Mask | Jeno βœ”οΈ

By blue_5ha

121K 12.9K 2.4K

[END] Bukan tentang rasa yang muncul tiba-tiba, tetapi tentang obsesi yang berubah jadi cinta. "Sakit, Jen... More

[1] Prolog
Cast
[2] Bali
[3] Roti Sobek Pagi Hari
[4] Pernyataan Cinta Dini Hari
[5] Pecinta Semangka
[6] Kakak Cogan
[7] Hyunjin
[8] Hilangnya Ponsel Sultan
[9] Feeling Buruk
[10] Lo Berubah, Jen
[11] Berduaan
[12] Jedor
[13] Obsesi ⚠
[14] Dia Kembali
[15] Ketahuan?
[16] Heejin
[17] Apel Sabtu
[18] Gara-Gara Miauw
[19] Rekaman
[20] H-1
[21] D-Day
[22] Basi Gombalan Lo
[23] Sepertinya Bertahan Adalah Pilihan
[24] Hello, My Future
[25] Berulah lagi ⚠
[26] Titik Terang
[27] Akhir Dari Segalanya ?
[28] Behind The Mask
[29] Childhood
[30] Beautiful Smile
[31] Difficult Choice
[32] Kenyataannya (1)
[33] Kenyataannya (2)
[34] Kecelakaan
[35] Trauma
[36] Kembali Lagi
[37] Hello, My Ex Boy Friend
[38] Kisah Hari ini
[40] Kembali?
[41] Mimpi
[42] Perasaan apa ini
[43] Usapan Kecil Berefek Nyaman
[44] Perasaan Lama
[45] Mengukir Kenangan ⚠️
[46] Mundur
[47] Hari Terakhir
[48] Perpisahan dan Air Mata
[49] Apologize
[50] Perut Karet
[51] Salju Pertama di Bulan Desember
[52] Welcome Back
[53] Coma
[54] Punch ⚠️
[55] Memory
[56] Salah Paham
[57] EX
[58] Epilog
[Extra Chapter] #1
[Extra Chapter] #2 Sekilas Kisah 20 Tahun Mendatang

[39] Maaf?

1K 129 30
By blue_5ha

Bahagia itu sederhana. Sesederhana melihat teman kita yang saling melempar candaan tanpa ada rasa sakit hati antar sesama. Sudah sekian lama Zahra merindukan momen ini. Momen di kala ia tertawa mendengar cerita lucu dari Haechan.

Pagi tadi setelah mendengar bahwa Zahra hanya ada satu mata kuliah hari ini, Haechan memaksa teman-temannya untuk berkumpul di rumahnya. Bukan tanpa alasan, ia hari ini sedang libur dan kakaknya pasti sibuk di kantor. Maka dari itu, ia sendirian di rumah dan meminta agar temannya menemaninya sampai Jungwoo pulang.

"Eh Ra ajak Zeeva ke sini dong. Gue mau curhat ke dia," celetuk Mark. Zahra yang awalnya masih sibuk tertawa dengan tingkah lucu Haechan pun mengalihkan atensinya kepada Mark.

"Ha? Ya lo panggil sendiri napa." Mark merasa ada yang aneh dengan sikap Zahra pun menyenggol lengan Jaemin.

"Rara lagi?" Tanyanya.

"Gak deh udah selesai dari seminggu lalu. Kenapa?" Mark mengendikkan dagunya ke arah Zahra. Membuat Jaemin mau tidak mau melihat Zahra yang kini fokus dengan ponselnya.

"Ada masalah kayaknya sama Zeeva. Lo masih ingat waktu di rumah sakit gak? Setelah mereka beli MCG kan Zeeva langsung pamit pulang nah di situ Zahra kayak diem aja gitu. Zeeva gak pamit ke Zahra juga kan sebelum dia keluar ruangan."

Mark mengangguk paham penjelasan Jaemin, menoleh kembali ke Jaemin. "Lo kok pinter?" tanyanya.

Jaemin yang mendapat respon tidak terduga dari temannya sempat terkejut tapi detik berikutnya dia membenahi posisi duduknya menjadi lebih tegap dan menepuk dadanya dua kali sambil berkata, "Jaemin Arya  gitu loh."

