The Twins ✓

By kimjinieya__

97.2K 10.9K 1K

[COMPLETE] Kim Seokjin yang memiliki rahasia besar mengenai keluarganya, harus mengorbankan diri untuk melind... More

part 1
part 2
part 3
part 4
part 5
part 6
part 7
part 8
part 9
part 10
part 11
part 12
part 13
part 14
part 15
part 16
part 17
part 18
part 19
part 20
part 21
part 22
part 24
part 25
part 26
part 27
part 28
part 29
part 30
part 31
part 32
part 33
Epilog [Jeju-do]

part 23

1.8K 261 7
By kimjinieya__

Budayakan Vote dan Comment.
Gomawong!

# Happy Reading #

🌸🌸🌸

Suara tawa di Basecamp terdengar menggelegar sampai luar basecamp maupun kamar yang terdapat Soobin dan Seokjin di dalamnya. Beruntung Soobin tidak pernah merasa terusik dengan suara tawa maupun teriakan. Anak itu memang sangat sulit jika dibangunkan. Seperti Jungkook.

"Tae! Kau penghianat! Menghalangi rekannya sendiri untuk membantu lawan adalah tindakan penghianatan kau tahu!" teriak Jimin tidak terima.

Taehyung berdecak, "Aku tidak membantunya! Siapa yang membantu lawan?! Aku bukan penghianat, Jimin!"

Keduanya saat ini tengah bermain game online yang selalu mereka mainkan di ponsel jika ada waktu senggang. Berteriak tidak ada malunya ketika mereka kalah atau marah karena salah satu dari mereka bertindak curang. Tambah lagi jika ada Jungkook di antara mereka. Bisa - bisa telinga mereka auto 'budek' alias tuli. Bahkan teriakan mereka sampai masuk ke indera pendengaran sosok Yoongi yang tengah terlelap di sofa. Di belakang mereka yang duduk di karpet.

Yoongi yang terganggu pun mendengus kesal. "Yak! Berhenti berteriak! Kalian mengganggu tidur tenangku sialan!"

"Salahkan Taehyung yang mengkhianatiku!"

Tidak terima dikatai, Taehyung mengelak. "Apa kau bilang?! Aku tidak berkhianat, Jim! Salahkan pemain lain yang menggunakan karakter game mirip dengan milikku!"

"Tapi tetap saja kau membantunya! Kita kalah gara - gara kau, bodoh!" tunjuk Jimin yang sudah menghentikan gamenya.

Taehyung mendelik dan menatapnya tajam. "Sekali tidak ya tidak! User lain yang menggunakan karakter mirip dengan milikku! Kenapa kau jadi menyalahkanku?!"

"Kau ya kau! Penghianat tetap penghianat! Jangan mengelak!"

"Yak! Sudah aku bilang! Bukan ak--"

"CUKUP!!!"

Sebuah teriakan amarah seketika menghentikan perdebatan dan membungkam keduanya. Kepala Jimin dan Taehyung langsung tertunduk karena takut. Pintu kamar sudah terbuka sedari tadi dikala keduanya masih bertengkar, menampilkan sosok Seokjin yang menatap mereka tajam. Jengah melihat pertengkaran tak ada gunanya bagi dirinya.

Seokjin menghela nafas. Menetralkan degup jantungnya yang berdetak cepat karena amarah, lantas ia menatap Jimin malas. "Park Jimin," panggilnya dingin. Merasa terpanggil Jimin segera mendongak takut. "Y-ya Hyung?"

"Jangan lupa kau jemput Jungkook di sekolah." Titah Seokjin datar yang di sanggupi oleh Jimin. Lantas ia menatap keempat sahabat terbaiknya. "Kalian jaga Soobin dan jangan biarkan mereka ribut lagi karena game." Tatapnya tajam mengarah pada Taehyung dan Jimin yang tertunduk.

Kening Namjoon mengerut. "Memang kau mau ke mana, Hyung?"

"Bertemu dengan Jonghyun Hyung."

Namjoon dan yang lain hanya mengangguk tanpa menyadari kebohongan yang keluar dari mulut Seokjin. 'Maaf jika Hyung harus berbohong lagi pada kalian.' batin Seokjin.

"Kalau begitu Hyung pergi dulu." pamit Seokjin dingin, seraya keluar dari basecamp.

