Dosenku Suamiku (TAMAT)...

Oleh kepojanganberlebihan

56M 3.3M 873K

Telah terbit di Penerbit Romancious. Cerita ini tidak di revisi, jadi masih berantakan. Kalau mau baca yang l... Lebih Banyak

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
DS
55
56
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
86
Plagiat
EXTRA-PART
Info Novel DS
Novel DS
info lagiiiii!
GIVEAWAY NOVEL DS!
VOTE CAST
PO NOVEL DS MAKIN DEKAT!
PAKET & BONUS NOVEL DS
VOTE COVER!
CARA BELI NOVEL DS
GIVEAWAY LAGII
DOORPRIZE DS!
H-3 PO NOVEL DS
BESOK PRE-ORDER DS!
PO KEDUA SUDAH DIBUKA!
Info cerita Dosenku Suamiku 2!
DOSENKU SUAMIKU 2!
DOSENKU SUAMIKU 2 SUDAH PUBLISH!
DS!

68

622K 46.3K 18.2K
Oleh kepojanganberlebihan

HAIHAIHAIII!🖤
APA KABAAAAR?
JANGAN LUPA VOTE AND COMMENT!

TRIMAKASII ATAS SUPPORTNYAA!🖤

Maaf baru bisa up.

QnA nya belum di upload yaa').

OIYA, BAGI YANG MASUK GC PEMBACA DAN PENULIS DS, HARAP JUJUR. GAUSAH NYAMAR SEGALA, GA KEREN.

KALO CEWE YA CEWE AJA, GAUSAH NGAKU COWO. BEGITU SEBALIKNYA.

SABAR, GA BOLEH NGATAIN. DAHLAH.

HAPPY BIRTHDAY!

Oiyaa, tanggal 9 Agustus kemarin mamak Author ulang tahun loooh wkwkkw/Ngasi tau doang.

Makasi yang udah ngucapin, wkwkw.

HAPPY READING!

Setelah beberapa menit bertahan di dalam selimut, akhirnya Dira membuka selimutnya sambil menarik nafas. Ia pengap.

"Huft.. hah, pengap gue." gumam Dira sembari mengatur nafasnya.

Sedangkan Rey, ia kembali menutup matanya dan mulai terlelap.

Dira melirik ke arah Rey, ia mengerutkan dahinya. "Pak," ucapnya.

"Hm," gumam Rey.

Dira segera menepuk-nepuk pipi Rey dengan pelan. "Pak, jangan tidur lagi."

Rey segera menggenggam tangan Dira, membuat tangan Dira berhenti dari menepuk-nepuk pipinya, beralih berdiam di pipi Rey.

Dira terdiam sejenak, merasakan pipi Rey yang masih hangat.

Rey menggenggam tangan Dira dengan erat, ia perlahan menarik telapak tangan Dira ke arah bibirnya dan menciumnya sejenak.

Cup..

Kemudian Rey kembali menarik telapak tangan Dira ke pipinya, matanya masih tertutup dengan rapat.

Dira perlahan mengubah posisinya menghadap ke arah Rey, ia tersenyum simpul.

Dira menatap Rey dengan fokus. "Pak," ucapnya dengan pelan.

"Hm," gumam Rey.

"Bangun, Pak. Mandi dulu," ucap Dira.

Rey menggelengkan kepalanya dengan pelan. "Gak," ucapnya dengan pelan.

Dira mengerutkan dahinya. "Kenapa?"

"Dingin," ucap Rey.

Dira terkekeh sejenak. "Ya dingin lah, namanya juga air."

Rey perlahan membuka matanya. "Emang ga ada yang panas?"

"Ada," ucap Dira.

"Apa?" ucap Rey.

"Neraka," ucap Dira sembari menahan tawa.

Rey mengerutkan dahinya. "Badan saya panas," ucapnya.

Dira menganggukan kepalanya, ia berdehem. "Ehm.."

Rey menaikkan sebelah alisnya.

"Penghuni neraka," ucap Dira dan diakhiri kekehannya.

Rey kembali mengerutkan dahinya, ia ikut terkekeh geli sembari sedikit menarik hidung mancung Dira.

"Ehm," gumam Dira masih terkekeh geli.

Rey melepaskan tarikannya pada hidung Dira, dan beralih memeluk tubuh Dira sambil memejamkan matanya.

Dira mengerutkan dahinya. "Dih, jangan tidur lagi." ucapnya sembari menggoyangkan bahu Rey, mencegah Rey agar tak kembali tidur.