Mark tertawa melihat itu, membuat teman-temannya melihat mereka berdua yang asik dengan topik sendiri.

"Ini dua anak, gosip sendiri. Ajak-ajak lah," celetuk Chenle.

"Ra lo ada masalah sama Zeeva ya?" celetuk Mark.

Zahra menatap Mark penuh selidik setelahnya ia kembali pada ponselnya. "Gak," jawabnya singkat.

"Ngaku aja lo! Cewek gitu ya kalau marahan selalu saling diem. Diomongin dulu gitu loh, biar cepet baikan. Nah ini, malah diem-dieman mana bisa kelar."

"Males, percuma dia sensian," ujar Zahra.

"Emangnya masalahnya apa? Kok sampek marahan?" tanya Jeno.

"Gue terlalu kepo sama privasi nya dia. Terus ya gitu dia marah."

"Oh Kudanil! itu mah lo yang salah Ra. Minta maap sana."

Zahra melotot saat mendengar Haechan yang lebih memihak ke Zeeva. Tapi benar kalau dia yang salah tapi kan ... Tidak seharusnya Haechan mengatakan itu.

"Kok lo gak bela gue sih? Temen lo gue apa Zeeva?"

"Ya gue bela yang bener, masa orang salah gue bela. Udah cepetan telpon suruh ke sini. Minta maaf."

Zahra memberenggut. "Ya ya." Gadis itu membuka ponselnya menelepon Zeeva yang sepertinya sedang sibuk.

"Halo Zeev, Assalamualaikum."

Semua atensi orang di ruangan itu tertuju pada Zahra.

"Bisa ketemuan di Kafe Kak Doy?"

"Oke gue tunggu ya sekarang di kafe."

Zahra menutup teleponnya dan menatap satu persatu teman-temannya. "Heh gimana nih?" tanyanya.

"Gimana apanya sih? Tinggal minta maaf kok susah," celetuk Renjun.

"Ih susah."

"Turunin ego lu. Cewek egonya ketinggian, ngalah aja, daripada lo gak ada temen cewek kan." Zahra melempar bantal sofa ke arah Haechan.

"Cowok egonya juga tinggi ya. Gak usah menyalahkan kaum cewek."

"Tapi cowok lebih sering bilang maaf daripada cewek," bela Haechan lagi.

"Ya itu karena cowoknya salah. Buat apa ceweknya minta maaf kalau yang salah si cowok."

"Ini ngapain sih debat cewek cowok. Lo ada janji sama Zeeva kan? Sana pergi. Bisa panjang kalau lo debat sama Haechan."

Benar juga kata Mark, dia harus segera pergi bertemu Zeeva. "Ya udah gue pergi dulu. Tapi, gak ada yang mau anterin gue?" tanyanya.

"Gue aja sini." Renjun berdiri dan meraih kunci motornya di meja mendahului Jeno yang baru akan berucap.

"Hati-hati ya kalau goncengin mantan," celetuk Haechan.

"Sialan lo," umpat Zahra.




• Mask •




"Gue nanti tunggu di depan aja ya," ujar Renjun. Zahra yang merasa tidak mendengar suara Renjun memilih merapatkan tubuhnya ke arah laki-laki itu membuat kepalanya jatuh tepat di samping telinga kiri Renjun.

"Apa Njun? Gak denger."

Renjun mengulangi pertanyaannya lagi.

"Oke, bentar doang kok. Lo kalau capek masuk aja ke kafe."

Renjun tidak membalas ucapan Zahra. Ia melirik spion motornya yang menampilkan wajah Zahra yang amat sangat cantik di sana.

Apa salah kalau gue masih suka sama lo Ra?

Renjun berdehem saat sadar bahwa posisi Zahra terlalu dekat dengannya. Membuat detakan jantungnya semakin cepat.

"Ekhem.. Ra munduran dikit dong, gue gak bisa gerak."

Zahra tanpa menangkap gelagat aneh temannya itu, memilih mundur dan kembali pada posisi awalnya.

Tak lama mereka sampai di Kafe Doyoung yang terlihat ramai dengan anak remaja yang sibuk mengerjakan tugas ataupun sekedar nongkrong dan menikmati wifi di sana.

