut ke juara harapan satu. Di menangkan oleh..."

"Rifaldi dari SMA HARAPAN BANGSA.."

Suasana yang sama langsung terjadi dari gerombolan SMA Harapan Bangsa.

Andra semakin tegang, sudah hampir juara tiga tapi namanya belum disebut juga.

"Duh.. gimana nih," panik Andra.

"Tenang dulu ndra.. kan belom semua diseb-"

"Safira Anisa dari SMA NUSA SATU.."

"AAAAAA!"

Safira dan Andra langsung berteriak dan berpelukan, kemudian Safira naik ke atas panggung dengan sangat antusias. Dibalik itu semua, Andra menahan air matanya yang mau menetes. Kesempatannya untuk menang semakin kecil.

"Ndra?" panggil Randy yang sadar akan gerak-gerik Andra.

Andra menoleh, "Eh- iya ran?"

"Gausah panik, masih ada dua nama lagi kok-"

"Muhammad Rafi dari SMA CITRA.."

Juara dua sudah di ucapkan. Seketika Andra langsung menangis cukup kencang. Untungnya suasana disana ramai, jadi orang-orang tidak terlalu peduli.

"Ehh jangan nangis ndra," panik Randy yang segera mencari tisu.

"Ngga Ran, gue ngga bakal menang. Udah mau juara satu dan gue ngga yakin," rengek Andra.

"Sstt, lo ngga boleh pesimis gitu. Kita dengerin dulu ya."

"Dan inilah yang ditunggu-tunggu. Juara satu olimpiade bahasa, jatuh kepada.."

Musik pengiring terdengar semakin kencang, membuat semuanya semakin penasaran. Dan ternyata..

"SELAMAT KEPADA RANDY ADITYA PRADANA DARI SMA NUSA SATU.."

Randy dan Andra terkejut kemudian menoleh bersamaan. Randy jadi merasa bersalah, tidak ada perasaan senang sama sekali. Apalagi melihat mata Andra yang semakin memerah itu, pertanda Andra akan menangis lebih hebat dari yang tadi.

Aldo menepuk-nepuk pundak Randy, "Ran itu maj-"

"Bisa gantiin gue ngga?" sekat Randy.

"Hah serius lo?" bingung Aldo.

"Iya, nanti gue bagi hadiah uangnya ke lo. Udah buruan."

Aldo langsung berlari menuju panggung dengan semangat. Sedangkan Safira yang sudah terlebih dahulu di panggung merasa bingung.

"Ndra.." panggil Randy yang kemudian mengambil duduk disebelah Andra.

Andra menunduk, tangannya mencengkram roknya sangat kuat. Wajahnya tertutup oleh rambut, tapi beberapa saat kemudian terlihat air matanya menetes.

"Hei.. ndra? Jangan nangis, lo-"

"Kenapa lo ngga maju ran?" sekat Andra dengan suara lirih.

Randy menggeleng, "Gue ngga bisa ngeliat lo sedih kaya gini, gue ngga mau ninggalin lo di saat kaya gini. Gapapa, kan udah di wakilin sama Aldo."

"Tapi ngga seharusnya lo disini, lo harusnya di panggung sana. Foto sambil bawa piagam, piala, terus-"

"Lo lebih penting dari semua itu ndra," sekat Randy sambil memegangi pundak Andra.

"Please jangan nangis lagi. Lo udah hebat banget bisa sampe sini. Dari sekian banyaknya anak yang mau ikut olimpiade, lo udah lolos. Jangan sedih, ya?" ucap Randy sambil mengusap-usap pundak Andra, berusaha menenangkan gadis di depannya itu.

Iya, mereka memang terlihat sangat dekat sekarang. Tapi Randy sama sekali bukannya mau mengambil kesempatan, ia benar-benar hanya ingin menenangkan Andra. Mana mungkin ia bisa berbahagia di panggung sana sedangkan wanita yang ia sukai harus menangis sendiri disini?

Tapi ternyata dibalik ini semua..

***

Stefanii_01 ingin mengirimkan pesan.

Fathan yang sedang makan langsung menyipitkan matanya setelah melihat notifikasi dari instagramnya. Belakangan ini sudah jarang orang yang ingin mengiriminya pesan, mungkin karena mereka sudah lelah melihat postingan bucin dirinya dengan Andra. Tapi pesan yang satu ini membuat Fathan penasaran, nama Stefani juga terdengar asing.

"Di sekolah kita ada yang namanya Stefani?" tanya Fathan tiba-tiba.