"Ngantuk," ucap Rey dengan pelan.

"Minum obat dulu," ucap Dira.

Rey menggelengkan kepalanya, ia memeluk tubuh Dira dengan erat dan menyembunyikan wajahnya di dada Dira.

Dira mengerjapkan matanya. "Pak Rey," ucapnya dengan pelan.

"Hm," gumam Rey.

"Bapak kok jadi manja," ucap Dira dengan pelan.

Rey tak menggubris ucapan Dira, ia kembali terlelap di dalam dekapan Dira.

Dira menundukkan kepalanya, melihat wajah pucat Rey yang mulai terlelap.

Dira menghela nafasnya, ia kemudian mulai melepaskan tangan Rey dari tubuhnya dengan perlahan.

Setelah beberapa lama, Dira berhasil melepaskan pelukan Rey pada tubuhnya.

Dira dengan hati-hati bergeser dan turun dari kasur, ia berusaha agar tak menimbulkan suara.

Setelah berhasil turun dari kasur, Dira mulai melangkahkan kakinya dengan hati-hati menuju pintu kamar.

Merasakan sesuatu hilang dari pelukannya, Rey langsung membuka matanya.

Terlihat Dira berjalan dengan hati-hati menuju pintu kamar, membuat Rey mengerutkan dahinya.

"Anindira Maheswari," ucap Rey.

Dira membelalakkan kedua bola matanya, ia langsung berbalik dan menatap Rey dengan terkejut.

"Iya?" ucap Dira.

"Kamu mau kemana?" ucap Rey sembari menatap Dira dengan tajam.

"Saya.. mau ke bawah," ucap Dira sembari menampilkan gigi ratanya.

Rey menaikkan sebelah alisnya. "Ngapain?"

"Ehm.. ngambil obat," ucap Dira.

"Sini," ucap Rey.

Dira mengerutkan dahinya. "Ngapain?"

"Buruan," ucap Rey.

Dira dengan cepat melangkahkan kakinya menuju kasur, ia menaikkan kedua alisnya. Kebingungan.

Rey segera menyibakkan selimutnya, ia kemudian turun dari kasur.

Dira menatap Rey dengan bingung. "Bapak mau kemana?"

Rey mengulurkan telapak tangannya kepada Dira. "Saya ikut," ucapnya.

Dira mengerjapkan matanya. "Ngambil obat?"

Rey menganggukan kepalanya.

Dira beralih melirik ke arah telapak tangan Rey, ia mengerutkan dahinya.

"Ayo," ucap Rey.

Dira kembali menatap Rey dengan bingung. "Hah?"

"Bawa saya," ucap Rey dengan pelan.

Dira membelalakkan kedua bola matanya. "Ehm.. are you kidding me?"

Rey menggelengkan kepalanya. "Enggak," ucapnya.

Rey semakin mendekatkan telapak tangannya kepada Dira, membuat Dira meneguk salivanya.

"Buruan," ucap Rey.

Dira melirik ke arah tangan Rey sejenak, ia perlahan menganggukan kepalanya dan segera menggenggam telapak tangan Rey.

Dira kembali menatap Rey. "Bapak ga mandi dulu?"

Rey menggelengkan kepalanya.

"Mandi dulu dong," ucap Dira.

"Gak," ucap Rey.

Dira menghela nafasnya, ia segera menuruti keinginan Rey mengikuti dirinya.

-

Setelah sampai di lantai dasar, Dira membawa Rey menuju ruang TV.

Dira segera menyuruh Rey duduk di sofa, ia kemudian menyalakan TV.

"Bapak duduk dulu disini, saya mau ngambil obat." ucap Dira.

"Ikut," ucap Rey.

Dira menggelengkan kepalanya. "Gak, disini aja."

"Saya mau ikut," ucap Rey.

"Disini aja," ucap Dira sembari memelototi Rey.

Rey menghela nafasnya, ia kemudian menganggukan kepalanya sebanyak satu kali.

"Bagus," ucap Dira dan segera melangkahkan kakinya menuju dapur.

Setelah mendapatkan obat dan mengambil satu gelas air putih, Dira kembali melangkahkan kakinya menuju ruang TV.

Dira segera menyodorkan obat dan segelas air minum kepada Rey, sedangkan Rey sengaja tak melihatnya.

"Pak Rey," ucap Dira.

"Saya ga minum obat," ucap Rey sembari menatap layar TV yang menampilkan acara berita.

