The Twins ✓

By kimjinieya__

97.8K 11K 1K

[COMPLETE] Kim Seokjin yang memiliki rahasia besar mengenai keluarganya, harus mengorbankan diri untuk melind... More

part 1
part 2
part 3
part 4
part 5
part 6
part 7
part 8
part 9
part 10
part 11
part 12
part 13
part 14
part 15
part 16
part 17
part 18
part 19
part 20
part 22
part 23
part 24
part 25
part 26
part 27
part 28
part 29
part 30
part 31
part 32
part 33
Epilog [Jeju-do]

part 21

2K 253 19
By kimjinieya__

Budayakan Vote dan Comment.
Gomawong!

# Happy Reading #

🌸🌸🌸

Cafe XX, 11.10 KST

Kini di ruang VVIP sebuah Cafe terdapat Yoongi, Jonghyun, Jaehwan dan Joongi. Mereka ada di sini karena di panggil Seokjin agar berkumpul. Namun sayangnya yang mengajaknya berkumpul belum datang. Tujuannya untuk membahas tentang surat pengalihan Perusahaan yang disimpan Changryuk entah di mana. Meski yang menyimpan surat itu sedang hilang tanpa kontak. Juga mereka harus segera mencari bukti kuat mengenai pembunuhan 14 tahun yang lalu.

"Yoongi-ya." panggil Jaehwan.

Merasa dipanggil, Yoongi mendongak dan mengalihkannya dari laptop yang ada di depannya. Lalu menatap Jaehwan yang duduk di sisi meja lainnya.

"Kenapa Seokjin lama sekali? Dia akan datang bukan?" tanya Jaehwan. Sedangkan yang ditanya mengangguk malas lalu menjawab, "Kau diamlah. Seokjin tidak mungkin tidak datang. Lagipula dia sendiri yang memanggil kita."

Yoongi hanya menghela nafas lelah. Lalu melanjutkan pekerjaannya di laptop, tak menghiraukan orang - orang yang menatapnya lekat.

"Bagaimana kalau kalian pesan minumam terlebih dahulu?" tanya Joongi.

Kedua orang lainnya tidak mengangguk dan tidak juga menggeleng. Masih terlihat bimbang untuk menjawab. Keduanya saling bertatapan.

"Kalian tidak perlu merasa tidak enak padaku. Anggap saja aku Paman kalian jika di luar Kantor Kepolisian." kekeh Joongi. Lalu beralih menatap Yoongi yang tak meresponnya. "Kau tidak memesan minuman, Yoongi-ya?" Namun ia mendapatkan balasan gelengan dari Yoongi.

Joongi mengangguk mengerti. "Kalian berdua pesanlah sambil menunggu Seokjin datang." titahnya.

"Ne." jawab mereka singkat.

Setelahnya Jaehwan dan Jonghyun menekan tombol untuk memanggil seorang pelayan ke ruangan mereka. Barulah mereka akan memesan minuman setelah salah seorang pelayan datang masuk ke ruangan itu.

Dalam waktu bersamaan saat pelayan itu keluar, seseorang memasuki ruangan dengan wajah dinginnya. Jaehwan langsung menatapnya tajam. Setelah tahu siapa yang baru saja masuk.

"Yak! Seokjin-a!! Kau ke mana saja eoh? Tumben sekali kau terlambat! Biasanya juga paling awal yang datang." omelnya.

Namun Seokjin hanya menghendikkan bahunya acuh. Kakinya melangkah, membawa dirinya duduk di sebelah kursi Yoongi yang kosong. Lantas Seokjin menatap Yoongi. "Apa kau sudah mendapatkan jadwal keberangkatan Changryuk dan Nana ke Busan?" tanyanya.

Lelaki berparas pucat yang masih sibuk berkutat di laptopnya hanya menganggukkan kepalanya saja. Meski matanya sibuk menatap layar laptop, indera pendengarannya masih berfungsi dengan baik.