"Gue masuk dulu ya." Renjun mengangguk.

Zahra menemukan seorang gadis yang sudah lama tidak ia temui.

"Maaf nunggu lama," ujarnya dengan canggung.

"Ya. Mau bicara apa?" tanya Zeeva to the point.

Zahra merasa tidak nyaman dengan keadaan kali ini. Rasanya sangat canggung.

"Mm.. gue mau minta maaf soal waktu itu."

Zeeva menarik sudut bibirnya sedikit. "Maaf yang ke berapa ini?"

"Gak perlu di pikirin masalah itu," lanjutnya.

Zahra menghela napas pelan, ia menatap Zeeva. "Tapi lo ngejauh dari gue Zeev."

"Gue perlu waktu sendiri."

"Oke gue ngerti, tapi lo maafin gue kan?"

"... Y-ya."

"Lo free setelah ini?" tanya Zahra.

Zeeva terlihat menatap benda yang melingkar di pergelangan tangannya. "Jam 3 gue ada janji."

"Gue sama anak OD main di rumah Haechan mungkin lo mau mampir, Mark juga katanya mau ketemu lo."

"Sorry gue harus ke rumah sakit. Mama nitip barang ke Kak Uno soalnya."

Zahra mengangguk. Ia merasa bahwa Zeeva sengaja menghindarinya.

"Oke, gue pulang dulu ya."

"Ya."

• Mask •



"Gimana udah di maafin?" tanya Mark saat melihat Zahra duduk di sampingnya.

"Udah tapi ya gitu dia kayaknya masih marah sama gue."

"Ya udah lah pasrah aja, doa supaya dia cepat baik lagi ke lo."

"Ya. Btw gimana hubungan lo sama Kanza?" Mark tersenyum kecut dan menyandarkan kepalanya di punggung sofa.

"Udah putus seminggu lalu. Sebenarnya gue mau curhat ke Zeeva, soalnya dia kan teman SMA nya Kanza. Tapi ya gimana kondisinya lo sama dia lagi marahan."

"Oh ya Mark, lo kenal Kak Jaehyun kan?" Entah kenapa pikiran Zahra tiba-tiba menjurus ke laki-laki berlesung pipi itu.

"Heem, kenapa?"

"Minta nomernya dong."

"Buat?"

"Kepo, udah lah kasih aja."

Mark tersenyum bodoh ke arah Zahra. "Hehe, gue gak punya nomernya."

"Ah tau ah," kesal Zahra.

"Buat apa nomer Bang Jae?" Zahra menoleh ke arah sumber suara. Laki-laki yang baru saja bertanya kepadanya itu menatapnya seperti tidak suka.

"Mau tanya kabar aja. Udah lama gak ketemu dia."

"Alasan. Lo mau modus kan sama dia?" tuduh Mark.

"Gak usah nuduh yang enggak-enggak deh. Sebel gue."

"Jangan deket sama dia. Bahaya buat lo."

Zahra kembali menatap Renjun dengan bertanya. "Bahaya? Kenapa?"

Renjun tidak kunjung menjawab pertanyaan Zahra. Hingga dering telepon tangannya membuatnya merasa lega karena bisa lepas dari tatapan bertanya Zahra.



A/n :
Jangan lupa vote komentar gais.
Tengkyuuuu. Tbc.

Continue Reading

You'll Also Like

35.8K 3.1K 38
Aku hanya seorang gadis miskin, semua orang membenciku jangan dekati aku - Park Jihyo Tidak ada alasan bagiku untuk menjauhi bahkan membencimu - Kang...
637K 13.6K 56
Allea kembali ke Indonesia setelah 8 tahun untuk menemui calon tunangannya, Leonando. Namun Allea tidak tahu telah banyak hal yang berubah, termasuk...
15.4K 1.4K 43
[Completed] "Waktu menghadirkan dirimu di masa mudaku. Waktu membawaku bertemu dengamu, waktu membawaku pergi darimu, dan terkadang waktu membawamu p...
3.6K 144 6
Selamat untuk Debut Solo Baekhyun!!!❀️✨ Details Artist : Baekhyun (EXO) Album : City Lights - The 1st Mini Album - EP List Tracks : - UN Village ...