Dira menghela nafasnya. "Trus minum apa? Minum beras?"

Rey menggelengkan kepalanya.

Dira langsung duduk di sebelah Rey, ia kembali menyodorkan obat dan air minum kepada Rey.

Rey tak menghiraukan Dira yang berada di sebelahnya.

"Pak Rey, minum obat dong." ucap Dira menahan kesal.

"Gak," ucap Rey tanpa mengalihkan pandangannya dari layar TV.

"Mau sehat gak?" ucap Dira.

"Mau," ucap Rey.

"Minum obat dong," ucap Dira.

"Gak," ucap Rey.

Dira menghembuskan nafasnya dengan kasar, ia beralih memutar kedua bola matanya dan menaruh obat dan air minum di atas meja.

Dira tersandar di sofa sembari melipat kedua tangannya di dada, ia melirik ke arah Rey dengan tajam. "Mau sehat tapi ga mau minum obat," ucapnya.

"Ga enak," ucap Rey.

Dira mencebikkan bibirnya. "Makanya, kalo ga mau sakit jangan begadang. Ga liat apa kantung matanya udah gelap banget, ngalah-ngalahin warna item aja."

Rey melirik ke arah Dira. "Gimana?"

"Gak," ucap Dira dan segera mengalihkan pandangannya.

Rey langsung menoleh ke arah Dira, menatap mata Dira dengan tajam. "Trus ini warna apa?" ucapnya sembari menunjuk kantung matanya.

"Ga tau ah, gelap." ucap Dira sembari menghindari tatapan tajam Rey.

"Trus gelap warnanya apa?" ucap Rey.

"Mana gue tau," ucap Dira dengan cepat.

Rey mengerutkan dahinya. "Ngomong apa?"

Dira menggelengkan kepalanya dengan acuh.

"Dira," ucap Rey.

Dira beralih menatap Rey dengan tajam. "Mana gue tau," ucapnya.

"Ga sopan," ucap Rey.

"Gi sipin," ucap Dira meledek.

Rey menaikkan sebelah alisnya. "Dira," ucapnya.

"Diri," ledek Dira.

"Berdiri sana," ucap Rey.

Dira mengerutkan dahinya, ia tampak berpikir. "Dira, Diri. Iya sih, gak! Ga mau," ucapnya menolak.

Tangan Rey segera mencubit bibir Dira, membuat Dira membelalakkan kedua bola matanya.

"Hmm!"

"Ngomongnya di jaga," ucap Rey.

Dira memukul-mukul lengan Rey, "hmm!"

Rey langsung melepaskan cubitannya pada bibir Dira.

"Ish!"

"Apa?" ucap Rey.

"Saya ngomong bener kok, kantong mata aja kek gitu. Udah gelap, isinya dosa kali." ucap Dira.

"Iya, dosa kamu." ucap Rey.

"Enak aja," ucap Dira tak terima.

Rey menyeringai, membuat Dira menatapnya dengan kesal.

Rey langsung merubah posisinya menjadi berbaring, ia meletakkan kepalanya di atas paha Dira.

Dira membelalakkan kedua bola matanya. "Enak aja," protesnya.

"Diem," ucap Rey.

Kedua telapak tangan Dira langsung menutup wajah Rey, berusaha membuat Dira agar tak semakin kesal.

Rey segera menggenggam salah satu tangan Dira yang menutupu hidung dan bibirnya, ia kemudian menggigit pelan tangan tersebut sejenak.

"Akh," pekik Dira dengan terkejut.

Dira langsung menarik tangannya, sedangkan Rey terkekeh geli melihat reaksi Dira.

Dira mengibas-ngibaskan tangannya, dirinya benar-benar kesal.

"Kanibal," ucap Dira dengan kesal.

"Sini saya makan," ucap Rey sembari tersenyum.

"Dih," gumam Dira.

Rey hanya tersenyum, ia beralih menatap layar TV.

Saat kepala Rey bergerak, Dira merasakan geli di pahanya. "Pak, jangan gerak-gerak!" ucapnya sembari memukul pelan bahu Rey.

Rey sengaja menganggukan kepalanya, membuat Dira menatapnya dengan tajam.

"Ga usah gerak-gerak, ih!"

Rey terkekeh geli, ia kemudian menatap layar TV tanpa bergerak sedikit pun.

Beberapa menit di lalui dengan menonton berita di TV.

"Pak," ucap Dira.