Namun Yoongi sepertinya menangkap gelagat aneh dari sahabat tertuanya ini. Alis bertautan menatap penuh selidik punggung Seokjin yang menjauh.

'Lagi - lagi Jin menyembunyikan sesuatu dari kami. Tapi apa?' batinnya.

Selama di perjalanan, Seokjin terdiam dengan fokus ke arah jalanan di depannya. Mengendari dengan kecepatan sedang. Mengenal mobil yang ia gunakan merupakan mobil sport Lamborghini Aventador. Kecepatan mobil itu bisa terbilang cukup cepat dan Seokjin tak menyia - nyiakannya.

Drrrrtttt...

Drrrrtttt...

Ponselnya bergetar. Seokjin segera mengenakan Earpiece Wireless miliknya dan menekan tombol tersebut.

"Wae?" Seokjin bertanya dengan datarnya. Ia mendengarkan dengan seksama sang lawan bicara yang entah siapa itu. "Bungkam saja mulutnya. Bereskan?"

Terlihat Seokjin menghela nafas kasar. "Lakukan saja sesuka hati kalian. Tapi jangan bunuh dia, karena dia sangat ku butuhkan saat ini."

Tanpa sepatah kata Seokjin memutus panggilan sepihak. Sama sekali tidak ingin mendengar basa basi seseorang yang menjadi lawan bicaranya tadi. Detik itu juga Seokjin melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi, agar ia bisa sampai ke tempat tujuan dengan cepat.

Beberapa menit kemudian Seokjin telah sampai di sebuah gedung terbengkalai dengan kejauhan yang terbilang cukup jauh. Perlu menempuh 45 menit untuk sampai di tempat ini. Jika menggunakan mobil biasa tidak seperti milik Seokjin yang merupakan mobil sport.

BLAM

Pintu mobil tertutup cukup kencang. Seokjin menoleh ke mobil yang tidak ia kenal di depan mobilnya. "Mobil siapa ini?" monolognya.

Lalu mendongak. Menatap gedung kumuh itu dengan lekat. Di sekitarnya sangat gelap bahkan dinding gedung terdapat tumbuhan rambat yang membuatnya terlihat begitu menyeramkan. Hanya ada penerangan kecil dari dalam gedung tersebut. Sebab dua orang suruhan Seokjin yang tinggal di sana beberapa hari ini.

Segeralah ia langkahkan kakinya masuk ke dalam gedung tersebut. Dengan kedua tangan masuk ke dalam saku dan berjalan angkuh. Menaiki anak tangga yang terdapat di gedung tersebut, hingga di lantai tiga Seokjin harus melangkah lagi lebih jauh.

Tiba - tiba kerutan timbul di kening Seokjin. "Kenapa kalian diluar? Dan siapa yang sedang berbicara di dalam?" tanyanya.

Keduanya menunduk lantas menjawab, "Ketua Detektif Song dan Kepala kepolisian Kim datang kemari."

Seokjin hanya mampu menghela nafas. "Biarkan aku masuk."

Anggukan mantap Seokjin dapatkan. Lantas mereka membukakan pintu gudang dan membiarkan Seokjin masuk ke dalam. Dan benar saja. Ia mendapatkan sosok Song Joongki dan Kim Joongi ada di dalam. Berhadapan dengan sesosok pria yang Seokjin sandera di sini.

Mendengar pintu terbuka, Joongi dan Joongki berbalik. Dan tersenyum. "Akhirnya kau datang juga, Seokjin. Kami telah menunggumu lama" sapa Joongi tersenyum penuh arti.

Kepala pria yang di sandera otomatis terangkat. Terkejut melihat sosok Kim Seokjin ada di depannya dengan berdiri angkuh tak jauh darinya. Menatap tak percaya pada sosok Seokjin yang ia yakini telah bersandiwara selama ini.

"Kau...!!" kejutnya.

Joongki terkekeh geli. "Terkejut akan kehadiran keponakanmu di sini, Kim Changryuk-ssi?" Ia melangkah maju dan mencengkram dagunya erat hingga sang empu meringis. "Tidak perlu terkejut, Tuan Kim. Seokjinlah yang memanggil orang - orang bawahannya untuk menculik dirimu dan dia sudah lama mengingat akan kejadian kelam 14 tahun lalu."

