Apart to come | Jaeyong [✓]

By shnaxxya

688K 124K 35.3K

[ DIBUKUKAN - PART LENGKAP ] "Si apatis Jaehyun, yang bertemu dengan bocah lelaki menggemaskan yang ia tak ta... More

Boy from nowhere
01 : Castel Lee
02 : Brotherhood
03 : Apathetic boy
04 : Si licik
05 : He's different
06 : Matter of time
07 : Opia
08 : How beautiful he's
09 : Bastard Jung!
10 : Its ok, im here
11 : Jaehyun, hidungku!
12 : Lee, kau cantik
13 : Fros dan Anne
15 : Rival?
16 : Khawatir
17 : Jaehyun aku takut
18 : Ellipsism
19 : Do you remember?
20 : Bilik pengakuan dosa
21 : Aku masih abu
22 : Taeyong sakit
23 : Bitterlife
24 : I got you, Hyung!
25 : Jangan sok tau
26 : Aku mencintaimu, Lee Taeyong
27 : Beri aku reward!
28 : Kecupan senja
30 : LEE TAEYONG!!!
31 : Change color hair
32 : Jaehyun fighting
33 : Something wrong..
34 : The truth (1/2)
35 : The truth ( 2/2)
36 : Master?
37 : How to apologize
38 : Kejutan untuk si penyihir
39 : Sirius di matamu
40 - End - Mimpi yang nyata
OPEN PRE-ORDER

14 : Thank you

15.2K 3.2K 799
By shnaxxya

Cakep banget walaupun fotonya gelap, au ah.

***

Jaehyun sekarang duduk di meja pantry, tepatnya di dapur kediaman Taeyong. Lelaki itu sebenarnya ragu, apakah Taeyong benar-benar bisa memasakkan sesuatu untuknya, mengingat otaknya saja sudah tertukar dengan sutil dapur.

Dan berkat kalimat peyakin yang dilontarkan Mark yang kini duduk di sampingnya, Jaehyun akhirnya terpaksa menuruti ucapan si penyihir kecil.

Jaehyun sudah menghubungi Kun juga, kalau ia akan mengambil libur har ini, karena satu alasan, di luar sedang hujan.

Sepertinya Taeyong sedang menyogok dewi fortuna agar mau memihak padanya.

Jaehyun mau tak mau harus menahan dirinya di Castel Lee, menunggu sampai hujan reda. Gila saja dia pulang sendiri, sedangkan bus terakhir sudah terjadwal berangkat satu jam yang lalu, tak mungkin juga Jaehyun jalan kaki.

"Jaehyun, kau mau aku memasak apa?" Si mungil berkepala pink memakai apron hitam yang terkait di dada, membuat tubuh kurusnya kian tercetak jelas.

"Hyung, masakan Taeyong hyung yang paling enak adalah sup abalone, ditambah dengan kerak nasi dan susu hangat, wow that's fantastic!" Ucap Mark.

Jaehyun memandang Taeyong tak yakin, "terserah kau saja. Yang penting harus enak."

Taeyong tersenyum yakin, seolah Jaehyun meremehkan skill memasaknya.

Dengan cekatan si mungil mulai repot di dapur. Mengeluarkan stok bahan-bahan di kulkas, dan menata alat di atas meja pantry, tepat di hadapan Jaehyun.

Lihat Jaehyun, aku bisa memasak. Kau harus jadi suamiku pokoknya.

"K-kau, belajar masak darimana?" Jaehyun membuka obrolan.

Si mungil yang memakai kacamata untuk melindungi matanya dari irisan bawang mengangkat kepala, "dari youtube. Dulu saat liburan mau masuk SMA, aku bingung mau melakukan apa, akhirnya aku melihat tutorial memasak, seru loh!"

Jaehyun manggut-manggut. Mengapa perasaanku jadi tidak enak?

"Hyung, dont be afraid. Taeyong hyung tidak buruk kok masakannya, kau justru akan ketagihan."

Ketagihan apa?

Ketagihan membayar tagihan rumah sakit?

"Eum, ya." Jaehyun tersenyum kecut.

Sedangkan Mark, ia sebenarnya juga lapar. Jadi, ia juga menunggu Taeyong memasak sesuatu untuk makan malam. Sambil menunggu, ia memakan setengah potong semangka dan mengeruknya dengan sendok.

