GALARA [END] ✔️

By Diitar

353K 18.3K 5.5K

⚠️ JANGAN PLAGIAT! ••• Siapa yang tak mengenal Gara Elang Rajawali? Hampir semuanya mengetahui nama itu. Bahk... More

01. Rosas Negras
02. Masalah nama
03. Ramalan Gilfa
05. Dijodohkan?
06. Kamu, Lo!!
07. Fitting baju
08. Raganda menyerang
09. Si pengkhianat
10. Sah!
11. Ditolak terus
12. Di adu domba lagi
13. Gara celaka
14. Kertas kosong
15. Teka teki
16. Leon
17. Senyum misterius
18. Ngetes doang padahal
19. Singa betina marah
20. Hari bersejarah untuk Gilfa
21. Mencoba
22. Cukup menunggu
23. Ada apa dengan Leon?
24. Gak ada Leon gak seru
25. Mimpi dan penyesalan
26. Mengingat lagi
27. Malam yang terkutuk
28. Gara salah paham
29. Terumbar
30. Malam yang menyakitkan
31. Antara iya dan tidak
32. Ada apa dengan Gilfa?
33. Mengetahui, rencana, dan kebahagiaan
34. Anniversary dan tawuran
35. Sampai jumpa
36. Sebuah aib
37. Satu kesalahan yang berdampak
38. Memulai lagi dari awal
39. Thanks
40. Basi!
41. Seperti mati lampu
42. Gara mesum
43. Tidak sesuai ekspektasi
44. Pamit
45. Surat
46. Janji
47. Kembali, tapi bukan sekarang
48. Prom night dan pesan misterius
49. Penentu takdir
50. the end of everything
EXTRA CHAPTER
CERITA BARU

04. Kecupan dari Gara

7.8K 598 140
By Diitar

🏁Kasih saran jika ada salah
🏁Jejaknya sangat dibutuhkan
🏁HAPPY READING 🖤

🏍️🏍️🏍️

Gilfa memanyunkan bibirnya berulang kali. Ia masih memikirkan perkataan dari Gara di sekolah tadi. Secara tak langsung ucapan Gara itu menyakiti hatinya. Seperti tergores oleh kuku panjang, sakitnya berkepanjangan.

Gadis itu menelungkup kan kepalanya pada bantal empuk miliknya. "MAMA GILFA SAKIT HATI!"

"Tega banget Gara. Kenapa coba aku tuh gak jadi cewek yang setipe Gara."

"Au ah gelap!"

Ia menuruni tangga dan sampai di meja makan yang sudah diisi oleh anggota keluarga yang lainnya.

"Kita udah selesai makan kamu baru datang," ucap sang Mama.

"Muka kamu kenapa? Kok kayak monyet baru putus cinta," celetuk sang Papa yang membuat raut wajah Gilfa memerah.

"Papa tuh kenapa sih! Samain aku sama monyet, gini-gini juga anak Papa. "

"Papa kamu juga monyet," sambung sang Mama.

"MAMA JUGA MONYET!" jawab Gilfa bersamaan dengan papanya.

"Jadi kita keluarga monyet ya, Ma, Pa?" tanya seorang anak lelaki kecil, adik Gilfa yang super lucu.

"IYA!" jawab mereka bersamaan.

"HOREEE KELUARGA MONYET. Gavi punya lagunya, mau dinyanyiin?"

"Boleh, keluarkan bakat terpendam mu, Nak," kata Sandra sang Mama.

"Oke. Satu-satu aku anak monyet, dua-dua mama papa monyet, tiga-tiga kakak juga monyet. Satu, dua, tiga, kita keluarga monyet."

"Wah adek hebat! Nanti kakak daftarin kamu ke Indonesian idol mau?"

"Mau mau!"

"Sayang, benih aku gak ada yang bener. Dua-duanya sengklek," keluh Riza pada istrinya.

"Gara, Papi denger-denger kamu selalu usil sama guru BK di sekolah, apa benar?" kata Diaz mengintimidasi anaknya.

"Yup, anda benar sekali Bapak Diaz yang terhormat."

Brak

"Lanjutkan Nak. Papi bangga padamu," jawabnya dengan santai. Tetapi membuat kedua orang yang berada di meja makan itu terlonjak kaget ketika tadi Diaz menggebrak meja dengan keras.

"Anak sama Bapak sama aja. Gak ada yang bener!" keluh Rindi.