Pria yang ternyata bernama Kim Changryuk ini melirik cepat ke arah Seokjin. Sungguh ia terkejut mendengar pernyataan itu. Namun lagi - lagi mata Changryuk membola dikala ia melihat seorang Seokjin sedang mematik sebuah korek api di tangan kanannya. Lantas menyulutkan apinya ke batang nikotin yang bertengger apik di bibir tebalnya. Seokjin merokok tepat di hadapan Changryuk dan tentu saja juga di depan kedua manusia lainnya.

Joongi melirik pada Seokjin yang merokok. "Samcheon tak menyangka, kau seorang perokok, Seokjin-a. Samcheon baru mengetahuinya."

"Diamlah. Aku sedang mengamati pria tua bangka ini dari sini."

Hell! Tidak sopan sekali anak satu ini. Untung sayang. Kalau tidak, sudah ia bawa ke kantor polisi saat ini juga.

Pemuda berbahu lebar bermarga Kim menyesap batang rokoknya hingga habis seperempatnya. Lalu menghembuskan asap tersebut melalui hidung dan mulutnya.

"Hyung, lepaskan tanganmu dari dagunya."

Menurut perintah Seokjin, Joongki melepaskan tangannya dari dagu lalu melangkah mundur. Begitu cengkraman tangan Joongki lepas dari dagu, Changryuk menatap tajam pada Seokjin. Namun tak berpengaruh pada pemuda itu.

"Jadi selama ini kau berpura - pura tidak mengingatnya?! Sialan! Kau memang licik, Kim Seokjin!"

Seokjin menyesap kembali rokoknya dan dihembusnya. Lalu tersenyum miring kemudian. "Bukankah kau yang bersandiwara menjadi Ayahku selama ini? Bahkan kau membuat Jun dan Eomma percaya padamu." kekehnya.

Melangkah mendekat lalu menunduk sehingga wajah Seokjin berhadapan tepat di depan wajah Changryuk. Sekali lagi ia menyesap rokoknya sampai habis. Menyisakan batang berwarna cokelat yang ia buang lalu di injak untuk mematikan api yang masih menyala kecil. Senyum miring terpantri di bibir tebal Kim Seokjin.

"Belum juga aku membuat rencana untuk menangkapmu, tapi kau sudah menunjukkan kelemahanmu di mataku. Hanya karena seorang wanita kau lemah, apalagi di saat kau sedang bercumbu dengan wanita itu. Beruntung aku sedang berada di daerah sana dan bisa memerintah beberapa anak bawahan untuk menangkapmu. Hahaha..."

Tatapan tajam Changryuk layangkan pada Putra Kakak kembarnya. "Kurang ajar! Sejak kapan kau memiliki bawahan?! Kenapa aku tidak tahu? Sialan kau Kim Seokjin! Selama ini aku terlalu bodoh karena sudah tertipu oleh sandiwaramu! Kenapa kau tidak tetap melupakan masa kelammu saja huh?! Agar rencanaku untuk mendapatkan harta Ayahmu terlaksana dengan lancar! HAHAHAHA!!"

Tangan Seokjin terkepal sangat erat hingga kuku - kuku jarinya melukai telapak tangan. Mendengar suara tawa menggelegar di keheningan gudang, membangunkan sisi lain dari dalam diri seorang Kim Seokjin yang selama ini ia sembunyikan.

Dengan emosi dan tanpa sepatah kata Seokjin memukul wajah Changryuk sangat kencang. Hingga ia limbung ke samping bersamaan dengan kursi yang menjadi tempat duduknya di sandera. Membuatnya harus terjatuh dengan cepat ke lantai dingin gudang tersebut. Joongi dan Joongki sama sekali tidak terkejut dengan apa yang baru saja mereka lihat. Mereka sudah mengetahui apabila Seokjin merupakan anak berandalan yang tak kenal puas diri.

Rahangnya terasa nyeri dan sangat sakit. Pukulan Seokjin ternyata kuat juga. Membuat Changryuk harus terbatuk dan sudut bibir sobek sampai mengeluarkan cairan berwarna merah pekat, yaitu darah. Bahkan darah itu sampai masuk ke dalam mulutnya.