"Oh iya hyung," Mark menelan ssemangka susah payah, "aku sepertinya akan bersekolah denganmu."

Si mungil yang menghidupkan kompor melebarkan mata, "benarkah?"

"Memangnya kau selama ini tidak sekolah?" Tanya Jaehyun.

Mark menggeleng, "aku akan sekolah di sekolah kalian berdua."

"Kenapa tiba-tiba Mark? Untung saja Jennie nuna sebentar lagi pulang."

"Jennie nuna? Siapa?"

"Dia penjaga kuali neraka yang tak sengaja terdampar di depan rumahku." Ucap Taeyong tanpa dosa.

Mendengar hal itu, Jaehyun hanya mengatupkan bibir maklum. Taeyong selalu saja seperti itu.

Ngomong-ngomong, Castel Lee bagi Jaehyun terlihat sangat mewah. Apalagi jika hujan begini, seluruh ruangan di dalam akan diterangi oleh cahaya lampu kuning membuat aksen kuno kian melekat di kediaman si penyihir kecil.

Dapur Taeyong juga, di sudut lain terdapat perapian yang menyala, membuat mereka tak kedinginan.

Jaehyun juga bisa melihat jendela kaca besar di dapur Taeyong yang menampilkan bulir hujan yang menempel di sana. Ah, senangnya pemandangan di sini.

Beberapa menit Jaehyun menunggu, hingga akhirnya Taeyong selesai memasak apa yang disarankan Mark tadi.

Si mungil lantas membawa makanan itu ke arah meja makan. Tersenyum bangga melihat masakannya yang masih mengepulkan asap.

"Jaehyun, Mark, ayo sini makan, sudah siap loh." Si mungil melepas apronnya.

Mark begitu antusias, meninggalkan semangkanya dan duduk di kursi makan, raut wajahnya sudah terlihat sangat kelaparan.

"Jaehyun, kau melihat apa? Sini makan." Si mungil duduk.

Jaehyun mengangguk, ia menghampiri Mark dan Taeyong lantas duduk di antara mereka berdua.

"Ini untuk Jaehyun," Taeyong memberikan mangkuk kecil berisi sup abalone dan satu mangkuk kecil berisi telur dadar, "ayo cepat di makan. Hujan-hujan begini kita harus menghangatkan tubuh kita dengan makanan yang pedas dan panas."

Mark sudah makan sebelum Taeyong memerintah, ia melahap kerak nasi dengan lahap.

"Jaehyun, kenapa tidak di makan?"

Si pemuda lesung pipit menelan saliva, "k-kau tidak menaruh obat atau apapun itu di dalam makananku kan? A-aku takut kau akan meniru hal itu dari cerita fiksi."

Taeyong terkekeh halus, "aku bukan tipe seperti itu. Aku memang pemaksa pada Jaehyun, tapi aku tidak akan menaruh obat aneh-aneh pada Jaehyun, kita harus melakukannya secara sukarela dan tanpa pemaksaan, okay?"

"Bisakah kalian membahas hal lain? Ini di meja makan, kalian mau incubus datang menyimak obrolan kalian sambil melahap telur gulung itu?" Mark menatap tak suka.

Si mungil berdecak, "iya iya. Ayo Jaehyun, makanlah."

Jaehyun mengambil sumpit, mengapit satu bulatan telur itu lantas memasukkan ke dalam mulutnya.

"Bagaimana? Enak kan?" Taeyong menanti pujian dari si dominan.

Lidah Jaehyun segera disapa rasa gurih, manis, dan asin yang entah kenapa takarannya begith pas.

Ini enak.

Lebih enak daripada telur buatanku yang selalu gosong.

"Hm," jawab si dominan singkat, namun ia buru-buru mengambil tiga bulatan telur lagi lantas melahapnya dalam sekali suapan.

Melihat itu, Taeyong tersenyum senang.

"Bagaimana Jaehyun?"

"Bagaimana apanya?" Mulut si lelaki berlesung pipi penuh akan makanan.

"Bagaimana? Apa Jaehyun mau jadi suamiku? Aku pintar memasak, aku juga kaya, pasti Jaehyun akan gembul dan makmur jika menikah denganku."

"UHUK!"

Jaehyun langsung tersedak makanan, buru-buru ia meminum air merasa tenggorokannya serat.

"Tae.. kau membuatku-UHUK!" Jaehyun terbatuk lagi.