Seokjin memiringkan badan untuk mengintip layar laptop Yoongi. Yang menunjukkan sesutau hal yang tidak Seokjin mengerti. Hanya sahabat esnya inilah yang mengerti akan hal peretas.

Kepala Yoongi terangkat, lalu memutar laptopnya menghadap orang - orang di depan dan di sisi meja lainnya. Menunjukkan jadwal Kereta keberangkatan Changryuk dan Nana kepada mereka. "Aku sudah mendapatkannya. Besok jam 2 siang, mereka akan berangkat ke Busan. Menggunakan Kereta KTX." lapornya.

Seokjin mengangguk. "Bagus. Nana pasti akan membatalkan keberangkatan mereka ke Busan." monolognya menyeringai.

Keempat pria yang sedang bersamanya reflek menoleh. Mengerutkan kening mereka bingung setelah mendengar perkataan Seokjin barusan.

"Apa maksudmu?" tanya Jaehwan.

Namun Seokjin tak menjawab. Lelaki ini hanya tersenyun menyeringai dan menatap satu arah di mana pintu VVIP terbuka. Keempatnya sontak menoleh ke arah pintu juga.

"Maaf kami terlambat." ucapnya seraya memasuki ruang VVIP tersebut. Bersama seorang wanita cantik yang baru saja masuk, namun tiba - tiba matanya terbelalak dan mematung di tempat ketika mendapati Pamannya ada di sini juga.

"Joongi Samcheon?"

Bertemu sang Paman tercinta membuat air mata Kim Jieun jatuh tanpa seijinnya. Ia sangat merindukan sosok Paman yang dulu sangat dekat dengannya. Jieun menutup mulutnya dengan salah satu tangannya. Menahan isakannya yang kapan saja bisa pecah itu. Namun sepasang matanya tak sengaja menatap pakaian yang dikenakan sang Paman. Keningnya mengerut.

Bukankah itu seragam kepolisian?

Jieun spontan mendongak. Menatap tepat pada retina sang Paman yang menatapnya teduh. "Samcheon seorang Polisi?" tanyanya tak percaya.

Sang Paman hanya tersenyum. Ia tak langsung menjawab. Melainkan berdiri dan keluar dari tempat duduknya. Menghampiri keponakannya yang berdiri mematung di dekat pintu. Sambil merentangkan kedua tangannya dan tak lama disambut cepat oleh sang keponakan.

Jieun langsung merengkuh sang Paman yang sudah lama tak ia temui. Tidak hanya Joongi saja. Paman Jongsuk dan Bibi Jiwon pun juga sangat ia rindukan. Ingin rasanya Jieun bertemu dengan keduanya, tapi ia harus mencari waktu untuk bertemu dengan mereka.

Pelukan Jieun mengerat. Air mata terus mengalir deras di pipinya. "Aku sangat merindukanmu, Samcheon hiks..." isaknya.

Senyuman Joongi sama sekali tak pernah luntur. Sepasang matanya pun juga berkaca - kaca sejak Jieun datang. Tak mampu menahan kerinduan yang terlampau besar di hatinya. Tangan kanan mengusap lembut kepala belakang keponakan cantiknya ini.

"Samcheon juga merindukanmu, Nak..."

Kelima lelaki muda yang menatap kedua Paman dan keponakan itu hanya terdiam. Memasang raut wajah yang berbeda. Tersenyum haru dan ada juga hanya menatap mereka datar. Seperti Seokjin.

Keponakan laknatnya itu hanya melipat kedua tangan di dada dan menatap malas keduanya. Seokjin memang tidak terlalu suka dengan hal yang berbau melow seperti halnya yang ia tatap saat ini. Karena dirinya merupakan anak yang angkuh dan jarang sekali menangis. Terakhir menangis saat Ayah kandungnya meninggal. Itupun setelahnya Seokjin pingsan dan berakhir melupakan kejadian kelam itu sampai ia mengingatnya beberapa hari yang lalu.

