『 Save Them 』 BoBoiBoy ✔

By AurumnPainT

175K 25.6K 3K

【 Completed 】 『 BoBoiBoy x Reader as Cousin 』 ⊱ ────── {.⋅ ♫ ⋅.} ───── ⊰ ➢ Kabar pahit datang, orang tua sepu... More

1 - Selamat datang
2 - Keluarga baru
3 - Sebuah Rencana
4 - Api yang hangat
5 - Masalah Baru?
6 - Kesepakatan
7 - Salah Paham
8 - Taktik Licik
9 - Belum ditemukan
10 - Demam
11 - Pelaku yang Tidak Diduga
13 - Sebuah Misteri
14 - Masalah Ais
15 - Bantuan
16 - Masih Misterius
17 - Taufan yang Menghilang
18 - Pengorbanan
19 - Kruisseil
20 - Kesombongan Solar
21 - Dunia Luar
22 - Ruang teka-teki
23 - Aku menyayangimu
24 - Kehilangan
25 - Pencuri
26 - Ambil kembali
27 - Harapan
28 - Penyihir atau Pangeran?
29 - Good night
30 - Kegundahan Halilintar
31 - Berpikir
32 - Masa lalu Gempa
33 - Terbongkar
34 - Sebuah perkumpulan
35 - Kebenaran yang asli
36 - The End?
37 - Pilihan Akhir
EPILOG
QnA

12 - Pelaku yang sebenarnya

4.1K 692 48
By AurumnPainT

Tampak Taufan sedikit bingung dengan situasi dan hanya diam saat melihat seseorang berjaket hijau dan topi hijau sedang menghancurkan kebun. Satu-persatu tanaman dihancurkan dengan pelan.

"Tidak mungkin, mana mungkin Duri menghancurkan kebun yang sudah susah payah dia bangun." Taufan meringis ngeri, ia menenggalamkan kepalanya diantara kedua tangannya. Menutupi wajah kebingungannya agar tidak dilihat olehmu.

"Tenanglah, itu bukan Duri."

Taufan melihat kearahmu dengan wajah bingung. Kau segera menelepon Blaze dengan cepat sebelum kebun semakin hancur.

"Halo kak?"

Suara Blaze terdengar diujung telepon. "Blaze, cepat katakan padaku. Siapa saja yang berada dirumah sekarang?"

"Ah! kulihat ada kak Gempa yang sedang bebersih, Solar ada dikamar sedang membaca buku dan Duri yang masih sakit. Sisanya kak Halilintar yang katanya ada urusan, kak Taufan yang ikut klub skateboard dan Ais yang aku tidak tau kemana."

Cukup dengan penjelasan Blaze disana. Kau dari awal sudah tau siapa pelakunya dan hanya butuh sedikit bukti lagi. "Baiklah, terima kasih Blaze." Kau segera menutup telepon dan membalas tatapan Taufan yang dari tadi melihatmu dengan bingung.

"Duri ada dirumah dan masih demam."

Taufan langsung bingung saat mendengar pernyataanmu. "Lalu, siapa yang ada didalam sana?"

Kau membuat wajah yang Taufan sendiri bingung saat melihatnya. "Kalau itu, kenapa kau tidak mengeceknya sendiri? Tenang saja, disini sepi karena hari minggu." Kau mengusirnya menggunakan gerakan tanganmu.

Taufan meneguk ludah pahitnya. Ia akhirnya memutuskan untuk masuk kedalam dan menghentikan seseorang itu.

Kau hanya memperhatikan dari luar. Bukannya tidak mau masuk, kau sadar kakimu sudah tidak bisa dipaksa lagi sejak kau memaksa lari.

Terlihat orang itu sadar bahwa Taufan masuk dan melihatnya. Ia terkejut dan segera melarikan diri tapi Taufan dengan cepat mengejarnya. Larinya tidaklah secepat itu sehingga Taufan berhasil menangkapnya.

"Berhenti!"