"Itu adalah hukuman untukmu karena dulu kau telah membunuh Ayahku, di depan mataku! Meski dari dalam hati aku sangat ingin membunuhmu, tapi aku masih punya otak untuk tidak melakukan hal keji yang sama sepertimu 14 tahun lalu. Sebab aku bukan dirimu yang memiliki pemikiran sempit karena harta."

Bukannya mengalah Changryuk semakin menjadi. "Hahahaha... Benarkah? Aku tidak percaya akan perkataanmu, Seokjin sayang. Tidak mungkin kau menahan diri untuk tidak membunuhku. Pasti kau sudah berpikiran dan memiliki rencana untuk membunuhku suatu saat nanti. Hahahahaa..."

Tawa itu semakin menggelegar ketika menggoda Seokjin yang ternyata hanya terdiam dan menatap malas padanya. Malah Seokjin terkekeh geli dan tersenyum miring mendengarnya. "Bukan aku yang akan membunuhmu, tapi seseoranglah yang sudah berencana untuk melakukannya."

"Siapa hm? Mana mungkin aku punya musuh di luar sana? Lagipula aku tidak memiliki waktu banyak untuk berinteraksi dengan orang - orang. Berbeda dengan Changwook Hyung. Justru Ayahmu itulah yang terlalu banyak musuh. Kau tahu, Ayahmu itu sangat licik. Dia selalu memberikan uang suap pada orang - orang yang bekerja sama dengannya. Apa tujuannya? Tujuannya hanya untuk memperbanyak saham yang masuk ke Perusahaannya dan setelah terkumpul, dia akan mengambil semuanya alias korupsi. Sampai - sampai dia tidak mengetahui adanya musuh yang ingin membunuhnya. Termasuk aku. HAHAHAHA..."

Seokjin menggeram tertahan. Emosi mulai melunjak sampai ke ubun - ubun dan bahkan mata Seokjin menajam sangat mengerikan. Kepalan kedua tangan Seokjin semakin erat. Dan tiba - tiba,

"Argh!!"

Kim Seokjin menginjak perut kiri pria paruh baya itu hingga berteriak kesakitan. Berkali - kali ia menginjak perut Changryuk sampai Joongi harus turun tangan untuk menghentikan kegilaan yang Seokjin lakukan. Ia menarik paksa tangannya hingga menjauh dan mememeluknya untuk menahan Seokjin yang mulai berontak.

"Lepaskan Samcheon!! Biarkan aku membunuh pria sialan itu! Akan aku tunjukkan diriku yang sebenarnya! Aarrghhh!" pekik Seokjin.

Dengan tenaga sekuat mungkin Joongi menahan keponakannya yang ternyata memiliki tenaga sebuas singa. "Tidak Seokjin. Biar Samcheon yang mengurusnya dan tenangkan dirimu." Susah payah Joongi mengatakannya, karena Seokjin terus berontak dalam dekapannya.

Joongi berusaha semaksimal mungkin untuk menahan tubuh Seokjin. Sedangkan Joongki menghampiri Changryuk dan berjongkok di depannya. Mengangkat wajah Changryuk dan meremat dagunya.

"Sepertinya kita harus cepat - cepat menangkap wanita ular itu?" Joongki tersenyum miring. "Bukankah seharusnya besok kau akan berlibur dengan Nana ke Busan? Aigoo... Sayang sekali." kekehnya.

"Ini semua karena anak sialan itu! Aku gagal berlibur dengan Nana ke Busan juga KARENA KAU KIM SEOKJIN!!" teriak Changryuk seraya melirik tajam pada Seokjin yang sudah berdiri tenang di sana.

Mendengarnya saja sudah memuakkan rasanya. Hanya dengusan yang Seokjin keluarkan dari hidung dan tatapannya selalu dingin pada Changryuk. Namun beberapa detik kemudian ia merasakan sebuah getaran dari benda pipih di dalam saku dan Seokjin segera mengambilnya.

'Jonghyun Hyung'

Nama itulah yang tertera di layar ponsel. Lantas ia menekan tombol hijau untuk mengangkat panggilan tersebut.

"Wae geuraeyo, Hyung?"

"Hyung sudah menemukan seseorang yang menculik Nyonya Nam."

Senyum Seokjin seketika terbit. Ia sedikit melirik pada Paman menyebalkannya itu. "Siapa Hyung?"