Ah! Tolong ingatkan Seokjin kalau ia pernah menangis karena menemukan Soobin setelah menghilang beberapa bulan.

Jonghyun menangkap tatapan datar seorang Seokjin yang mengarah pada Jieun dan Joongi. Namun ia hanya menggeleng tak mengerti akan sikap atasan sekaligus sahabat kecilnya ini. Meski ia asisten pribadi Seokjin, dirinya yang paling tahu sikap dan karakternya.

"Lebih baik kalian berhenti bermain drama di depanku," Seokjin membasahi bibirnya kemudian berucap kembali, "Kita harus segera menyelesaikan urusan kita secepatnya dan setelah itu kalian boleh berpelukan sepuasnya."

Pelukan kedua Paman dan keponakannya kini terlepas. Jieun segera mengusap air matanya yang masih mengalir dan langsung menatap Seokjin dengan tajam. Namun tak berpengaruh pada Adik laknatnya ini.

Maju selangkah dan sedikit menggebrak meja. Mencondongkan tubuhnya agar mendekat ke wajah tampan Adiknya. "Kenapa kau selalu saja bersikap dingin seperti ini eoh? Menurun dari siapa sikapmu ini?" Jieun mendengus dan memundurkan tubuhnya. Lalu mendudukkan diri di kursi tepat di sampingnya. "Sudahlah. Tidak perlu di bahas lagi."

Seokjin memutar matanya malas tapi mengangguk sekali. "Samcheon, Jingoo Hyung. Kalian duduklah." ujarnya seraya menatap Jingoo dan Joongi.

Lalu keduanya mendudukkan diri mereka di kursi kosong sebelah Jieun. Lebih tepatnya di sofa yang tersedia di sana. Melihat betapa enaknya sofa yang di duduki Suami dan Pamannya, Jieun langsung berdiri dan duduk di sebelah Suaminya. Dengan bibir cemberut tentunya.

Membuat Jingoo menatapnya bingung. "Eoh? Kenapa kau pindah sayang? Nanti lehermu sakit  kalau duduk di sini."

Tapi hanya di balas gelengan dan bibir cemberut. Masih kesal dengan sikap Adiknya yang terlalu dingin itu. Jingoo pun hanya menganggap acuh dan kembali menatap Seokjin.

"Oke. Sekarang apa yang akan kita bahas hari ini?" tanya Joongi memulai.

Selaku asisten pribadi Seokjin, Kim Jonghyun memulai pembicaraannya mengenai Kim Changryuk dan Nana. "Karena kalian semua sudah ada di sini, maka saya akan menjelaskannya secara cepat dan detail."

Semua orang yang di sana mengangguk dan membiarkan Jonghyun berbicara terlebib dulu. "Apa kalian semua tahu? Kenapa kalian di panggil kemari?" Mereka, semuanya menggeleng tanda tidak tahu. Terkecuali Seokjin, Jingoo dan Jieun. "Bukankah kita akan membicarakan mengenai jebakan yang akan kita buat untuk menangkap dalang di balik ini semua?" tanya Jingoo.

"Ya. Anda benar sekali. Itulah kenapa Seokjin dan saya meminta pihak Kepolisian untuk ikut serta dalam membuat jebakan ini." terang Jonghyun.

Jonghyun berhenti sejenak. Mengambil Tabnya yang di sana telah siap sebuah data diri seorang dalang di balik kejahatan yang Kim Changryuk perbuat. Begitu juga dengan dua buah foto cetak yang sudah di meja.

"Im Jin-Ah atau biasa dipanggil Nana. Usianya 28 tahun. Dia merupakan anak yatim piatu yang memiliki seorang Adik tiri bernama Kim Jisoo. Yang memiliki nama Inggris, yaitu Abel Kim. Mereka satu Ibu tapi beda Ayah, maka marga mereka berbeda. Usia Jisoo lebih muda dari Seokjin 1 tahun. Keduanya tinggal terpisah. Jisoo tinggal di Amerika dan Jin-Ah tinggal di Seoul." jelas Jonghyun sambil menunjukkan dua buah foto yang ternyata itu adalah foto mereka berdua.

