I'm The Queen of Demon Kingdo...

By aristaptr

915K 82.7K 1K

Crystal Valleriyn Ainsley, seorang gadis yang sangat cantik dan ceria. Crystal tidak mengetahui siapa orang t... More

Part 1
Part 2
Part 3
Part 4
Part 5
Part 6
Part 7
Part 8
Part 9
Part 10
Part 11
Part 12
Part 14
Part 15
Part 16
Part 17
Part 18
Part 19
Part 20
Part 21
Part 22
Part 23
Part 24
Part 25
Part 26
Part 27
Part 28
Part 29
Part 30
Part 31
Part 32
Part 33
Part 34
Part 35
Part 36
Part 37
Part 38
Part 39
Part 40
Part 41
Part 42
Part 43
Extra Part - I
Extra Part - II
Thanks!
Squel!

Part 13

18.5K 1.8K 17
By aristaptr

Happy Reading Guys🖤
Don't forget for vote and comment this story!
******

Crystal mengernyitkan keningnya saat menyadari ia tengah berada di sebuah hamparan rumput hijau. Angin sejuk menerpa wajahnya dan membuat surai panjang miliknya tertiup melambai di udara.

Crystal berjalan menyusuri hamparan rumbut, mengikuti sebuah jalan setapak yang entah menuju kemana. Hingga ia melihat seorang wanita duduk di bangku yang ada di tengah-tengah hamparan rumput itu. Crystal mengernyitkan keningnya bingung saat merasa ia mengenal postur tubuh wanita tersebut. Akhirnya ia memutuskan untuk mendekati wanita itu.

Saat jarak mereka tinggal beberapa meter lagi, Crystal menghentikan langkahnya saat melihat wanita itu berdiri dari tempat duduknya. Perlahan tubuh wanita itu berbalik dan menghadap ke arahnya. Saat itu juga Crystal membulatkan matanya saat mengenali wajah wanita tersebut.

"Ibu." lirih Crystal. Wanita itu tersenyum hangat menatap ke arah Crystal. Wanita itu tidak lain adalah Lusyta, Ratu kerajaan Arcandlez.

"Kemarilah nak." ujar wanita tersebut dengan suara yang sangat lembut sambil merentangkan tangannya.

Perlahan Crystal melangkahkan kakinya mendekati Lusyta. Crystal yang sangat merindukan ibunya tidak bisa menahan air mata yang sudah memenuhi pandangannya. Dan akhirnya air mata itu pun jatuh dari sudut mata wanita itu. Lusyta langsung memeluk tubuh putrinya dengan penuh kasih sayang.

"Aku sangat merindukanmu ibu." lirih Crystal di dalam pelukan ibunya.

"Ibu juga sangat merindukanmu sayang. Maafkan ibu karena sudah membuatmu mengalami penderitaan selama ini." lirih Lusyta. Crystal yang mendengar itu langsung menggelengkan kepalanya dengan cepat.

"Tapi kau pasti akan mendapatkan kebahagiaan yang sebenarnya sayang." Crystal melepas pelukan itu dan menatap bingung ke arah ibunya. Lusyta yang melihat kebingungan putrinya langsung tersenyum.

"Ingat satu hal, sesulit apapun masalah yang kau hadapi ibu ingin kau tetap melaluinya dengan penuh kesabaran. Tetaplah berada di samping mate yang telah Moon Goddess berikan untukmu." Ujar Lusyta dan dijawab anggukan oleh Crystal.

"Dan satu lagi.." Crystal mengerutkan keningnya bingung saat ibunya menghentikan ucapannya dan tersenyum padanya.

"Kau akan bertemu dengan ayahmu. Dia sudah menunggumu cukup lama." ucapan Lusyta sontak membuat Crystal terkejut namun setelah itu ia tersenyum saat mendengar kabar jika ia akan bertemu dengan ayahnya.

"Benarkah ibu? Jadi selama ini ayah menungguku?" Tanya Crystal dan dijawab anggukkan oleh Lusyta.

"Kau harus segera pergi nak, ibu akan selalu menjagamu di setiap langkahmu." Ujar Lusyta dengan sangat lembut.