"Sudahlah hyung, batuknya Jaehyun hyung menandakan kalau dia tidak menyetujui kata-katamu."

"Ish!" Taeyong mencemberutkan bibir, berdiri kemudian.

"Mau kemana?" Tanya Jaehyun, sesekali ia masih terbatuk karena tenggorokannya terasa sakit.

"Mau bermain hujan-hujanan."

Jaehyun mencelos, "main katamu?"

"Jaehyun hyung tidak usah kaget begitu, Taeyong hyung akan bermain di halaman belakang jika sedang hujan begini."

"Kenapa? Jaehyun mau ikut?"

Jaehyun menggeleng, "seperti anak kecil saja."

"Hyung, aku ikut. " Mark ikut berdiri, tanpa diketahui mangkuk bocah itu sudah bersih.

"Ayo, pakai mantel dan sepatu bot, agar kulit kita tidak gatal terkena air hujan."

Keduanya berjalan menuju pintu belakang yang letaknya di ujung dapur. Taeyong tampak meraih mantel transparan dan sepatu bot kuning.

Sial, padahal Jaehyun belum menyelesaikan makannya.

Menyudahi acara makan, Jaehyun memilih untuk menyusul Taeyong dan juga Mark yang kini sudah memakai mantel. Keduanya siap bermain hujan-hujan.

"Jaehyun mau ikut? Masih ada mantel loh satu di sana."

"Tidak, aku lihat saja." Jaehyun bersandar di ambang pintu halaman belakang.

Mengerucutkan bibir, Taeyong pun segera menghampiri area taman di mana ia bisa mendapatkan guyuran hujan yang begitu deras. Taman belakang Casteel Lee ditumbuhi rerumputan, jadi banyak air yang membentuk kubangan di sana.

Si lelaki mungil meloncat-loncat girang, tawanya begitu lepas saat wajahnya menengadah, dijatuhi rintikan hujan.

Tak jauh beda dengan Taeyong, Mark bermain hujan-hujanan sambil tertawa, sesekali ia menengadahkan ember ke arah langit untuk kemudian ia guyur ke badannya.

Jaehyun menyeringai kecil, "seperti anak kecil."

"Jaehyun, ini menyenangkan!" Taeyong sangat lucu, kupluk mantelnya merosot maju mengakibatkan hanya setengah wajahnya yang terlihat.

"Iya, bermainlah sepuasmu." Jaehyun menjawab datar ucapan Taeyong.

Mereka terus bermain, layaknya anak kecil yang bermain sambil ditunggu orang tuanya di ambang pintu.

Entah kenapa,

Aku merasa...

Senang melihatnya.

Jaehyun menyandarkan diri di pintu, menyilangkan kedua tangan sambil menatap bagaimana si kepala pink di gendong oleh Mark dan dipaksa untuk menerima guyuran hujan lebih.

Aku merasa...

Mempunyai orang lain.

Ditengah kesepianku.

"Ada amin, ada doa. Kalau mau main, ikut saja."

Oknum Kim Hanbin, yang tiba-tiba datang dari belakang Jaehyun membuat si lelaki terkejut.

"K-kau siapa?" Jaehyun memandang si lelaki dengan kain bathrobe dan handuk yang tersanggul di kepalanya.

"Aku adalah orang beruntung yang bisa mengenal malaikat kecil itu." Ucap Hanbin, sambil menunjuk Taeyong dengan dagunya.

Yang ditunjuk tak peduli, atau malah tak tau. Karena ia sibuk meloncat di atas kubangan air.

"Malaikat kecil?" Jaehyun tak mengerti.

''Hm. Kau tau? Dia tak bisa mengurus dirinya sendiri dengan baik, tapi dia dengan bodohnya mau mengurus kami." Hanbin terkekeh kecil.

Kening Jaehyun mengernyit. Si lelaki yang memakai jaket hitam itu menatap Hanbin bingung.

"Kami? Memangnya kau siapanya Taeyong?''

"Aku adalah supirnya, tidak. Lebih tepatnya, aku adalah orang yang sudah di ujung tanduk kegagalan. Tapi dia..." Hanbin memandang nanar Taeyong dari kejauhan.

