Love Triangle [Slow Update]

By isnaeniidha_

538 109 35

#946 in Fiksi Remaja - 3 November 2018 "I can stand him not loving me but I can't stand him loving her." - La... More

PROLOG
1. Tetangga Baru
2. Pertemuan Tak Terduga
3.Ospek Hari Pertama
4.Ospek Hari Kedua
5.Ospek Hari Ketiga [1]
6. Ospek Hari Ketiga [2]
7. Malam Keakraban [1]
9. Semester Satu : Pupus

8. Malam Keakraban [2]

8 1 0
By isnaeniidha_

Selamat Membaca

*****

Ada yang patah, tapi bukan ranting

*****

"Bang?"

"Apa yang bakal abang lakuin kalau semisal abang suka sama cewek tapi ternyata sahabat abang juga suka?" ucapnya sembari melihat kumpulan bintang.

"Bakal abang perjuangin lah."

"Pemikiran cowok emang beda ya." Rizki menaikan alisnya mendengar ucapan adiknya.

"Karena prinsip cowok itu lebih baik mengejar daripada di kejar. Kalau dia dikejar aja gak mau yaudah kita mundur perlahan."

"Caranya mundur perlahan gimana bang?" Rizki terkejut mendengar pertanyaan itu.

"Kamu mau mundur?"

"Aku mau ngelupain dia aja bang, aku udah capek berharap terus. Aku juga gak mau sahabatku sendiri terluka karena keegoisanku."

"Kamu harus yakinin hati kamu dulu dan pelan-pelan keluar dari perasaan itu." Rara hanya mengangguk dan melihat kearah langit yang di penuhi bintang.

"Pake jaketnya dek, nanti kamu sakit." Rara dan Rizki menengok ke arah lelaki yang menyampirkan jaket Rara ke pundaknya.

*****

Malam semakin larut, Rara sudah kembali ke kamarnya. Dia masih terjaga disaat semua teman-temannya terlelap. Dia keluar ke belakang kamar untuk melihat bintang yang masih setia menemani bulan, padahal jam sudah menunjukkan pukul 2 pagi.

"I just wanna say, i love him." lirihnya.

Pagi ini mereka digemparkan dengan perginya salah satu mahasiswi. Rara sangat khawatir kalau itu Shirly karena sedari kemarin dia tidak bisa di hubungi setelah pensi selesai.

"Bang, siapa yang hilang?"

"Shirly dek."

"Please bang, aku mau ikut cari dia."

"Yaudah kamu siap-siap aja."

Rizki, Dimas, Arif dan Rara mencoba mencari dengan berjalan ke sekitaran motel.

"Bang, kenapa gak nanya warga sini ada hutan atau kebun yang gak keurus gitu."

"Oke. Kamu sama Dimas disini aja, aku sama Arif ke rumah itu dulu sebentar." Dimas dapat lihat ekspresi khawatir Rara.

"Ra, jangan cemas ya. Kita pasti nemuin Shirly kok." Rara menganggukkan kepalanya dan berdoa dalam hati.

15 menit kemudian Rizki kembali.

"Disini ada hutan tapi kita harus bawa banyak personil karena lumayan gede hutannya."

"Rif lo panggil anak-anak BEM buat ikutan cari. Kita tunggu disini." Arif pergi untuk memanggil anak BEM lainnya.

"Oke. Jadi kita bakal bikin tim per 2 orang. Terserah kalian mau pilih siapa. Yang penting kalau yang udah ketemu langsung whatsapp grup aja. Langsung nyebar ya, buat carinya."

"Dek kamu mau sama siapa?"

"Aku sama kak Arif aja bang."

"Oke aku sama Dimas berarti."

30 menit berlangsung mereka sudah mencari di segala sisi hutan namun belum ada hasilnya. Tak lama kemudian ponsel Arif berdering.

"Shirly udah ketemu Ra, kita susulin Dimas yuk."

"Oke kak."

Rara dapat melihat kakaknya sedang berdiri membelakanginya.