Crystal tersenyum pada Lusyta dan memeluknya untuk yang terakhir kalinya. Sebelum akhirnya ia melihat tubuh ibunya yang mulai menghilang dari hadapannya. Saat itu juga sebuah cahaya putih yang bersinar sangat terang sangat menyilaukan matanya dan membuatnya terbangun dari mimpi indahnya.

*****

Crystal membuka matanya secara perlahan. Ini pertama kalinya ia bermimpi sangat indah, karena telah bertemu dengan ibunya walaupun hanya sebentar. Namun saat ia telah memfokuskan pandangannya, ia mengernyitkan keningnya saat melihat ternyata diluar masih gelap. Crystal melihat ke tempat tidur di sampingnya dan ternyata kosong. Tidak ada Xavier di sana.

"Dimana Xavier? Tidak mungkin dia masih bekerja." ujar Crystal saat melihat waktu telah menunjukkan tengah malam.

Akhirnya Crystal memutuskan untuk turun dari tempat tidurnya dan berjalan keluar untuk mencari keberadaan Xavier. Saat ia menuruni tangga, Crystal mengernyitkan keningnya saat melihat seseorang yang berdiri di dekat jendela dan menatap tajam pandangan yang ada di luar. Ruangan yang sangat gelap membuat Crystal tidak dapat mengenali orang tersebut.

"Xavier." Crystal memberanikan diri untuk memanggil pria tersebut dan berharap pria itu benar-benar suaminya.

"Kau belum tidur Queen?"

Crystal bernafas lega saat tebakannya benar. Crystal memutuskan untuk kembali berjalan mendekati Xavier. Namun karena keadaan di tempat itu yang sangat gelap membuat Crystal tidak melihat jika masih ada satu anak tangga dibawahnya. Hal itu membuat Crystal kehilangan keseimbangannya dan hampir terjatuh jika Xavier tidak cepat melesat untuk menangkap tubuh wanita itu.

"Kau baik-baik saja?" Tanya Xavier. Crystal yang ada di dalam pelukan Xavier langsung memerah menahan malu karena hampir terjatuh. Namun ia bersyukur karena suasana yang sangat gelap membuat Xavier tidak bisa melihat wajahnya yang memerah karena malu.

"Iya aku baik-baik saja." ujar Crystal dan melepaskan dirinya dari pelukan Xavier. "Kenapa kau masih di sini?" Lanjutnya.

"Tidak sayang, Sebaiknya kita kembali ke kamar." ujar Xavier membuat Crystal mengerutkan keningnya bingung. Ia tahu betul jika ada yang disembunyikan dari Xavier.

Akhirnya mereka memutuskan untuk kembali menuju kamar untuk beristirahat, karena pagi nanti mereka harus segera pergi mencari bunga Alstromeria. Saat mereka telah sampai di kamar, Crystal langsung naik ke atas ranjang disusul oleh Xavier setelahnya.

"Tidurlah Queen." bisik Xavier dan mengecup kening Crystal sebelum akhirnya memejamkan matanya. Crystal tersenyum dan tertidur di pelukan Xavier.

*****

Keesokan paginya, Xavier dan Crystal telah bersiap-siap untuk melakukan perjalanan mencari keberadaan kerajaan Arcandlez. Darren dan Veronica yang juga ikut dalam perjalanan tersebut telah menunggu di aula istana bersama Lord Geordan, Queen Caroline dan Luke de Deford.

Pintu aula istana terbuka dan memperlihatkan Xavier dan Crystal yang melangkah masuk menghampiri kedua orang tuanya. Lord Geordan tersenyum saat melihat kesiapan putra dan juga menantunya, berbeda dengan Queen Caroline yang menatap khawatir pada mereka.

"Kalian sudah siap?" Tanya Lord Geordan.

"Tentu ayah." jawab Crystal dengan semangat.

"Kalian harus berhati-hati karena tempat itu sudah lama ditempati makhluk aneh setelah hilangnya kerajaan Arcandlez." ujar Luke memperingati mereka. Crystal menganggukan kepalanya sembari memegang erat kalung yang ia kenakan.