Alis Seokjin bertautan. 'Wait? Abel Kim? Jadi gadis itu Adik tiri Im Jin-Ah? Wah! Menarik!' batin Seokjin tersenyum miring.

"Nana ini memiliki dendam terhadap keluarga Kim, lebih tepat Ibunya yang memiliki dendam pada Tuan Kim Changwook. Singkat cerita, Im Jin-Ah atau yang akrab dengan panggilan Nana ini mendekati Kim Changryuk dengan rayuan ularnya pada saat dirinya masih berusia 14 tahun. Kalau tidak salah Nana masih kelas 1 SMP saat itu. Meski dirinya baru memasuki masa remaja, Nana sudah terbilang sangat licik dan sikap ini selau diajarkan oleh Ibunya untuk berbuat licik pada semua orang." imbuh Jonghyun.

Berhenti sejenak untuk membasahi bibirnya, lalu melanjutkan, "Bisa dikatakan Kim Changryuk ini gila akan gadis yang masih perawan dan polos atau biasa orang bilang 'pedofil'. Sehingga dia bisa termakan oleh rayuan licik Im Jin-Ah yang berpura - pura polos saat itu. Tapi itu dulu sebelum bertemu dengan Nana dan saya tidak akan membicarakan dendam apa yang membuat Nana berbuat kejam seperti ini."

Selama Jonghyun menerangkan data diri seseorang yang menjadi dalang kejahatan ini, Jieun hilang fokus. Ketika dirinya mendengar nama Im Jin-Ah, hatinya seolah - olah menolak kebenaran yang bisa saja nyata di depan matanya. Masih berusaha mencerna setiap kalimat yang keluar dari mulut Jonghyun.

Namun sepertinya Seokjin menangkap gelagat aneh dari sang Kakak. Ia melirik pada Jieun. Dapat ia lihat tatapan seorang Kim Jieun kini nampak tidak fokus, jari jemari yang saling bertautan bergerak begitu gelisah di atas meja dan kerutan - kerutan mulai menampakan dirinya di dahi.

"Seokjin?"

Jonghyun membuat sang empu nama terkejut hingga sedikit terlonjak. Otomatis Seokjin menoleh dan mendapati beberapa pasang mata menatapnya. Bahkan raut wajahnya berubah melongo karena saking kagetnya. Retina mata bergulir menatapi mereka satu persatu hingga ekpresinya kembali datar dan dingin.

"Wae?" tanya Seokjin ketus.

"Apa kau mendengar penjelasan yang di katakan Jonghyun Hyung tadi?" Bukan Jonghyun tapi Jaehwan.

Kini netranya bergulir malas ke arah sosok detektif muda di sisi meja kirinya. Yang dipekerjakan karena kecepatan dan ketangkasannya dalam mencari bukti kejahatan yang di lakukan oleh penjahat di luar sana. Bahkan ia putus kuliah hanya karena pekerjaan ini.

Tatapannya kini semakin malas menatap orang - orang di depannya ini. 'Kenapa aku harus ada di antara orang - orang yang memiliki huruf J di awal nama mereka? Selain Yoongi dan aku. Aish!' batin Seokjin menggerutu.

Seokjin menghela nafas jengah. "Seharusnya kalian tegur Jieun Noona yang melamun. Bukan aku." dengusnya.

Beralihlah sepasang mata mereka yang langsung memandang sosok Jieun yang melamun. Sang Suami merangkulnya dari samping, sontak mengejutkan Jieun hingga menatapnya.

Jingoo membalas tersenyum. "Kenapa kau melamun? Ada apa hm?" tanyanya lembut.