"Namanya juga anak muda. Usil dan badung itu hanya masalah lumrah dikalangan remaja. Kamu juga pasti ngalamin dong waktu dulu. Ingat gak sih, waktu itu kamu lempar Pak Slamet pake bola basket," ucap Diaz. Langsung membuat Rindi malu. Ia jadi teringat masa putih abu-abunya dulu, ia juga tak kalah nakal dari anaknya.

"Maka dari itu, aku gak mau Gara juga lakuin hal sama kayak aku dulu. Aku gak mau Gara nanti dihukum sama gurunya."

"Mommy tenang aja oke. Gara gak akan dihukum kok, karena Gara kan punya teman pemilik sekolah itu."

"Si Jiwa?" tanya Papanya.

Gara mengangguk. Lalu melanjutkan melahap paha ayam dengan gigitan yang besar.

"Tuh dengerin anak kita bakal aman-aman aja. Kamu jangan terlalu kekang dan atur dia, bebasin aja asal jangan ngelunjak," ucap Diaz sembari menatap wajah istrinya yang cemberut.

"Masa putih abu-abu itu adalah masa yang sulit dilupakan. Semuanya berisi kenangan yang berbeda-beda. Jadi, jalani aja dulu masa itu, sebelum nanti kedepannya menjalani masa dengan penuh rintangan," lanjutnya.

"Dengerin tuh Mom. Jadi Ibu itu harus menurut sama kepala keluarga, jadi mulai besok bebasin Gara dari segala aturan yang dibuat Mommy, ya?"

Rindi menatap anaknya dengan pandangan berbeda. Ia tak rela jika sang anak melakukan hal seperti menjahili guru atau nakal. Apalagi kenyataannya Gara itu adalah ketua dari geng Rosas Negras. Perasaan Rindi semakin takut, dan alasan ia banyak mengatur Gara itu, hanya ingin Gara selalu berada di rumah. Tidak berpergian tidak jelas dan menghabiskan uang untuk barang yang tak dibutuhkan.

Satu hal juga, karena Rindi sangat menyayangi anak semata wayangnya. Dia tidak ingin ada kejadian yang membuat anaknya celaka. Perasaan cemas dan kekhawatiran seorang Ibu itu nyata.

Mata Rindi berkaca-kaca. "Mommy banyak atur kamu tuh, karena Mommy gak mau kamu celaka. M-mommy sayang banget sama kamu Gara, kamu anak satu-satunya yang Mommy punya."

Suasana di meja makan menjadi mellow seketika. Gara pun melongo menyaksikan Mommy nya yang menangis. Diluar dugaan, tadinya ia kira akan dimarahi, namun ternyata salah.

"Mom udah jangan nangis. Gara bakal jaga diri, Gara bukan anak kecil lagi. Gara udah dewasa, Mom. Mom jangan khawatir sama Gara."

"T-tapi tetap aja Mommy tuh khawatir sama kamu," ucapnya terbata-bata. "Bagi Mommy, kamu tuh masih pangeran kecil Mommy. Gak ada Gara dewasa!"

"Kok gitu sih, yang. Masa Gara gak tumbuh-tumbuh, disangka orang buruk gizi lho!" timpal Diaz.

"Gak ada akhlak sekali anda ini Tuan Diaz Rajawali. Anak sendiri dikata-katai buruk gizi!"

"Ya 'kan memang benar."

Rindi mengeluarkan ingus ke tisu. Suara seruputan ingus itu terdengar jelas dan menjijikan. Gara dan Diaz pun menyimpan kembali ayam yang akan mereka makan. Tak selera jika ada jelly hijau keluar begitu banyak dari hidung Rindi.

"Mommy Jorok!"

"Hijau gitu ih ingusnya. Udah kayak cendol aja," sambung Diaz merasa jijik.

"Itu yang ada dibarisan paling belakang kelas 12 IPS 1, 2, dan 4 kenapa? Kalian seperti cacing, tidak diam!" Suara Bu Diah dari mic menggelegar di lapangan sekolah.

"Coba Pak Samsudin bawa mereka ke depan. Baris 'kan sesuai kelasnya."

Para lelaki yang dimaksud itu adalah tujuh anggota inti Rosas Negras. Siapa lagi yang selalu membuat ulah ketika upacara pagi berlangsung. Mengobrol dan mengganggu orang adalah keahlian mereka ketika hari Senin datang.

Tidak ada rasa kapok sedikitpun. Mereka bertujuh selalu sengaja membuat ulah agar nanti dibawa ke ruang BK lagi. Untuk apa? Mengerjai Pak Samsudin lagi lah.