Xavier menggandeng Crystal keluar dari aula menuju pintu gerbang istana diikuti oleh Darren dan Veronica di belakangnya. Sebuah kereta kuda yang akan mereka gunakan telah terparkir di sana. Namun sebelum mereka menaiki kereta kuda itu, mereka berpamitan terlebih dahulu pada Lord Geordan, Queen Caroline dan juga Luke.

Xavier dan Darren membantu mate mereka untuk naik ke dalam kereta kuda, setelah itu mereka akan duduk di kursi depan dimana Darren yang akan mengendalikan kuda sedangkan Xavier duduk di sebelahnya untuk mengawasi sekitar. Kereta kuda itu langsung berjalan meninggalkan istana kerajaan Demon. Queen Caroline melambaikan tangannya saat melihat kereta kuda yang mulai bergerak meninggalkan istana. Dalam hatinya ia berdoa untuk keselamatan mereka semua.

Mereka berempat kini telah berada di dalam perjalanan mencari letak kerajaan Arcandlez. Mereka semua menggunakan jubah hitam untuk menutupi seluruh tubuhnya agar tidak ada yang bisa mengetahui identitas mereka. Karena mereka harus melewati beberapa desa untuk mencapai tempat tersebut.

"Aku benar-benar gugup." ujar Veronica dengan sedikit bergetar. Crystal yang mendengar itu langsung menganggukkan kepalanya menyetujui ucapan sahabatnya itu.

"Benar, aku pun merasakan hal yang sama. Tapi aku minta kau harus berani untuk melewati ini semua Ve, kita tidak boleh menyusahkan mate kita." ujar Crystal dan dijawab anggukkan oleh Veronica.

Selama di perjalanan, mereka menghabiskan waktu bercerita satu sama lain untuk menghilangkan kegugupan mereka. Sedangkan pada pria yang mendengar pembicaraan mate mereka hanya tersenyum geli.

"Apa anda telah mengetahui makhluk apa yang akan kita hadapi Lord?" tanya Darren dengan pandangan lurus ke depan. Xavier yang sebelumnya memejamkan matanya perlahan mulai terbuka saat mendengar pertanyaan dari Darren.

"Mereka tidak seperti manusia." ujar Xavier. Darren langsung bergidik ngeri saat membayangkan apa yang dikatakan oleh Xavier. Tentu ia tahu apa yang akan mereka hadapi nanti.

Xavier mengedarkan pandangannya saat mereka sudah mulai memasuki hutan perbatasan barat kerajaan Demon dan Darkmoon Pack. Mereka saat ini telah memasuki wilayah werewolf dan tentu mereka harus berhati-hati agar tidak ada yang curiga pada mereka. Xavier hanya tidak ingin identitas mereka terbongkar dan informasi ini sampai di dengar oleh Raja Vampire.

"Kita sudah dimana Xavier?" tanya Crystal dari dalam kereta. Xavier yang mendengar suara Crystal langsung membalikkan badannya.

"Darkmoon Pack Queen." jawab Xavier, Crystal yang mendengar itu hanya memangut mengerti dan menghela nafas berat saat menyadari perjalanan mereka masih panjang.

Darren menghentakkan tali yang ada digenggamannya meminta kuda menarik kereta dengan cepat melewati hutan tersebut. Kereta kuda yang mereka gunakan bergerak dengan cepat melewati hutan wilayah Darkmoon Pack menuju barat dimana hutan kegelapan menanti mereka.

Hingga beberapa menit kemudian, mereka telah berada di depan hutan kegelapan. Hutan yang sangat ditakuti oleh kaum immortal. Tidak ada yang berani untuk melewati hutan tersebut, karena siapapun yang berani masuk ke dalam hutan tersebut dapat dipastikan mereka tidak bisa akan bisa keluar hidup-hidup.

Crystal dan Veronica bergidik ngeri melihat hutan yang sangat gelap dihadapan mereka. Bahkan mereka tidak bisa melihat dengan jelas karena hutan tersebut tertutup kabut tebal.