"Orang suruhan Im Jin-Ah alias Nana. Yoongi menemukan mobil yang membawa Nyonya Nam ke tempat tak berpenghuni kawasan XX. Sekarang beberapa orang suruhanmu sudah di tempat itu dan menemukan Nyonya Nam yang hampir di perkosa oleh dua orang suruhan Nana. Beruntung mereka cepat datang."

Kini Seokjin bisa bernafas lega. "Lalu bagaimana keadaan Imo?" tanyanya.

"Kau tenang saja. Mereka sudah membawa Nyonya Nam ke rumah sakit dan soal kedua pria itu, mereka sudah di bawa ke Kantor polisi."

"Baguslah. Hyung urus semuanya. Aku tut--"

"Tunggu Seokjin! Hyung sudah menemukan tempat tinggal Nana dan berkunjung ke sana tapi rumah itu kosong. Tidak ada siapapun di sana. Kami sudah menggeledah rumahnya, bahkan sudah mencari sesuatu yang mencurigakan di rumah Nana. Saat Hyung ke kamarnya, lemari pakaiannya kosong. Sepertinya Nana kabur."

Helaan nafas dihembus kasar. "Oke. Intinya tolong Hyung urus semuanya dan aku akan menunggu kabar selanjutnya."

Bip

Seokjin kembali memutus sepihak panggilan tersebut. Menghela nafas terlebih dahulu dan beralih menatap Changryuk yang masih menatapnya tajam nan sinis. Tiba - tiba Seokjin terkekeh sendiri, membuat Joongi dan Joongki menatapnya bingung.

"Sayang sekali. Sepertinya Nana pergi ke Busan sendirian tanpamu, Kim Changryuk-ssi." kekeh Seokjin setelahnya.

Detik itu juga mata Changryuk membesar. Terkejut akan pernyataan yang terlontar dari mulut seorang Kim Seokjin. Tidak mungkin ia percaya begitu saja pada seorang anak kecil seperti Seokjin ini.

Kerutan - kerutan di kening Seokjin tiba - tiba terukir begitu saja. Terheran dengan Changryuk yang terbahak menganggapnya lucu.

"Ck. Ck. Ck. Kau tidak perlu membohongiku bocah! Tidak mungkin Nana meninggalkanku. Apalagi dia sangat mencintaiku hahahaa... Pasti dia akan menungungguku."

Seokjin terkekeh kecil dan tersenyum miring kemudian. Kaki ia bawa melangkah mendekati Changryuk yang masih tergeletak menyamping di lantai. Membuat Joongki menyingkir dari hadapan Changryuk. Lalu Seokjin merendahkan tubuh dengan salah satu kaki menumpu lantai dan satunya menekuk sampai ke dada.

"Tinggallah lebih lama lagi di tempat ini sampai kabar tertangkapnya Nana berkumandang di seluruh Seoul, bahkan sampai ke telingamu. Hahaha... Sampai jumpa lagi, Tuan Kim yang terhormat."

Tergelak kemudian sembari bangkit dan berlalu meninggalkan Changryuk yang berteriak kesetanan. Disusul oleh Joongki dan Joongi yang tersenyum remeh menatap pria paruh baya itu.

"Kim Seokjin!!! Jangan sentuh Kekasihku!! Menjauh darinya!! Yak! KIM SEOKJIN!!" teriak Changryuk.

BLAM

===============

To be Continue

Continue Reading

You'll Also Like

152K 9.8K 22
Aku hanya menginginkan kasih sayang dari hyung ku tapi itu tidak mungkin. Karena semenjak kejadian 'itu' mereka mulai membenci ku.
20.6K 847 8
[SELESAI🏅] Seharusnya tidak ada dia di antara mereka. Namun nyatanya, ketulusan dibalas dengan pengkhianatan. Memang terkadang, orang yang...
202K 21.4K 42
Kisah tentang sang leader BTS, Kim Namjoon aka RM.. kisah yang penuh perjuangan, kala dia di hadapkan dengan pilihan yang sulit antara hidup atau kar...
1.4M 81.3K 31
Penasaran? Baca aja. No angst angst. Author nya gasuka nangis jadi gak bakal ada angst nya. BXB homo m-preg non baku Yaoi 🔞🔞 Homophobic? Nagajusey...