Budi dan Satya berpikir sejenak.

"Ngga ada si kayanya, gatau kalo adek kelas," jawab Satya.

"Kenapa emangnya?" tanya Budi.

"Ada yang tiba-tiba dm."

Fathan kemudian memilih membuka pesan tersebut dari pada harus menahan rasa penasarannya, hitung-hitung sebagai bahan leluconnya dengan Satya dan Budi nanti.

Tapi semua itu langsung ditepis dari pikiran Fathan. Matanya langsung melebar saat melihat pesan yang dikirim.

"Bangsat!"

BRUAK!

"Anj-"

"Hehh mulut lo!" sekat Satya.

Mereka berdua kaget. Ralat, tidak hanya mereka berdua tapi seisi kantin.

"Lo kenapa si anjir?" bingung Satya.

Fathan langsung membanting hpnya kedepan Satya dan Budi. Mereka pun langsung melihat isi pesan si Stefani tersebut. Dan ternyata itu adalah foto Andra dan Randy tadi. Jelas mereka tidak perlu bertanya kenapa Fathan bisa meledak seperti ini.

"Than sabar than, mungkin-"

"APA?!"

"J-jangan gitu than. Dengerin dulu penjelasan dari Andra nanti," sahut Budi terbata.

"Tu anak dibiarin ngelunjak. Liat aja pulang nanti, gue pastiin dia ngga bakal bisa muncul lagi kesekolah."

"Than!" panggil Satya dan Budi.

Fathan langsung meninggalkan kantin begitu saja. Nafasnya begitu menggebu-gebu dan tangannya juga masih terus mengepal.

"Anjir, lagian siapa si Stepani Stepani itu? Bikin rusuh aja," kesal Budi sambil mengikuti Fathan.

"Lagian itu kenapa coba bisa sampe si Randy Randy itu kaya gitu?" heran Satya.

Fathan ternyata berusaha menghubungi Andra, tapi tidak dijawab. Tentu saja karena acara disana belum selesai dan mungkin Andra masih belum bisa mengontrol emosinya.

***

Sekarang Andra sedang diperjalanan pulang. Kurang lebih satu jam lagi mereka sampai. Andra memang sudah tidak menangis, tapi ia juga masih belum bisa ceria. Safira yang duduk disampingnya bahkan merasa tidak enak. Walaupun memang dalam perlombaan pasti akan ada yang menang dan kalah, tapi ia tidak menduga respon Andra akan seperti ini.

Sedangkan Randy? Ia sama murungnya dengan Andra. Harusnya dia berbahagia, membawa pulang piagam dan piala, serta uang tunai senilai 10.000.000 rupiah. Tapi ternyata setengah uangnya itu sudah ia berikan kepada Aldo seperti janjinya tadi. Ia benar-benar merasa bersalah pada Andra, walaupun sebenarnya memang ini bukan salah siapa-siapa. Tapi jika ia bisa, ia ingin menukar posisinya sekarang dengan Andra.

Belum lagi, ia belum tahu apa yang sedang menantinya dibsekolah sekarang ini.

Fathan❤️

Gimana?

Udah sampe mana?

Kok ngga jawab ndra?

Ada cerita apa hari ini?

Andra

Bentar lagi sampe than

Ngga gimana-gimana

Jgn dibahas dulu ya, nanti kalo udh sampe rumah aku cerita

Disebrang sana, Fathan sebenarnya bingung dengan respon Andra yang tidak seperti biasanya. Ia ingin bertanya tentang pengumuman olimpiade tadi, tapi setelah mengingat itu semua ia justru semakin mengingat Randy.

"Awas aja lo," ucap Fathan sambil memasukan ponselnya ke saku.

"Udah than, jangan emosi dulu. Lo kan belom tau cerita yang benernya," bujuk Satya.

"Tau lo. Lagian juga kayanya Andra lagi sedih tuh, dari pada lo ribut mending lo pikirin Andra," tambah Budi.

"Gabisa. Gue harus bener-bener selesein urusan gue sama Randy. Harus."

***

Bus SMA NUSA SATU telah sampai. Mereka turun satu-persatu dan menunggu jemputan masing-masing. Andra memang di jemput oleh Nuel, tapi ternyata Fathan masih ada di sekolah. Tentu saja untuk menyelesaikan urusannya.

"Loh than kok disini? Aku kan di jemput kak Nuel," bingung Andra saat Fathan berjalan mendekatinya.

