GALARA [END] ✔️

By Diitar

330K 17.8K 5.5K

⚠️ JANGAN PLAGIAT! ••• Siapa yang tak mengenal Gara Elang Rajawali? Hampir semuanya mengetahui nama itu. Bahk... More

01. Rosas Negras
02. Masalah nama
03. Ramalan Gilfa
04. Kecupan dari Gara
05. Dijodohkan?
06. Kamu, Lo!!
07. Fitting baju
08. Raganda menyerang
09. Si pengkhianat
10. Sah!
11. Ditolak terus
12. Di adu domba lagi
13. Gara celaka
14. Kertas kosong
15. Teka teki
16. Leon
17. Senyum misterius
18. Ngetes doang padahal
19. Singa betina marah
20. Hari bersejarah untuk Gilfa
21. Mencoba
22. Cukup menunggu
23. Ada apa dengan Leon?
24. Gak ada Leon gak seru
25. Mimpi dan penyesalan
26. Mengingat lagi
27. Malam yang terkutuk
28. Gara salah paham
29. Terumbar
30. Malam yang menyakitkan
31. Antara iya dan tidak
33. Mengetahui, rencana, dan kebahagiaan
34. Anniversary dan tawuran
35. Sampai jumpa
36. Sebuah aib
37. Satu kesalahan yang berdampak
38. Memulai lagi dari awal
39. Thanks
40. Basi!
41. Seperti mati lampu
42. Gara mesum
43. Tidak sesuai ekspektasi
44. Pamit
45. Surat
46. Janji
47. Kembali, tapi bukan sekarang
48. Prom night dan pesan misterius
49. Penentu takdir
50. the end of everything
EXTRA CHAPTER
CERITA BARU

32. Ada apa dengan Gilfa?

5.8K 241 102
By Diitar


🏁Kasih saran jika ada salah
🏁Jejaknya sangat dibutuhkan
🏁HAPPY READING 🖤

🏍️🏍️🏍️


"Tahu gak bedanya lo sama monyet?" tanya Leon pada Gilfa yang melamun.

"HEI!"

Gilfa terlonjak kaget. "Ck, apa sih, Le?"

Leon menggeleng sembari terkekeh. "Gue tanya nih, lo tahu gak bedanya lo sama monyet?"

"Ya bedalah, gue manusia dan lo malah samain gue kayak monyet!"

Leon menahan kedutan di ujung bibirnya. Melihat raut wajah Gilfa yang kesal akan pertanyaannya. "Tapi kalau gue lihat-lihat sih, lo sama monyet gak ada bedanya."

Plak

"Lo itu udah kayak adik gue aja! Apa-apa disamain, kesel ah."

Leon tertawa. Dia sebenarnya ingin melihat Gilfa yang semangat lagi bukannya seperti ini, melamun dan melamun. Leon ingin membuat Gilfa berubah kembali menjadi anak yang ceria, tetapi sulit. Gilfa selalu tidak mempan akan candaan atau lainnya yang Leon berikan.

"Jangan sedih terus Gil. Gue 'kan udah bilang, lupain semua masalah dan kembali membuka lembaran baru. Udah cukup lo menderita karena ngejar-ngejar cinta Gara."

"Kalau bisa pisah aja sih. Percuma kalau kalian nikah kalau gak ada keharmonisannya."

Gilfa menggeleng kuat. "Lo pikir pisah itu hal yang gampang? Belum lagi kalau nanti gue ditanya tentang alasan, gue mau ngomong apa? Kedua pihak keluarga udah mengharapakan rumah tangga gue selalu harmonis dan baik-baik aja, tapi kenyataannya gue gak bisa lakuin itu."

"Semua ini tuh karena orang itu! Dia gak pernah rasain apa yang gue rasa, apa-apaan dia jadiin gue kambing hitam?"

"Gue ngerti apa yang lo rasa. Tapi gue juga gak mau lihat lo setiap hari di bully, belum lagi penderitaan bertambah sakit karena Gara. Lo perempuan yang harusnya dijaga bukan dikasari."

Mata perempuan itu bergerilya menatap satu persatu orang yang menatapnya penuh amarah. Belum lagi, para anggota Rosas Negras yang ikutan menatap dirinya dengan berbeda. Saat ada Leon, dirinya terjaga dari usik kan orang lain. Namun, jika Leon tidak ada maka Gilfa harus bersiap untuk menambah luka dihatinya akibat ulah orang lain.

"Menurut gue, Gara tuh mulai peduli sama lo. Tapi, saat dia lihat kejadian lo kepergok gak pakai baju, perasaan dia mulai berubah. Dianya aja terlalu gak percayaan," ujar Leon pelan namun menusuk.