Taufan mendorong orang itu hingga ia jatuh bersamaan dengan Taufan yang menahannya dari atas. Ia yang terperangkap dibawah Taufan, tidak bisa bergerak.

Topinya terlepas dan menampilkan rambut coklat dan helaian rambut putih. Matanya yang biru menatap mata Taufan yang juga berwarna biru. Taufan menarik nafas dengan berat saat itu juga.

"Ais?"

Ya, pelaku selama ini yang menghancurkan kebun adalah Ais. Ais tidak bisa melawan saat kakaknya sudah menemukannya. Dengan memakai jaket dan topi milik Duri, ia menghancurkan kebun yang entah kenapa.

"Kenapa kau melakukan ini Ais?"

Ais membuang muka dari kakaknya. Ia menutup mulutnya, tidak mau menjawab apapun pertanyaan kakaknya itu.

Taufan menyerah dan menarik Ais untuk berdiri. Ia mengambil topi milik Duri dan memakaikannya dikepala Ais.

"Ayo pulang, kau harus jelaskan ini."

Taufan menahan pergelangan tangan adiknya, tidak mau kalau adiknya ini malah kabur lagi.

Kau melihat mereka berdua sudah keluar dari kebun kaca dan Taufan melihatmu masih berada didalam semak.

"Ayo pulang," ajaknya. Tapi kau tak kunjung berdiri dari sana. "Ah, kalian bisa pulang duluan." Kau menyadari bahwa kakimu memang sudah sangat sakit, kau tidak ingin memperlambat mereka sehingga kau menunggu agar kakimu sehat lebih dulu.

Taufan tampak tersenyum penuh arti. "Jujur saja, kakimu itu sebenarnya sakit bukan? Jangan pura-pura sok kuat deh." Dia terkekeh karena sudah mengetahuinya dari awal. Kau hanya membuat wajah masam saat mengetahui Taufan berusaha menjahilimu.

"Ya, kakiku sakit tapi tidak ada hubungannya denganmu. Pergilah pulang sebelum hari semakin larut. Aku akan menyusul saat kakiku sudah mendingan." Kau membuang wajah dari Taufan dengan cemberut. Taufan kembali terkekeh dan kemudian jongkok terbalik didepanmu.

"Naiklah, mana mungkin aku membiarkan seorang gadis sendirian duduk disemak-semak." Taufan masih tersenyum dengan wajah yang sangat membuatmu kesal.

"Pergilah bodoh, aku tidak butuh."

"Owh ayolah. Jangan malu-malu begitu."

"Ukh!" Wajahmu semakin kesal. "Akan kucabik-cabik kau begitu kakiku sembuh."

"Pfft, coba saja."

Kau mencoba berdiri walau sedikit meleng. Saat berjalan maju, kaki kirimu yang terluka tidak kuat untuk melangkah dan membuat keseimbanganmu hilang.

Kau jatuh tepat dipunggung Taufan dan Taufan juga sigap menangkapmu. Ia segera berdiri dengan dirimu yang sudah ada dipunggungnya.

"Ternyata kecil."

Ptak!

Kau menjitak kepala Taufan, ia meringis kesakitan tapi masih tetap tersenyum.

***

"Assalamualaikum."

"Walaikumsalam. Oh kalian baru pulang?" Gempa menyambut kalian dari dapur.

"Haha maaf Gempa, ada sedikit masalah tadi." Taufan tertawa tanpa rasa bersalah. Kau masih diam saja dipunggung Taufan tanpa ada niat menganggu bincang-bincang keluarga ini.

"Loh Ais? Kenapa kau memakai jaket dan topi Duri?" Gempa bertanya dengan bingung. Ais juga bingung mau menjawab apa dan hanya menundukkan kepala.

"Aku yang menyuruhnya menggunakan jaket Duri." Kau akhirnya ikut campur juga. Taufan dan Ais terkejut dengan keterlibatanmu dan dirimu yang menawarkan diri menjadi pelaku. Tapi pada akhirnya mereka diam saja.