"Cepat baris di depan! Kalian ini sudah tak ada rasa kapok-kapoknya. Baru saja Minggu kemarin berbuat ulah, sekarang kalian buat lagi."

"Hidup tanpa kenakalan itu tak berarti Pak!" jawab Leon.

"Sudah diam kamu jelek!"

"Pak, sesungguhnya orang yang menghina itu akan terkena siksa neraka. Bapak ingin merasakan itu?"

Pak Samsudin menggeleng cepat mendengar perkataan Zian.

"Maka dari itu sungut anda diam jangan mengucapkan sepatah kata pun!"

"Gila si Zian! Lanjutkan nak Bapak bangga padamu!" timpal Juki lalu tertawa.

"Sudah diam kamu Juki! Jangan ikut campur urusan saya sama Zian. Kamu juga Jiwa, jorok sekali, mengupil dan ditempelkan pada seragam teman mu!"

Hal itu membuat keenam anggota lainnya menatap jijik ke arah Jiwa. Dan Jiwa hanya bisa tertawa geli tanpa dosa.

Samuel menepuk siswa lelaki yang sama berbuat ulah. Lelaki itu adalah lelaki yang seragamnya terkena upil Jiwa.

"Seragam belakang lo ada emasnya," ujar Samuel dengan santai dan tak ada ekspresi.

"WOY SERAGAM GUE ADA EMASNYA! KAYA MENDADAK GUE!" pekik lelaki itu kesenangan.

Para guru dan murid lain sampai menatap lelaki itu dengan pandangan heran. Nyalinya seketika menciut ditatap oleh banyaknya warga sekolah.

"Dikira emas batangan kali, haha!" ujar Leon.

"Mimpi dia!" sambung Dewa.

"Upil gue seketika tersenyum mendengar bacotan dari anda!" timpal Jiwa.

"Kaya mendadak katanya, ngelamun lo!" sahut Juki.

"Sungguh terlalu," balas Zian.

Detik ke detik, menit ke menit, dan kini jam sudah menunjukkan pukul 8.15. Upacara sudah selesai dan kini tinggal mengurus siswa-siswi yang berulah tadi.

Di ruang BK sudah terisi oleh belasan murid nakal. Rata-rata lelaki semua. Pak Samsudin yang melihatnya pun sampai menggeleng tak percaya.

"Kalian berenam belas sungguh tak ada kerjaan! Buat kamu, Dika, Aryo, Yanto, Supra, Fendi bersihkan kolam renang sekolah. Dani, Jaenal, Jordi, Alba bersihkan lapangan sekolah. Gara, Jiwa, Juki, Leon, Samuel, Zian, dan Dewa bersihkan toilet siswa perempuan kelas 12 semuanya! Tidak ada bantahan, dan saya tidak akan mendengar alasan kalian!"

"Laporin tahu rasa lo!"

"Saya sudah mengirim pesan pada Papa kamu, Jiwa. Jadi, tidak ada bantahan lagi. Silahkan pergi dan bereskan semua hukuman itu. Jika sudah selesai, langsung kembali saja ke habitat kalian."

Dengan terpaksa ketujuh orang itupun mengikuti perintah Pak Samsudin. Tujuh orang itu menuju toilet siswi perempuan yang berada di lantai atas yang masih berjajaran dengan kelas 12 lainnya.

"Bos gimana nih? Masa orang ganteng kayak kita bersihin toilet?" kata Juki.

"Gak level tuh!" timpal Zian.

"Mending baca buku aja gue, daripada bersihin toilet!" balas Samuel.

"Bos tuh si Gilfa. Gimana kalau kita manfaatin dia," ide Leon sangat bermutu juga. Gara pun tersenyum miring mendengarnya.

"Tapi... lo aja Bos yang bilangnya sama tuh bocah."

"Lo nyuruh Bos sendiri? Gue ini Bos atau babu?" tanya Gara menatap anggota intinya tak percaya.

"Babu lo!" tukas Juki sembari menutup bibirnya mengunakan tangan rapat-rapat.

"Lo!"

"Keceplosan Bos!"

"Bener lo aja, Ga. Soalnya 'kan si Gilfa tuh tergila-gila sama lo, yang ada nanti gak mau kalau kita yang bilang. Gue jamin dia pasti nurut," ujar Dewa diangguki yang lainnya.