Helaan nafas keluar dari bibir mungil sang Istri. "Nana adalah Seniorku di sekolah dan aku dekat dengannya." ungkapnya seraya menunduk dalam.

Semuanya -terkecuali Seokjin, Joongi dan Jaehwan- terkejut akan pernyataan yang keluar dari mulut Jieun. Yoongi yang sikapnya acuh pun tidak bisa memungkiri bahwa dirinya juga terkejut. Namun setelahnya ia cepat - cepat merubah raut wajahnya menjadi datar kembali. Memang Yoongi paling jago menjaga imagenya agar tidak menjatuhkan harga dirinya di depan semua orang.

"Tapi itu dulu, sebelum aku menghilang 14 tahun yang lalu." ucapnya pelan.

Joongi menatap keponakan cantiknya lekat. "Samcheon sudah mendengarnya dari pengakuan Nam Saeron sendiri saat itu. Gadis ini merupakan kaki tangan Im Jin-Ah atas penculikan Kim Soobin beberapa Bulan yang lalu."

"Tapi dia telah bergabung dengan kami dengan tujuan untuk menangkap Nana dan juga akan menyerahkan dirinya ke Kantor Polisi jika masalah ini terselesaikan." sela Jaehwan.

Kepala Jieun mendongak. Ada sedikit secercah harapan, dirinya dan keluarganya bisa lepas dari orang - orang jahat ini. "Aku mohon Samcheon. Bantu kami menangkap mereka, termasuk Changryuk si tua bangka itu!"

Joongi mengangguk dan tersenyum tipis. "Kau tenang saja. Sebelum Kim Changryuk ditangkap, Samcheon akan menangkap si ular itu." Jieun hanya membalasnya dengan senyuman manisnya.

"Yoongi, apa kau bisa melacak di mana rumah pribadi Im Jin-Ah berada?" celetuk Seokjin mengalihkan atensitas orang - orang di Ruang VVIP tersebut.

"Aku sudah mencarinya melalui CCTV yang terpasang di jalanan Seoul dan menemukannya di jalan XX, Apartemen mewah di kawasan itu. Dia tinggal seorang diri," terangnya. Lalu menatap Jaehwan dan Joongi bergantian. "Dan maafkan saya jika saya melakukannya secara illegal." akunya.

Mendengar pengakuan dari mulut Min Yoongi, dua orang dari Kepolisian ini hanya menghela nafas pasrah. Demi menangkap wanita ular itu, keduanya menurunkan egonya dan tidak meluapkan emosinya sembarangan.

"Baiklah. Kali ini saya akan melepasmu. Lagipula kau bergabung dalam masalah ini. Tapi untuk selanjutnya, saya akan menangkapmu jika melakukannya secara illegal kembali." ujar Joongi selaku Kepala Kepolisian Seoul.

Yoongi hanya menunduk sebagai permintaan maafnya pada kedua Polisi di meja sisi kirinya. Lalu ia berkutat kembali dengan laptop kesayangannya itu.

"Lalu, apa rencana kita kali ini?" tanya Jaehwan mengalihkan.

Semuanya terdiam. Mengalihkan pandangan mereka ke arah orang - orang di dalam sana dan saling bertatapan. Namun tak lama tatapan mereka berakhir pada Seokjin yang masih diam mengunyah permen karet di mulutnya. Dengan mata memandang satu arah pada benda pipih yang ia genggam di tangan kanannya.

Merasakan banyak pasang mata yang menatap dirinya, Seokjin mendongak dan mengernyitkan keningnya bingung. "Wae? Kenapa kalian menatapku seperti itu?"

"Apa kau tidak mendengar percakapan kami tadi?" tanya Jaehwan.

Ia melirik sekilas pada Jaehwan lalu kembali berkutat pada ponselnya. Entah paa yang sedang Seokjin lakukan saat ini.

Jaehwan mendengus, merasa di abaikan. "Yaa, kau mengabaikanku Seokjin?" 