"... dia datang di hidupku, membawa warna baru. Bahkan aku masih ingat bagaimana dia memungutku untuk menjadikanku supirnya, dia masih berumur 7 tahun waktu itu. Dan dia bilang dia butuh supir pribadi, padahal yang aku tau, Taeyong tak pernah keluar kecuali untuk sekolah."

"K-kau supirnya?''

"Lebih dari itu, Jaehyun. Aku adalah orang yang sangat beruntung, bisa mengenal Taeyong. Walaupun kadang dia sedikit sinting, tapi hatinya begitu mulia." Hanbin menatap Jaehyun penuh pengharapan.

"Kau tau Mark?"

Jaehyun mengangguk samar, "ya."

"Dia adalah gelandangan yang diangkat menjadi adik oleh Taeyong, walaupun jika dihadapan Mark dia selalu mengatakan kalau Mark hanya seorang babu, tapi jauh dari itu semua... Taeyong menyayangi Mark seperti adiknya sendiri."

Jadi Mark bukan adik kandungnya?

Jaehyun mengalihkan pandang lagi pada Taeyong yang kini melambai dari kejauhan padanya. Kupluk mantelnya terlepas, rambut pinknya basah terkena guyuran hujan.

Ia begitu, tulus.

Bahagia yang benar-benar bahagia.

Hanbin menepuk punggung Jaehyun, "kau mengerti maksudku kan mengapa aku bilang begini?"

"A-aku..."

"Jangan menyakiti orang yang hanya mengerti kata tulus dalam hidupnya. Kuharap kau akan paham dengan ucapanku, Nak.''

Hanbin mengusap pundak Jaehyun beberapa kali, menaruh harapan penuh pada si lelaki berlesung pipi.

"Kenapa aku?"

"Dia hanya memberi ketulusan pada kami. Tapi jika kepadamu..."

"... dia mungkin akan memberikan segalanya untukmu."

Dan ucapan itu berhasil membuat Jaehyun diam tak berkutik.

Segalanya untukku?

***

Hari beranjak malam, dan sialnya, hujan malah semakin deras. Jaehyun terpaksa menginap di kediaman Taeyong dan kembali besok pagi.

Kini lelaki itu menghisap susu cokelat panas buatan Mark, sebelum bocah itu pamit untuk tidur karena kedinginan setelah bermain hujan-hujanan.

Jaehyun duduk di ruang keluarga, tepatnya di depan tungku perapian. Udara malam ini sangat dingin, beruntung saja Hanbin berbaik hati meminjamkan baju ganti pada Jaehyun yang sejak tadi memakai seragam.

Ia termenung, mengingat ucapan Hanbin tadi.

Seolah menyetrum akal sehatnya. Membuat Jaehyun tak bisa berpikir hal lain lagi.

Aneh.

Tak biasanya aku seperti ini.

Taeyong yang ia kenal, bukanlah seseorang yang persis seperti gambaran Hanbin tadi. Justru sebaliknya, Jaehyun hanya mengenali kepala pink itu karena sikap manja, childish, seenaknya sendiri, dan tidak mau tau.

Ah, memikirkan ini membuat Jaehyun pusing.

"Jaehyun belum tidur?"

Yang dipanggil buru-buru menoleh, mendapati Taeyong yang turun dari tangga lantai dua.

"B-belum." Jaehyun menghindari kontak mata dengan si mungil, menatap ke depan, ke arah perapian.

"Apa kamar Jaehyun tidak enak? Kasurnya kurang empuk? Ada sepuluh kamar lagi yang masih kosong, kamarku tidak akan kutawarkan karena aku tau Jaehyun pasti menolak. Apa Jaehyun mau pindah?''

Si lelaki merasa pergerakannya terhambat, sesaat setelah si mungil duduk di kursi kosong di sampingnya.

Kaki Taeyong terayun tak tersentuh lantai. Ah, kebanyakan bermain hujan-hujan,membuat kepalanya sedikit pusing hingga ia kesulitan tidur.

"Lee.. kau tidak tidur?"

Si kepala pink menggeleng, "aku tidak bisa tidur. Kepalaku pusing."

"Itu akibatnya jika bermain hujan-hujan." Jaehyun sedikit kikuk, tapi ia berusaha untuk menyembunyikan.

"Hm, Jaehyun benar."

Hening kemudian. Jaehyun merasa suasana tak seperti biasanya, di mana ia biasa saja jika mengabaikan Taeyong.

Tapi sekarang berbeda.