Gila meminum jusnya. Akhir-akhir ini badannya selalu tidak enak dan juga pola makannya tidak teratur. Setiap malam kadang dirinya selalu menginginkan sesuatu. Dan itu sukses membuat beban pikiran Gilfa bertambah. Gilfa tidak mengerti dengan kondisi tubuhnya yang sekarang.

"Le...."

Gilfa ingin menanyakan sesuatu pada Leon, namun terlalu malu. Seharusnya dirinya menanyakan pertanyaan itu pada orang yang sudah berpengalaman, tetapi terlalu takut.

"Gue mau tanya, siniin telinga lo."

Leon mendekat kan tubuhnya pada Gilfa. Sontak hal itu menjadi titik pusat oleh mata elang yang sedari tadi menatap ke arah dua orang itu.

"Kalau berhubungan pasutri dilakuin satu kali apa bakal hamil?" bisiknya dengan menahan rasa malu.

Satu yang harus kalian ketahui. Saat di rooftop itu, Gilfa sudah menceritakan tentang malam yang menyakitkan kala kesuciannya diambil oleh Gara.

Leon sedikit tertegun mendengarnya. Bahkan untuk menjawab pun terasa sulit. Karena dirinya juga bukan dokter, namun Leon pernah mendengar. Jika kedua pasangan melakukan itu baru satu kali, kemungkinan besar tidak akan jadi, tetapi jika berhubungan di masa subur dan baru satu kali kemungkinan besar itu akan jadi.

"Pas itu lo lagi subur?" tanyanya. "Anjay gue malu, Gil. Lo kasih pertanyaan kayak gini," lanjut lelaki itu dengan histeris.

"Gue mau tanya ke siapa lagi kalau bukan ke lo?"

"Ada dokter juga 'kan. Nah lo bisalah konsultasi dulu."

"Gue takut, Le. Pas gue lakuin itu juga lagi masa subur, gue takut serius. Apalagi kalau misal gue hamil, Gara bakalan semakin benci gue. Nanti dia sangka nya gue hamil sama laki lain."

"Buat apa adanya tes DNA? Kalau lo hamil, lo bisa lakuin tes dan buktiin kalau lo gak murahan."

Prok prok prok

"Selain jadi jalang, lo juga jadi simpanan si Leon? Betah banget ya berduaan di rooftop, di kantin sama tuh bocah."

Gilfa menggeleng kuat. Menatap mata elang itu dengan sayu. "Jangan asal nuduh. Aku sama Leon gak ada apa-apa, dia cuma temanin aku doang."

Gara tersenyum sinis. "Emang gue peduli?" tanyanya dengan dingin. "Mau apapun yang lo lakuin gak akan pernah bikin gue simpati."

Gilfa menelan ludahnya susah payah. Matanya semakin sayu, tubuhnya semakin lemas. Dan satu lagi, penciumannya menajam kala mengendus bau parfum milik Gara.

Satu tangannya ia gunakan untuk menutup hidungnya. Rasa mual mulai terasa di dalam perutnya hingga menjalar ke kerongkongan perempuan itu.

Huek

"BANGSAT!"

Gara memekik kaget ketika muntahan dari Gilfa mengenai baju seragamnya. Sedangkan Gilfa, dia melotot kaget melihatnya.

"G-gara maaf..."

Napas Gara memburu. Langsung saja lelaki itu masuk ke dalam kamar tak lupa membanting pintu dengan sangat kencang.

Malam hari yang begitu dingin menusuk kulit putih mulus milik perempuan itu. Matanya sedari tadi menengadah menatap langit malam yang penuh dengan bintang.

Hembusan angin malam menerpa wajahnya sehingga helaian rambut pun ikut bergelombang mengikuti alunan angin malam. Satu tarikan napas perempuan itu keluarkan.

Dia lelah.

Lelah dengan keadaan yang sekarang.

Serasa cukup untuk berdiam diri di area balkon apartment. Gilfa memasuki kamar itu dengan langkah yang perlahan. Pikirannya bergerilya ke kejadian sore tadi, di mana dia memuntahkan cairan bening pada seragam milik Gara. Entah mengapa firasatnya berpikir ke arah sana.

Gilfa takut jika hal itu akan segera terjadi. Bukannya tidak ingin menerima tetapi Gilfa takut ketika nanti Gara tambah membencinya.

Sudah tahu mungkin, sikap Gara akan berubah-ubah sesuai keadaan ataupun bagaimana sikap orang lain terhadapnya. Gilfa takut Gara akan salah paham kembali.

Suara ketukan pintu menginterupsi lamunannya. Lantas Gilfa keluar dari kamar menunju pintu utama.