"Hm," gumam Rey.

"Insect apa?" ucap Dira dengan penasaran.

"Serangga," ucap Rey.

Dira mengerutkan dahinya. "Incest?"

Rey beralih menatap Dira, membuat Dira membelalakkan kedua bola matanya saat Rey menoleh ke arahnya. Paha Dira terasa geli.

"Geli, Pak!"

"Ngapain kamu nanya gitu?" ucap Rey tanpa menggubris ucapan Dira barusan.

"Lagi rame soalnya," ucap Dira.

"Kamu ga tau?" ucap Rey memastikan.

Dira menghela nafasnya. "Kalo saya tau, saya ga bakal nanya."

"Udah, ga perlu tau." ucap Rey.

"Dih," gumam Dira.

"Ga penting juga, buat apa kamu tau?" ucap Rey.

"Penasaran," ucap Dira.

"Udah, ga penting." ucap Rey sembari menoleh ke arah TV.

Dira menahan nafasnya sejenak, pahanya kembali merasa geli. "Bisa ga, kalo noleh tuh santai aja?"

Rey menggelengkan kepalanya, membuat Dira semakin kesal.

"Pak Rey!"

Rey segera menarik satu tangan Dira dan meletakkannya di rambutnya.

Dira menatap Rey dengan tajam. "Ngapain sih?"

"Terserah," ucap Rey.

"Saya jambak nih," ancam Dira.

Rey kembali menoleh ke arah Dira. "Gak gitu," ucapnya.

Dira langsung mencengkeram rambut Rey, ia menatap Rey dengan tajam. "Makanya, nolehnya santai aja. Paha saya geli," ucapnya dengan geram.

Rey menatap Dira dengan tajam, apa yang akan Dira lakukan dengan rambutnya?

"Saya jambak nih," ucap Dira mengancam.

"Saya cium," ucap Rey mengancam balik.

Dira semakin kuat mencengkeram rambut Rey, membuat Rey membelalakkan kedua bola matanya.

"Sakit, Dira."

"Berani?" ucap Dira menantang.

"Mau saya cium?" ucap Rey menantang balik.

"Botak nih," ancam Dira.

"Kamu- akh!"

Dira tak sengaja menjambak rambut Rey, ia ikut terkejut.

"Mampus, Pak Rey?!" ucap Dira terkejut.

Kedua tangan Rey memegang kepalanya, jambakan Dira cukup menyakitkan.

Dira mengerjapkan matanya, ia segera membantu tubuh Rey bangun dari posisinya.

"Pak?" ucap Dira mulai panik.

Tubuh Rey mulai duduk dengan tegap, matanya masih terpejam dengan kedua tangan yang masih berada dikepalanya.

"Pak Rey gapapa?" ucap Dira dengan panik.

Rey perlahan membuka matanya, ia menyeringai sejenak.

Kedua tangan Rey langsung mendorong tubuh Dira di sandaran sofa, membuat Dira terkejut.

Rey langsung mengecup bibir Dira, sedangkan Dira membelalakkan kedua bola matanya. Dira masih tak percaya.

"Hmff-"

Kedua tangan Rey memegang wajah Dira, membuat dirinya semakin mudah mengecup bibir sang istri.

Dira akhirnya membalas ciuman Rey, ia kembali mengikuti keinginan Rey.

Rey perlahan beralih ke arah leher Dira, mengecupnya dengan penuh nafsu dan meninggalkan beberapa jejak.

"Engh.." desah Dira.

Rey menyeringai, ia kembali melumat bibir sang istri.

Beberapa detik mereka lalui dengan ciuman panasnya.

"Hm.. ah.."

Selang beberapa detik, Rey akhirnya menyudahi ciuman mereka.

Dira menatap Rey dengan tajam, membuat Rey mengerutkan dahinya.

"Kenapa?" ucap Rey.

"Bikin khawatir mulu," ucap Dira dengan kesal.

Rey tersenyum simpul. "Khawatir ke saya?"

"Ke tetangga," ucap Dira dengan cepat.

Rey terkekeh geli, ia kembali berbaring dan meletakkan kepalanya di atas paha Dira.

Rey tersenyum, menatap wajah Dira yang terlihat masih kesal.

Tangan Rey kembali menarik tangan Dira ke arah rambutnya. "Ga usah di jambak," ucapnya memperingati.

"Saya maunya ngejambak," ucap Dira sembari menatap Rey dengan menantang.

"Saya cium lagi," ucap Rey mengancam.