"Bang Shirly mana?" Rara mengikuti kode mata kakaknya dan dia bersyukur Shirly baik-baik saja. Di sampingnya ada Dimas yang setia menenangkannya dengan memeluknya sembari mengelus punggungnya. Rara tersenyum miris, disaat seperti ini saja hatinya perih.

Arif yang juga melihatnya, menggenggam tangan Rara dan tersenyum. Rara mau tak mau tersenyum tipis.

"RARA!" Shirly menghambur ke pelukan Rara dan menangis.

"Shir, gue disini kok. Ssstttt... nanti cerita ke gue ya lo kenapa bisa sampai sini." Shirly hanya mengangguk dengan masih sesegukan.

*****

Setelah semua sudah tau kalau Shirly sudah ditemukan, mereka kembali ke motel untuk mengatur jadwal ulang di hari terakhir mereka. Rara, Shirly, Rizki dan Arif duduk di ruangan BEM yang dgunakan untuk menaruh barang-barang.

"Shir lo mau cerita ke gue gak kenapa bisa kesana?"

"Sore itu kan gue beli makanan di warung sekitar sini, terus ada kakak tingkat namanya Gina nyuruh gue nemenin masuk ke hutan itu, tapi gak tau mau ngapain. Gue udah capek dan gue udah bilang mau istirahat dulu, ehh gak taunya dianya pergi gitu aja. Gue gak bawa ponsel atau senter makanya gue cuma bisa diem sambil berdoa aja. Akhirnya tadi kak Dimas sama kak Rizki dateng ya gue mau gak mau nangis. Malu banget Ra, nangis di depan kak Dimas."

"Gitu aja malu."

"Gina kudu di musnahin." ucap Arif.

"Biar aku sama kak Dista yang nyelesain kak."

"Kamu yakin Ra?"

"Yakin dong."

30 menit kemudian acara terakhir sebelum pulang pun di mulai. Semua mahasiswa baru akan ditantang main games.

"Oke adik-adiku yang paling gemesin, mari kita main games!"

Dista dan Rara mendatangi Gina yang sedang di ruang rapat.

"Gin."

"Apaan Dis?"

"Maksud lo bikin adek tingkat tersesat dihutan tuh apaan sih?"

"Salah dia sendiri lelet banget jalannya." Rara mengebrak meja kayu di depannya.

"Heh kak, kalau ada masalah sama gue selesainnya sama gue. Jangan sangkut pautin temen atau keluarga gue yang gak tau apa-apa." Nyali Gina mendadak menciut.

"Lah emang lo siapa? Ngapain gue nyari masalah sama benalu kayak lo."

"Heh kak, asal lo tau aja ya gue ini adiknya, gue udh kenal dari dia kecil."

"Gak mungkin, Rizki aja anak tunggal." Manusia satu ini sangat menguji kesabarannya.

"Kalau kakak gak mau minta maaf sama Shirly, lihat aja apa yang bakal aku lakuin." Wajah Gina seketika pucat dan mendadak nyalinya menciut. Rara dan Dista meninggalkan Gina yang diam mematung.

"Kak Dista, ada samsak gak disini?"

"Tanya abang kamu aja deh. Yang tau peralatan kan dia."

"Bang, ada samsak gak?"

"Mau buat apa?!" ucap Rizki sedikit panik.

"Biar emosiku reda bang, udah greget banget nih."

"Oke. Ikut abang."

Mereka sampai di sebuah ruangan dengan samsak yang menggantung dan tas-tas milik anggota BEM.

"Samsak siapa ini bang?"

"Punya Dimas dek."

"Bukannya kak Dimas itu suka basket?"

"Lah tau darimana kamu?"

"Kan waktu aku pulang dari Jakarta sama Mama suruh kasih kue ke rumahnya kak Dimas."

"Dia suka basket kalo lagi ada waktu aja. Dia juga sama kayak kamu kalau lagi emosi, ngelampiasinnya ke samsak."

Rizki melihat kilatan emosi di mata Rara dan juga rasa sakit hatinya. Pukulan demi pukulan di lontarkan ke samsak milik Dimas.