"Kita akan melewati hutan ini?" tanya Veronica dan dijawab anggukkan oleh Darren. Xavier mengedarkan pandangannya dan mulai mengeluarkan kekuatannya untuk melihat keadaan sekitar.

"Jalankan keretanya." perintah Xavier saat menyadari keadaan cukup aman. Darren langsung menganggukkan kepalanya dan menjalankan kereta sesuai perintah Xavier.

Kereta itu pun mulai bergerak memasuki hutan secara perlahan. Mereka semua mulai bersiap mengawasi sekitar untuk melihat jika ada gerak-gerik yang mencurigakan. Veronica memusatkan pikirannya untuk melihat keadaan sekitar dengan sihirnya. Untungnya ia memiliki kekuatan untuk mendeteksi jika ada sesuatu yang mendekat ke arahnya.

"Arah timur." ujar Veronica membuat Crystal dan Xavier menghadap ke arah timur.

Benar saja, saat itu juga mereka melihat sebuah panah melesat menuju ke arah mereka. Saat itu juga Xavier mengeluarkan sedikit kekuatannya dan panah tersebut langsung lenyap di hadapan mereka.

"Wah kita baru masuk sudah langsung di sambut dengan sebuah panah. Kerja bagus Ve." ujar Crystal dan menepuk bahu sahabatnya itu. Veronica yang mendapat pujian dari Crystal langsung tersenyum malu.

Saat mereka telah berada di tengah hutan, tiba-tiba kuda yang menarik kereta yang mereka gunakan meringkik membuat Darren dengan cepat menarik tali agar kuda itu berhenti. Xavier mengernyitkan keningnya saat merasakan sebuah kekuatan besar yang menuju ke arah mereka.

Xavier memutuskan untuk turun dari kereta dan mengedarkan pandangannya untuk mencari asal kekuatan tersebut. Crystal yang melihat Xavier turun dari kereta langsung mengikuti langkah pria itu.

"Ada apa?" tanya Crystal yang sudah berdiri di samping suaminya.

"Kekuatan besar menuju ke arah kita." ujar Xavier membuat Crystal langsung membulatkan matanya.

Tidak butuh waktu lama, mereka langsung melihat seekor burung yang terbang di atas mereka. Xavier dan Darren membulatkan matanya saat melihat burung tersebut.

"Pheonix." gumam Xavier. Darren dan Veronica langsung turun dari kereta saat melihat kedatangan burung tersebut.

"Bagaimana mungkin?" ujar Darren tidak percaya atas apa yang baru saja ia lihat.

"Bukankah Pheonix hanya bercahaya merah? Tapi ini," ujar Veronica memotong ucapannya yang juga tidak kalah terkejutnya. "Merah dan Biru." lanjutnya.

Tanpa sadar, Crystal melangkahkan kakinya mendekati burung tersebut. Perlahan ia melihat burung itu mulai turun dan berdiri di hadapan Crystal. Xavier yang melihat Crystal yang sudah dekat dengan burung itu langsung bersiap siaga, takut jika burung itu akan melukai istrinya.

Namun tidak berselang waktu lama, mereka kembali di kejutkan dengan kemunculan Griffin yang terbang di atas mereka.

"Aku tidak menyangka jika makluk seperti Pheonix dan Griffin masih ada di dunia ini," ujar Xavier melangkahkan kakinya mendekati Crystal. "Apa karena ini banyak orang yang tidak bisa kembali karena telah melihat keberadaan mereka?" lanjutnya. Crystal akhirnya mengerti setelah mendengar ucapan Xavier.

"Apa kau tahu dimana ayahku?" tanya Crystal pada burung yang ada di hadapannya.

Crystal memundurkan langkahnya saat melihat burung itu mulai terbang dengan Griffin di atas mereka.

"Apa mereka ingin menunjukkan jalan?" tanya Crystal pada Xavier yang ada di sampingnya.

"Mungkin saja Queen," ujar Xavier sambil melihat gerak-gerik kedua makhluk itu. "Ayo kita ikuti mereka." lanjutnya.