"Dih, nafsuan." ucap Dira, "jangan-jangan demam gegara rindu sama saya."

"Ke PD an kamu," ucap Rey.

Dira menaikkan kedua alisnya. "Siapa tau kan," ucapnya.

Rey tersenyum mendengar ucapan Dira. "Makanya, kalo ada masalah jangan suka ngilang."

Dira mengerutkan dahinya. "Siapa yang ngilang?"

"Istri saya," ucap Rey.

"Mana ada ngilang," bantah Dira.

"Trus kemana?" ucap Rey.

"Ya.. suami saya aja yang ga mau ketemu saya," ucap Dira.

"So tau kamu," ucap Rey.

"Bener kan?" ucap Dira.

"Enggak," ucap Rey.

"Dih," gumam Dira.

Rey hanya menyeringai, tangannya menuntun telapak tangan Dira agar memainkan rambutnya.

"Mainnya gini, ga kasar kaya tadi." ucap Rey.

"Tadi ga sengaja," ucap Dira membantah.

"Ga sengaja dari mana?" ucap Rey.

"Ga sengaja dari di jodohin, malah jadi suka. Iya kan? Ngaku aja," ucap Dira.

"Ga nyambung," ucap Rey.

Dira menyeringai, ia menatap Rey sambil menaik-turunkan kedua alisnya. "Ngaku aja, Mujidin."

"Sembarangan," ucap Rey.

"Panggilan sayang," ucap Dira sembari terkekeh.

"Panggil sayang aja," ucap Rey sembari tersenyum simpul.

"Dih, ga mau." ledek Dira.

"Sayang?" ucap Rey dengan lembut, ia kemudian terkekeh.

"Mujidin sayang, hahahah."

"Ini yang ga ada akhlak istri saya," ucap Rey.

Dira menaikkan sebelah alisnya. "Gapapa, yang penting di sayang sama Mujidin. Hahahah," ucapnya diakhiri tawa pecah.

"Kenapa harus Mujidin?" ucap Rey.

"Gapapa, cocok aja sama bapak."

"Ga cocok," ucap Rey.

"Cocok kok," ucap Dira.

"Mana cocok saya sama Mujidin, cocoknya sama Dira." ucap Rey diakhiri kekehannya.

"Acieee, najis. Hahahaha," ledek Dira.

Rey menarik telapak tangan Dira menutupi wajahnya, ia hanya terkekeh geli mendengar ucapan Dira.

"Udah," ucap Rey menghentikan tawanya.

"Kenapa sayang?" ucap Dira, ia kembali tertawa.

"Mujidin," ucap Rey.

"Hahahahahah," Dira tertawa pecah mendengar ucapan Rey.

HAIHAIHAIII!
JANGAN LUPA VOTE AND COMMENT!

GIMANA PART INI?

BOLEH BIKIN IG STORY, TAG AUTHOR rahma_niida NTAR INSYA ALLAH AUTHOR REPOST. TRIMAKASII!🖤

Yok mampir ke ig dulu, Author baru abis post foto wkwkw pada ga nanya. Dahlah.

MONMAAP GAJE').

INI UDAH 2000 WORDS GAIS.

JANGAN LUPA BACA JUGA MHIME 1 & 2!><

Doain ya, semoga MHIME 1 bisa dibukukan:)🖤🙏.

JANGAN BOSEN, YA!

SEE U!

Lanjutkan Membaca

Kamu Akan Menyukai Ini

1.2M 2.2K 1
Ini kisah fiktif, mungkin sedikit tidak masuk di akal. Jangan emosi saat membacanya karna banyak typo dan jauh dari PUEBI. Tidak ada adegan dewasa ta...
4.5M 27.5K 2
βš οΈπƒπˆπ“π”π‹πˆπ’ π”ππ“π”πŠ πƒπˆππ€π‚π€, ππ”πŠπ€π πƒπˆππ‹π€π†πˆπ€π“βš οΈ βš οΈππ€π‘π“ π‹π„ππ†πŠπ€πβš οΈ *** Menceritakan tentang Dua orang sahabat keci...
26.4K 612 29
Cinta itu tidak memandang fisik atau pun umur,dan cinta jga bisa datang dan pergi kapan saja
115K 6.8K 26
Dilamar karena saling mencintai ❌ Dilamar karena mendoakan waktu bersin βœ… Seorang gadis bernama Najla Faqihatun Nissa yang baru memulai hijrahnya aki...