Dimas masuk ke ruangan itu dan melihat Rara memukul samsak dan juga Rizki yang dengan santai menunggu Rara.

"Rara kenapa Ki?"

"Dia kalau emosi pasti gitu cari samsak buat pelampiasan."

"Tapi tangannya bisa berdarah Ki kalau gak pakai sarung tangan."

"Nanti dia berhenti sendiri kalau udah lega dan gak punya tenaga."

"Tapi Ki...." Rizki membekap mulut Dimas dengan roti yang dia bawa agar Dimas tidak terlalu mengkhawatirkan adiknya.

Rara terjatuh dan menangis setelah pukulannya terakhirnya. Dia mencoba meredam tangisannya tetapi tidak berhasil. Seseorang mengelus punggungnya, seakan menenangkannya. Rara mendongak dan mendapati Dimas sedang tersenyum tipis.

"Kak Dimas?!" Rara merubah posisinya duduk dan mengusap air matanya.

"Are you okay?"

"I'm fine."

"Balik ke kamar mandi ya, terus beresin barang kamu, bentar lagi kita pulang."

"Oke kak." Rara berjalan lesu ke arah kamarnya.

"OMG RARA LO DARIMANA?" teriakan Fitri membuatnya malas.

"Gak usah lebay, gue mau mandi. Habis olahraga nih." Fitri menepuk jidat melihat kelakuan temannya.

"Baik adek-adek, karena ini sudah acara terakhir maka kami dari pihak panitia Ospek meminta maaf jika selama seminggu kemarin kalian dibuat pusing dengan segala hal yang harus dipersiapkan. Kami juga berterimakasih karena kalian selalu mentaati perintah dan peraturan kami. Untuk busnya sesuai absen kemarin. Sekian dari kami, Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh."

Semua bergegas masuk ke dalam bus yang sudah di beri list nama masing-masing.

"Ra, sama bang Rizki suruh ikut mobil aja biar sekalian pulang katanya."

"Oke kak Arif, makasih ya."

"Shir mau ikut gue apa ikut bus?"

"Kayaknya gue nebeng aja deh Ra, soalnya dirumah cuma ada Hanum jadi gue gak bakal di jemput."

"Yaudah yuk. Gue izin ke panitia dulu, lo duluan ke mobil aja."

"Kak Dista!"

"Ada apa Ra?"

"Aku sama Shirly izin gak ikut bus ya kak, sama abang di suruh langsung pulang."

"Oke deh, hati-hati di jalan ya dek."

"Oke kak, kakak juga hati-hati di jalan ya. Dah kak Dista!" Rara berlalu, menuju mobil kakaknya.

*****

"Shir, aku boleh nanya?"

"Nanya apa kak Dimas?"

"Kamu suka sama aku?"

*****

See you next part!

Yogyakarta, 10/01/2023

Continue Reading

You'll Also Like

3.5M 286K 48
AGASKAR-ZEYA AFTER MARRIED [[teen romance rate 18+] ASKARAZEY •••••••••••• "Walaupun status kita nggak diungkap secara terang-terangan, tetep aja gue...
315K 25.2K 21
ace, bocah imut yang kehadirannya disembunyikan oleh kedua orangtuanya hingga keluarga besarnya pun tidak mengetahui bahwa mereka memiliki cucu, adik...
433K 22.7K 35
SEBELUM BACA JANGAN LUPA FOLLOW AUTHOR NYA DULU YA GUYSS.. ~bagaimana ketika seorang perempuan bertransmigrasi ke tubuh seorang perempuan yang memili...
2.3M 147K 45
‼️ NEW VERSI ‼️ FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA!! "𝓚𝓪𝓶𝓾 𝓪𝓭𝓪𝓵𝓪𝓱 𝓽𝓲𝓽𝓲𝓴 𝓪𝓴𝓾 𝓫𝓮𝓻𝓱𝓮𝓷𝓽𝓲, 𝓭𝓲𝓶𝓪𝓷𝓪 𝓼𝓮𝓶𝓮𝓼𝓽𝓪𝓴𝓾 𝓫𝓮𝓻𝓹𝓸𝓻...