Gara berdecak sebal. "Oke fine!" katanya dan langsung menghampiri Gilfa yang berada di dekat pintu toilet.

Sesampainya di sana. "Gila!"

Gilfa terlonjak kaget. "Gilfa bukan Gila, baby Gara!"

"Tumben nyamperin, biasanya juga ogah kalau disamperin balik. Oh atau jangan-jangan ramalan kemarin bakal terwujud?!"

"Geer lo! Gue ke sini cuma mau minta sesuatu sama lo."

"Minta apa?"

Semoga Gara minta dijadiin pacar gue! Ah senengnya kalau iya terjadi.

"Jadi babu gue dalam sehari please!"

Tak salah dengar 'kan Gilfa? Apa katanya?

Babu?

Babu dalam sehari?

Permintaan macam apa itu?

"Tega banget jadiin babu. Gak mau ah, maunya jadiin pacar."

"Mimpi lo! Udah ah cepet! Nanti gue traktir pas istirahat."

Gadis itu menggeleng. "Gak mau!"

"Cepetan!"

"Gak mau Gara!"

"Cepetan gak?!"

"Gara jangan kayak gini, jangan lakuin hal itu di sini, aku malu."

"Lo ngomong apa dah? Gak ngerti gue! Udah cepetan jadi babu gue!"

"Garaaaaaa! Gak mau!"

Gara menghela napas panjang. Berbalik untuk menatap teman lainnya. Mereka berenam hanya bisa menyaksikan aksinya. Sudah tak ada harga dirinya ia sebagai ketua geng.

Gara berbalik lagi dan langkahnya maju ke depan. Menghimpit tubuh Gilfa sehingga membentur pintu toilet, jangan lupa tangannya pun sudah ditaruh di sisi kepala gadis itu. Matanya menatap tajam ke dalam netra coklat milik Gilfa. Gilfa yang ditatap dan diperlakukan seperti itu pun hanya bisa diam tanpa napas yang teratur. Deg degan cuy!

Satu tarikan napas dikeluarkan lagi oleh Gara. Kepalanya lebih maju ke arah wajah Gilfa tak menyisakan se centi pun.

Cup

Benda kenyal nan basah itu menempel di pipi mulus milik Gilfa. Gadis itu membelalakkan matanya tak percaya. Keenam temannya yang menyaksikan itu pun sama tak percaya dengan perlakuan Gara.

Diluar dugaan. Gilfa masih diam, rasanya seperti mimpi.

"Cepet jadi babu gue dalam satu hari. Atau kalau gak mau, lo habis di sini sama gue!" bisiknya pelan.

Gara menjauhkan tubuhnya dari gadis itu.

"Hah? Oh my God! Tadi beneran di cium?" tanyanya masih tak percaya.

Gara mengangguk.

"Omoo! Pipi aku udah gak perawan! Gara kam-"

"Banyak bacot lo! Udah beresin semua toilet cewe ini, gue tunggu di sini sampai selesai."

Gilfa cepat-cepat berlari masuk ke dalam toilet. Dadanya masih berdegup kencang, sungguh diluar dugaan. Seorang Gara, lelaki yang ia sukai dan cintai mencium pipinya dan diperlihatkan oleh teman-temannya.

-

Mau lanjut?
Kasih komen dan votenya dong, biar aku bisa update cepet-cepet:(

Dua keluarga yang absurd guys.

Gilfa kesenangan di cium ketua Rosas Negras😭

Untuk cast bisa kalian bayangkan sesuai imajinasi kalian, ya.

Continue Reading

You'll Also Like

51.2K 2.2K 46
FOLLOW DULU SEBELUM BACA!❗ "Lo dan gue cuma di jodohin! Jadi, lo enggak usah berharap lebih! Karena gue cintanya sama Nayla, bukan lo!" "Aku tau itu...
196K 12.1K 52
REPUBLISH ALVARO tidak menyangka akan menjadi seorang ayah diusia muda. Mempunyai kekasih saja tidak pernah terpikirkan olehnya, lalu tiba-tiba Zaqia...
184K 8.3K 52
Start : September 2020 Finish : Desember 2020 Tidak perlu banyak basa-basi untuk mengatakan kata cerai dan putus, karena berbasa-bas...
11.4K 708 9
BACA DAN PANTENGIN TERUS SAMPAI ENDING ‼️ jangan lupa vote, komen, dan follow juga 🖤 Bagaimana ketika sepasang pria dan wanita yang memiliki sifat s...