Xavier langsung mengajak Crystal untuk kembali naik ke kereta diikuti oleh Darren dan juga Veronica. Kereta itu pun berjalan mengikuti kemana burung itu akan membawa mereka.

Sudah cukup lama mereka berjalan mengikuti burung tersebut. Hingga akhirnya mereka melihat sebuah portal di depan mereka. Pheonix dan Griffin yang menuntun jalan pada mereka langsung masuk ke dalam portal tersebut meninggalkan mereka yang masih terdiam di tempatnya.

"Darren bawa kedua kuda itu, kita tinggalkan kereta itu di sini." ujar Xavier dan dijawab anggukkan oleh mereka.

Mereka pun turun dari kereta dan berjalan mendekati portal. Akhirnya mereka memutuskan melangkah memasuki portal tersebut untuk menyusul Pheonix dan juga Griffin yang sudah lebih dulu masuk ke dalam sana.

Saat mereka telah melewati portal itu, mereka langsung membulatkan matanya saat melihat pemandangan yang ada di hadapan mereka. Sebuah istana yang sangat megah dengan lambang burung Phoenix di atasnya. Mereka tidak menyangka jika ada kerajaan di balik portal tersebut.

Crystal mengedarkan pandangannya saat menyadari Pheonix dan juga Griffin yang membawa mereka datang ke sana telah menghilang dari hadapannya.

"Apa kita akan ke sana?" tanya Crystal sambil menatap ke arah Xavier.

"Yes My Queen, bukankah kau ingin bertemu dengan ayahmu?" ujar Xavier membuat Crystal langsung tersenyum dan menganggukkan kepalanya.

"Naiklah." ujar Xavier menyuruh Crystal untuk naik ke atas kuda.

Tentu mereka tidak mungkin berjalan ke istana yang sangat jauh dari tempat mereka berada. Xavier langsung membantu Crystal untuk naik ke atas kuda, setelah itu baru ia duduk di belakang wanita itu.

Crystal langsung memerah saat menyadari posisi mereka yang sangat dekat saat ini. Karena ini pertama kalinya ia berkuda dengan Xavier.

"Jangan bergerak atau kau akan membangunkannya Queen." bisik Xavier membuat pipi Crystal semakin memerah. Xavier yang melihat itu langsung terkekeh pelan dan menghentakkan kakinya, mengintruksikan kuda itu untuk berjalan. Kedua kuda yang mereka tunggangi langsung berjalan menuju istana kerajaan Pheonix.

Perjalanan menuju istana tidaklah mudah, karena mereka harus berjalan melewati desa yang ada di kerajaan tersebut. Crystal melihat aktivitas mereka sama dengan aktivitas di kerajaan Demon. Hanya saja ia melihat pakaian yang digunakan rakyat di sana terbilang masih kuno.

Beberapa orang yang melihat kedatangan Xavier dan juga yang lainnya langsung menatap bingung ke arah mereka. Tentu saja karena pakaian yang digunakan Xavier dan yang lainnya semua serba hitam apalagi saat ini mereka sedang menunggang kuda melewati penduduk di sana.

"Apa mereka tidak pernah menerima tamu di sini?" bisik Crystal takut jika orang-orang di sana mendengar ucapannya.

"Mungkin saja Queen. Lihatlah pakaian mereka, semua terlihat sangat kuno." bisik Xavier dan langsung dijawab anggukkan oleh Crsytal.

"Kenapa semua orang yang ada di sini tidak mudah untuk aku baca pikirannya?" bisik Veronica pada mate-nya.

"Entahlah, aku juga masih tidak mengerti dengan orang-orang di sini." balas Darren sambil melirik ke arah beberapa pria yang menatap tajam ke arah mereka.

Setelah beberapa menit melewati rumah penduduk, akhirnya mereka berhenti di depan pintu gerbang istana yang menjulang tinggi. Xavier turun terlebih dahulu sebelum membantu Crystal untuk turun dari atas kuda. Setelah itu Xavier langsung memberikan kuda itu pada Darren.