Semenjak ia mendengar ucapan Hanbin tadi.

"Jika Jaehyun merasa pusing sama sepertiku, Jaehyun bisa mengambil minuman rempah-rempah di kulkas dan menghangatkannya." Taeyong memecah keheningan.

"Aku tidak-"

"Atau jika Jaehyun tidak bisa tidur sendiri, Jaehyun bisa tidur bersama Mark atau Hanbin hyung," Taeyong menyipitkan mata, "karena aku tau Jaehyun tak akan mau tidur denganku."

"Lee..."

"Apa Jaehyun? Apa kau merasa lapar? Perlu kubuatkan makanan?"

"Kenapa kau melakukan hal seperti ini?"

Si mungil mengernyit tak paham. "Melakukan apa?"

Jaehyun terdiam, sedetik kemudian ia menghela nafas panjang.

"Kenapa kau sangat peduli padaku, kau bahkan tak memedulikan hal di mana aku selalu mengabaikan dirimu. Apa kau tak marah? Aku selalu dingin padamu."

Taeyong menatapi netra yang memantulkan semburat api dari tungku. Ia kemudian tersenyum tipis.

"Mengapa marah?"

"K-karena aku..."

"Aku marah, tapi marahku cuma sebentar kok. Lagipula aku tau, kalau Jaehyun bukan orang yang dingin seperti itu. Aku mengenalmu dengan baik."

"Lee..."

"Jaehyun kalau risih, tidak apa-apa. Kau bisa terus mengabaikanku, dan aku akan melampiaskan kemarahanku sendiri, aku tak masalah. Karena aku tau, mengenal dan memahami bagaimana sifat seseorang butuh waktu yang tidak sebentar."

Jaehyun menutup bibir, mengulum lidah di dalam dengan tatapan yang tak beralih sedikit pun pada si mungil.

"Maaf."

Taeyong terkekeh, "Jaehyun tidur sana. Besok Hanbin hyung yang akan mengantarmu pulang."

Si mungil berdiri, karena rencana awalnya dia akan pergi ke dapur untuk mengambil beberapa camilan untuk ia bawa ke kamar. Bagi Taeyong, obat dari segala obat ketika pusing hanyalah, makanan.

"Taeyong, tunggu."

Jaehyun buru-buru berdiri, menahan pergerakan si mungil yang kembali berbalik ke arahnya dengan tatapannya yang bingung.

Si lesung pipi melepas jaketnya, memungut syal yang dipinjamkan Hanbin padanya yang ia letakkan di kursi.

"Jaehyun, kenapa kau melepas jaket dan syal mu? Apa bahan dari kainnya tidak enak? Biar kuambil-"

Ucapan Taeyong terhenti.

Manik serupa boneka itu membulat.

Jaehyun menautkan jaket tebal itu pada bahu si mungil, membuat Taeyong yang hanya mengenakan kaus tipis itu tersentak.

Syal, benda itu ia lilitkan di leher Taeyong, begitu besar, sampai-sampai menutupi separuh hidung sampai mulut si mungil.

"Terima kasih.."

Jaehyun memandang bagaimana manik bulat itu menatapnya heran. Seperti anak kucing.

"... terima kasih, karena sudah mengenalku dengan baik."

Jaehyun, tersenyum tipis kemudian, lantas mengusak surai pink si mungil.

Jaehyun, tersenyum padaku.

***

Apa kalian baik-baik saja?

Tenang saja, masih banyak adegan romantis avv

Continue Reading

You'll Also Like

436K 44.4K 37
Menceritakan tentang seorang anak manis yang tinggal dengan papa kesayangannya dan lika-liku kehidupannya. ( Kalau part nya ke acak tolong kalian uru...
91.2K 12.8K 28
Renjun mengalami sebuah insiden kecelakaan yang membawa raganya terjebak di dalam mobil, terjun bebas ke dalam laut karena kehilangan kendali. Sialny...
37K 3.1K 69
#taekook #GS #enkook "Huwaaaa,,,Sean ingin daddy mommy. Kenapa Sean tidak punya daddy??" Hampir setiap hari Jeon dibuat pusing oleh sang putra yang...
301K 25.3K 37
"I think ... I like you." - Kathrina. "You make me hate you the most." - Gita. Pernahkah kalian membayangkan kehidupan kalian yang mulanya sederhana...