"Papi?" gumamnya. "Masuk dulu, Pi."

Diaz melangkah untuk masuk ke dalam apartment anak dan menantunya. "Papi mau tanya. Kenapa Gara sering bolos kerja?" Pertanyaan itu yang membuat Gilfa susah untuk menjawab. "Dan sekarang ke mana anak itu?"

Pertama, Gilfa berdehem untuk menetralkan degupan jantungnya. "Gara... dia keluar, Pi. Terus urusan kerja aku gak tahu kalau dia sampai bolos."

Diaz menelisik penampilan Gilfa dengan intens. Wajah menantunya sangat berbeda dari biasanya. Dan itu sukses membuat dirinya penasaran.

"Wajah kamu pucat, apa kamu sakit Gilfa?"

"Apa Gara gak pernah urus kamu? Atau anak itu malah keluyuran tiap malem sama gengnya?"

Cemas. Itu yang Gilfa rasa sekarang. Gilfa tersenyum tipis, "Gilfa gak papa, Pi."

"Gak papa gimana? Wajah kamu aja pucat banget. Jujur sama Papi, kalau kamu lagi sakit."

Di lain tempat, Gara berjalan dengan santai di koridor-koridor apartment. Tangannya dia masukkan ke dalam saku celananya. Satu tangannya lagi mengapit batang rokok yang menyala. Langkahnya terhenti ketika menatap heran ke arah pintu unit apartment nya yang terbuka dan tak lupa telinga lelaki itu mendengar suara seorang lelaki berbicara.

Dengan rasa penasaran yang besar pun, lelaki itu masuk ke dalam apartment dengan mata tajamnya. Namun seketika mata tajamnya itu luntur terganti dengan mata sayu nya.

"Papi ngapain di sini?"

Diaz menatap anaknya itu dengan kecewa. Lelaki paruh baya itu berdiri dan berjalan menghampiri Gara.

Plak

Gara terkejut dengan perbuatan papinya itu. "Maksud Papi apa? Kok tiba-tiba tampar Gara?"

"Kamu kurang ajar, Gara! Apa kamu tidak pernah mendengar semua nasihat yang Papi ajarkan?!" Diaz meluapkan emosinya. Dia tak menyangka dengan perbuatan anaknya pada menantunya itu. Ia kira rumah tangga anaknya akan baik-baik saja. "Kamu udah bikin Gilfa menderita!"

Gara tersenyum tipis. "Kenapa? Masalah buat Papi? Aku gak akan buat dia menderita kalau dianya juga gak main-main sama aku. Dia udah bikin aku kecewa, Pi." Tunjuk lelaki itu pada Gilfa yang sudah berlinang air mata.

Sebelum Gara datang. Gilfa menceritakan masalah kejadian malam itu yang membuat Gara salah paham, dan masalah foto aib dirinya yang terpampang di mading sekolah. Diaz, tentu saja dia sangat kecewa pada anaknya. Gara tidak pernah berpikir panjang untuk menemukan titik terangnya dan anak itu malah memutuskan secara apa yang dirinya lihat.

"Kamu kekanakan Gara. Apa yang kamu lihat belum tentu benar. Gilfa pasti sudah di jebak oleh orang lain. Dan kamu... malah mempercayai itu?"

"Apa sih, Pi? Gara lihat sendiri, kalau misal Gilfa di jebak, terus kenapa ada tanda kiss mark di leher dia?"

"Kamu—" sebelum Diaz ingin menimpal perkataan anaknya. Dirinya dikagetkan dengan tubuh Gilfa yang sudah tergeletak di lantai.

Langsung saja, Diaz menghampiri Gilfa dengan raut wajah yang cemas.

Hayoloh Gilfa kenapa?

Continue Reading

You'll Also Like

146K 4.1K 46
Alfino putra mahardika Cowok yang Terkenal akan sifat cuek dan dinginnya terhadap sekitar meski sedikit bad boy tak banyak siswi yang ingin memilikin...
893K 66.4K 31
ace, bocah imut yang kehadirannya disembunyikan oleh kedua orangtuanya hingga keluarga besarnya pun tidak mengetahui bahwa mereka memiliki cucu, adik...
TIGARA By aya

Teen Fiction

293K 20.5K 63
"Kenapa sih lo musti terima nih perjodohan? Lo sengaja ya?!" "Kalo iya? Kenapa? Mau ngelawan gue?" *** Zafia Haira Intania, gadis cantik yang sudah...
6.9K 1.3K 38
harap follow dulu sebelum baca! biar tambah sopan!! menceritakan tentang kehidupan seorang gadis yang baru berusia 17 tahun yang harus menghadapi lik...