Saat mereka berjalan mendekati dua orang penjaga yang berjaga di depan pintu istana, mereka langsung melihat penjaga tersebut membuka pintu gerbang istana. Crystal mengerutkan keningnya saat melihat penjaga itu yang membiarkan mereka masuk dengan mudah tanpa bertanya sedikitpun.

Akhirnya Xavier dan Crystal berjalan terlebih dahulu memasuki istana diikuti oleh Darren dan Veronica bersama dengan kedua kuda yang mereka bawa. Crystal menatap kagum taman istana yang sangat indah yang penuh dengan berbagai bunga di sana. Crystal yang terlalu sibuk menatap kagum bunga-bunga tersebut membuat ia tidak menyadari jika mereka telah sampai di depan pintu istana.

Pintu istana berwarna emas kemerahan berdiri kokoh di hadapan mereka. Mereka dapat melihat pintu tersebut perlahan terbuka dan menampilkan seorang maid keluar dari istana tersebut.

"Selamat datang di kerajaan Pheonix, King and Queen Demon," sapa maid tersebut sambil menunduk hormat di hadapan Xavier dan Crystal.

"Silahkan masuk." ujar maid dengan sopan sambil memberikan jalan pada mereka.

"Terima kasih." ujar Crystal tersenyum pada maid tersebut.

Crystal dan yang lainnya melangkah masuk ke dalam istana. Sampai saat ini ia masih bingung dengan apa yang terjadi. Dari para penjaga yang membiarkan mereka masuk dan juga maid istana yang mengetahui identitas mereka.

'Apa ayah mengetahui kedatanganku?' Batin Crystal.

Maid yang menyapa mereka langsung membawa mereka menuju aula istana. Crystal dan Veronica menatap kagum interior istana yang terbilang kuno namun terlihat megah. Sedangkan Xavier dan Darren menatap tajam dengan pandangan lurus ke depan.

Mereka akhirnya duduk di kursi yang ada di aula tersebut sambil menunggu kedatangan raja kerajaan Pheonix. Crystal merasakan kegugupannya saat menunggu kedatangan ayahnya. Xavier yang melihat kegugupan dari istrinya langsung menarik tangan Crystal ke dalam genggamannya dan mengusap punggung tangannya dengan lembut.

"Apa ayah akan menyambutku dengan hangat Lord?" Tanya Crystal dengan nada keraguan.

"Tentu saja Queen, bukankah dia selalu menunggu kedatanganmu?" Ujar Xavier dengan lembut mencoba meyakinkan istrinya. Crystal yang mendengar ucapan Xavier tersenyum dan menganggukkan kepalanya.

"Crystal."

Crystal mengedarkan pandangannya saat mendengar suara pria yang memanggil namanya. Saat itu juga pandangannya jatuh pada seorang pria tua dengan wajah cukup tampan dan terlihat masih gagah berdiri di depan pintu aula. Crystal beranjak dari tempat duduknya dan menatap haru penuh kerinduan ke arah pria itu.

"Ayah." lirih Crystal.

*****

Continue Reading

You'll Also Like

20K 1.2K 36
𝐖𝐀𝐉𝐈𝐁 𝐅𝐎𝐋𝐋𝐎𝐖 𝐒𝐄𝐁𝐄𝐋𝐔𝐌 𝐁𝐀𝐂𝐀!!! ************************************* Arthur Carlson Theodor, adalah Pangeran dari Kerajaan Theodo...
479K 55.8K 44
(Sequel The Demon's Mate & Queen Of Werewolf) Semua berawal dari permainan truth or dare. Ia mendapat dare masuk ke dalam salah satu ruangan terlara...
809K 82.7K 48
PINDAH KE APK KUBACA Aku hanya berlari dan berlari terus hingga aku memasuki hutan. Dan sampai aku melihat semua makhluk yang dipercayai oleh manusia...
2.6K 395 30
JANGAN LUPA FOLLOW DAN VOTE YA Ikatan yang telah di tentukan takdir sulit bahkan tak bisa di ubah. Karena pasti ada tujuan di belakang nya kenapa di...