Fathan tersenyum, "Gapapa. Mau liat kamu aja. Kangen. Jadi, hari ini beneran ngga ada cerita apa-apa? Belum mau ngomong?"

"Aku.. ngga men-"

Ucapan Andra terhenti saat Fathan justru meninggalkan dirinya dan berjalan menuju bus. Ternyata Randy baru saja turun dari sana.

"Sialan lo!"

BRUAK!

"FATHAN!"

Randy terjerembab kebelakang bersamaan dengan barang bawaannya. Beberapa anak yang ada disana langsung mundur untuk menghindar dan pergi mencari guru.

"APA-APAAN SIH LO!" kesal Randy sambil mengusap kasar ujung bibirnya.

"Fathan kamu kenapa sih?!" kesal Andra juga.

"KAMU YANG KENAPA!" bentak Fathan.

"Bisa-bisanya ngga ngomong, susah ya buat kamu jujur?" lanjut Fathan.

"Dan lo," Fathan menunjuk Randy. "Lo ngga bisa dibiarin."

Fathan kemudian kembali ingin menonjok Randy, Andra sudah berusaha menghentikannya tapi tenaganya tidak cukup kuat. Beberapa anak yang melihat bahkan tidak berani mendekat.

"FATHAN STOP ATAU KITA PUTUS!"

Saat itu juga Fathan langsung menghentikan gerakannya. Ia mematung. Berusaha mencerna kata-kata yang ia dengar tadi.

"Harus di ancem dulu baru berenti, iya?" tanya Andra sambil menaikan sebelah alisnya.

"Kamu ngomong apa tadi?" tanya Fathan balik.

"Kamu kenapa sih ngga bisa ngertiin posisi aku? Kenapa?" rintih Andra kemudian menangis.

"Kamu bahkan belum sempet denger omongan aku tadi tapi kamu udah sembarangan mukul anak orang yang bahkan ngga salah apa-"

Fathan tertawa remeh, "Ngga salah kamu bilang?"

"IYA! RANDY NGGA SALAH," jawab Andra penuh penekanan. "Dia cuma berusaha nenangin aku, ngga lebih. Dan bahkan dia rela untuk ngesampingin kepentingan dia. Sedangkan kamu yang pacar aku? Lebih mentingkn ego kamu?" lirih Andra.

"Bahkan sampai sekarang, kamu belum bisa ngerubah cara berpikir kamu?"

Andra mengucapkan kata-kata yang sangat menusuk bertubi-tubi. Fathan yang dihujami perkataan tersebut hanya bisa diam. Tidak bisa membantah karena ia memang bersalah saat ini. Ia tidak mencoba mendengarkan penjelasan Andra, bahkan disaat seperti ini harusnya ia menyemangati Andra.

Ia jadi teringat ucapan Budi tadi. Bahkan Budi masih bisa mengerti hanya dengan membaca balasan chat dari Andra tadi.

"Ndra maaf," pinta Fathan sambil menggenggam tangan Andra.

Tapi Andra melepaskannya, "Aku kecewa than."

Yeaayy update
Wah panjang banget sih ini sampe 3000 kata 😭
Maaf ya kepanjangan..
Part selanjutnya bakal aku up hari minggu.
Kira-kira Fathan sama Andra bakal gimana ya?
Yaudah pokoknya tungguin aja.
Vote yang banyak yaa
Jangan lupa, jaga diri. ❤️❤️

Seguir leyendo

También te gustarán

RAYDEN Por onel

Novela Juvenil

3.7M 226K 68
[Follow dulu, agar chapter terbaru muncul] "If not with u, then not with anyone." Alora tidak menyangka jika kedatangan Alora di rumah temannya akan...
812K 58.3K 34
Aneta Almeera. Seorang penulis novel legendaris yang harus kehilangan nyawanya karena tertembak oleh polisi yang salah sasaran. Bagaimana jika jiwany...
3.7M 175K 64
[SEBELUM BACA YUK FOLLOW DAN VOTE SETIAP CHAPTER SEBAGAI BENTUK PENGHARGAAN BUAT AUTHOR YANG CAPE CAPE MIKIR ALURNYA, YA WALAU MUNGKIN ADA YANG GAK M...
ALZELVIN Por Diazepam

Novela Juvenil

4.7M 274K 33
"Sekalipun hamil anak gue, lo pikir gue bakal peduli?" Ucapan terakhir sebelum cowok brengsek itu pergi. Gadis sebatang kara itu pun akhirnya berj...