"Kenapa?" Tanya Gempa lagi.

"Tidak ada. Habisnya Duri sakit dan tidak ada yang boleh ke kebun kaca jadi aku menyuruh Ais memakai pakaian Duri agar kami bisa masuk."

Gempa diam dan tidak bertanya lagi, ia beranjak menuju dapur untuk menyiapkan makan malam.

Taufan meletakkanmu diatas sofa dan ia duduk disamping. Ais hanya diam saja sambil melihatmu dan bingung. "Ais, kau tau apa yang harus kau lakukan bukan?" Ucapmu.

Ais terdiam sebentar lalu mengangguk. Ia segera berlari masuk dan masuk kekamar Duri. Kau mengisyaratkan Taufan untuk membuat Solar keluar. Taufan segera beranjak pergi dan kembali dengan menyeret Solar yang kesal. "Apa sih?" Teriaknya.

"Kau harus istirahat, gantian biar Ais yang jaga Duri."

"Tapi aku ingin berada dikamar." Solar menolak tapi Taufan tetap menarik solar dan akhirnya mengajaknya untuk menonton televisi bersama.

"Ayolah Solar, jarang-jarang kita bisa bersama." Taufan membuat Solar meringis geli. "Apaan sih kak? Kak Taufan otaknya konslet?"

Kau hanya terdiam melihat kelakuan Taufan yang semakin lama semakin gila. Tapi kau tetap saja tidak ingin ikut campur.

Kau bingung dengan keadaan kakimu. Kau harus membereskan kebun kaca ditambah menyelesaikan masalah Ais yang katanya dibully.

Kau sudah bisa memikirkan hal apa yang membuat Ais melakukan itu. Tapi tetap saja kau harus menunggu Ais sendiri yang menjelaskannya padamu.

Dan juga Taufan yang mengetahui hal ini sepertinya juga ingin tau. Belum lagi Blaze yang akan bertanya mengenai masalah tadi. Setidaknya yang lain jangan sampai tau tentang masalah ini.

"Kak!" Blaze datang dengan membawa game itu kehadapanmu. Kau mengambil dan Blaze terlihat tersenyum lebar.

Kau menghela nafas, "mau bermain?"

Mata Blaze terlihat berbinar-binar. "Aaa,, mau!!"

"Ayo bertanding denganku, Blaze."

"Kali ini, pasti aku yang menang." Blaze terlihat semangat tapi kau memasang wajah sombong. "Oh? Kurasa tidak tuh?"

"Hei! Hei! Jangan lupakan aku. Aku juga ingin ikut bermain." Taufan menyela. Kau dan Blaze saling bertatapan lalu, "Tidak!"

Kalian dapat melihat Taufan cemberut karena jawaban menolak dari kalian berdua. Blaze tertawa terbahak-bahak sedangkan kau menahan tawa.

"Hei! Jangan tertawakan aku." Taufan berteriak kesal. Ia melompat dan hendak menangkap kalian tapi kalian lebih dulu lari.

"Lari!"

To be continued...

A/n:

Masalah selesai.

Selanjutnya?

Salam,
Ruru

Continue Reading

You'll Also Like

57.2K 5.4K 25
Pengen bikin 50 chapter kalo banyak yang minat
69.2K 5.3K 30
[Book 2] "bun, bunda kenapa mau sama ayah si bun?" -kmw, 10 thn. Sequel of "[I] Uke? ; MEANIE✔" 📍hiatus start: 23 April 2020. end: 🎖 #1 -minwoo (1...
167K 16.3K 55
Berkisahkan keseharian, rahasia, dan petualangan (name), Boboiboy, dan kawan-kawannya Season 1 = [Completed] ✔️ Season 2 = [Completed] ✔️ Season 3 =...
147K 11.3K 25
Kumpulan oneshoot chara Boboiboy X Reader. Hanya sekumpulan kisah romansa manis pasangan yang tengah dilanda asmara:* Daripada numpuk di buku tulis...