"Tidak. Aku hanya sedang mengirim pesan pada seseorang," jawab Seokjin dingin. "Lagipula aku tetap mendengarkan kalian."

California, 08.00 PM

Di sebuah unit Apartemen dengan nomor 203 di kawasan XX, terdapat seorang gadis yang sedang berkutat dengan laptopnya. Mengerjakan tugasnya seorang diri di dalam Apartemennya. Tidak lupa dengan musik EDM yang ia putar dengan volume sedang. Tidak mungkin ia memperkuat volumenya hingga full dan mengganggu tetangganya. Juga terdapat camilan yang ada di samping kiri laptopnya.

Ia tidak tinggal sendirian. Seorang gadis yang juga seusianya tinggal menemani gadis si pemilik unit Apartemen ini. Sahabatnya selama dirinya tinggal di California. Sesama orang Korea. Kini tengah menghampiri gadis yang sibuk berkutat dengan laptopnya di dalam kamar. Pintunya terbuka lebar.

"Hei. Are you finished your assignment?" tanya gadis bermarga Kim itu setelah berdiri di sampingnya.

Gadis lainnya menggeleng. "Not yet. Masih banyak yang harus aku selesaikan, jadi kau jangan menggangguku." dengusnya kemudian.

"Ck. Masih untung aku mau bertanya padamu. Bagaimana kalau tidak? Kau akan merasa dikucilkan olehku."

"Ya ya ya, terserah kau saja." pasrahnya.

Si Kim mendengus kesal. Namun tetap berdiri di sisi sahabat seusianya. Dirinya menatap layar laptop sahabatnya dengan mata menyipit. Untungnya sahabatnya ini tak terganggu sama sekali.

Namun atensi si Kang itu teralihkan setelah indera pendengarannya menangkap suara pesan masuk di ponsel sahabatnya ini.

"Eung? Unkown Number?" gumamnya. Lalu menatap sahabatnya itu. "Abel, you get one a message, but who? Kenapa hanya nomor saja?" tanyanya.

Atensinya beralih pada layar ponsel yang sudah menggelap lantas mengambilnya. Mengacuhkan sahabatnya yang sudah mencebik kesal padanya. Dibukanya pesan itu dan ia baca.

From: Unknown Number

Hei! Long time no see, Abel-ssi!
Apa kabarmu hm? Kekeke...
Sepertinya kita sudah hampir 7 tahun tidak bertemu. Apa kau masih mengingatku? Atau jangan - jangan kau melupakanku? Kekekee..

Aku mengirim pesan hanya ingin berpesan padamu, lebih baik kau berdiam diri di California saja dan tidak perlu kembali ke Korea. Jadi nikmati saja kuliahmu di sana bersama sahabatmu.
Jangan bertanya kenapa aku berbicara seperti ini. Suatu saat nanti kau akan mengerti.

See ya!

Gadis yang bernama Abel ini mengernyit. 'Apa maksud dari pesan yang di kirim oleh orang yang tak kukenal ini? Dan dia mengenalku? Berani - beraninya memerintah! Memang dia siapa?!' batinnya.

===============

To be Continue

Continue Reading

You'll Also Like

121K 8.9K 32
Karena di awal awal saya menulis ini, ada penulisan yang amatir jadi beberapa chapter akan saya perbaharui. "Hyung jangan tinggalkan kami" "kembalila...
19.5K 984 7
Lucis adalah sebuah kerajaan sihir yang sangat damai dibawah naungan dan perlindungan kristal ajaib Yang dijaga oleh 7 pangeran tampan dengan sih...
35.6K 5.7K 21
tentang kisah 7 orang pendaki yang menghilang secara misterius pada tahun 1884, dan dinyatakan meninggal. namun 30 tahun setelah itu yaitu pada tahun...
405K 29.8K 40
Romance story🤍 Ada moment ada cerita GxG