The Twins ✓

By kimjinieya__

97.1K 10.9K 1K

[COMPLETE] Kim Seokjin yang memiliki rahasia besar mengenai keluarganya, harus mengorbankan diri untuk melind... More

part 1
part 2
part 3
part 4
part 5
part 6
part 7
part 8
part 9
part 10
part 11
part 12
part 13
part 14
part 15
part 16
part 17
part 18
part 19
part 21
part 22
part 23
part 24
part 25
part 26
part 27
part 28
part 29
part 30
part 31
part 32
part 33
Epilog [Jeju-do]

part 20

2.1K 267 18
By kimjinieya__

Budayakan Vote dan Comment.
Gomawong!

# Happy Reading #

🌸🌸🌸

Keesokan harinya, 07.20 KST

Pagi ini di Apartmen Seokjin kini hanya ada Yoongi dan Soobin saja. Keduanya kini berada di lantai bawah namun dengan aktivitas masing - masing. Yoongi sedang memasak sarapan untuk mereka berdua sedangkan Soobin bermain games di ponselnya.

Setelah bangun Soobin sama sekali tidak bertanya ataupun membicarakan kepergian Seokjin pada manusia es itu. Semalam sang Tuan rumah tidak ada di rumah. Entah pergi ke mana sampai dua manusia berbeda usia ini tidak mengetahuinya. Jadi sekarang Soobin lebih memilih diam daripada mengajaknya berbicara. Sedikit takut katanya. Soobin rasa ia belum dekat dengan makhluk satu itu dan beruntung anak itu sudah dekat dengan sahabat Seokjin yang lainnya. Tentu saja ia juga sangat bahagia jika dirinya bisa bertemu dengan Jungkook kemarin.

Sahabatnya kemarin memang sungguh menggemaskan. Malah lebih dari Soobin. Padahal kedua anak ini memiliki julukan yang sama, yaitu kelinci bongsor. Julukan itu di berikan oleh kelima sahabat Seokjin. Sedikit iri sebenarnya dengan besar tubuh mereka. Apalagi Soobin. Anak itu sangat tinggi, malah melebihi tinggi Namjoon. Tapi soal merajuk, Jungkook yang lebih ahli dari pada Soobin. Malah lebih dewasa dari pada Jungkook.

Mengingat kejadian kemarin, rasanya Soobin ingin sekali tertawa. Lantas ia menghentikan gamesnya sejenak dan tiba - tiba Soobin menutup mulutnya sendiri demi menahan dirinya agar tidak tertawa keras. Dengan dua tangan pula.

'Aigooo... Kenapa aku jadi mengingat kejadian semalam?' batinnya sedikit terkekeh kecil.

Tiba - tiba pikirannya kembali melayang ketika kejadian pada saat dirinya dan Jungkook bertemu semalam.

[Flashback On]

"Jungkookie sudah pulang!!" teriak Hoseok.

Bukannya Jungkook yang mengatakannya tapi malah Hoseok. Sedangkan Jungkook hanya mendengus kesal dan menoleh pada Hoseok dan menatap kesal.

"Seharusnya aku yang mengatakannya, bukan kau Hyung!" protesnya.

Tawa menggelegar seketika terdengar di dalam Apartemen. Hanya Hoseok, Taehyung dan Jimin tentunya. Namjoon hanya terkekeh kecil. Sedangkan ketiga pemuda yang lainnya hanya menatap mereka dalam diam. Namun salah seorang Pemuda di sana berdiri tiba - tiba dan terbelalak. Matanya mulai berkaca - kaca.

"Jungkook-a..." panggilnya lirih.

Suara yang tak begitu familiar merasuk ke gendang telinganya. Ia mendongak dan detik itu juga ekspresi wajahnya yang tak bisa ia kendalikan.

"K-Kim Soo.. bin?!"

Sepasang mata Jungkook melebar sempurna seakan - akan kedua matanya akan keluar dari tempat. Jungkook benar - benar terkejut akan sosok sahabat yang ada di depannya sekarang. Ini bukan mimpi bukan? Jungkook tidak bermimpi bukan? Tolong bangunkan Jungkook sekarang juga....

Tungkai yang tadi terpaku di tempat ia berpinjak kini berlari dan merengkuh sahabatnya yang sudah lama hilang entah ke mana. Jungkook merasa sangat bahagia bisa bertemu dengan Soobin. Apalagi dengan ketiba - tibaan ini.

Air mata Jungkook mengalir dan bibirnya terkulum menahan isakannya. Sungguh. Ia sangat merindukan sahabat terbaiknya ini. Apalagi Soobin sangat dekat dengannya di sekolah. Sangat sangat sangat dekat. Bahkan keduanya selalu digosipkan "homo" karena di mana pun mereka berada, jika ada Jungkook pasti ada Soobin. Begitupun sebaliknya.

Soobin membalas pelukan sang sahabat yang begitu ia rindukan juga. Ia tidak menangis, tapi justru dirinya tersenyum lebar. Salah satu tangannya mengelus punggung Sahabatnya dengan pelan.

Keenam orang yang melihat interaksi kedua magnae ini merasa sangat bahagia. Bahkan senyuman itu terpantri di bibir mereka. Pun dengan Seokjin yang berdiri di tangga setelah turun dari atas.

Jungkook melepas pelukannya sepihak. Lalu menatap sang sahabat. "Kau dari mana saja eoh? Aku mencarimu ke mana - mana, tidak tahunya kau ada di sini!" omelnya.

Bukannya menjawab Soobin malah terkekeh kecil. Mendengar omelan Jungkook berasa sedang diomeli sang kekasih.

Melihat Soobin terkekeh, raut wajah Jungkook berubah masam. "Yak! Kau belum menjawab pertanyaanku!" protesnya.

Tawa Soobin menggelegar di tengah kemarahan seorang Jungkook. Amarah Jungkook sangat lucu bagi Soobin. Bagaimana tidak, Jungkook marah tapi bibirnya tidak bisa dikendalikan. Bibirnya maju melebihi hidungnya. Sangat menggemaskan.

"YAK!" marah Jungkook berteriak sampai terpejam dan urat - urat dilehernya terlihat.

Dan kini, semua Hyungnya juga menertawakan Jungkook yang marah tapi malah terlihat menggemaskan. Sekarang Jungkook benar - benar sedang di mode merajuk. Melihat beberapa Hyungnya menertawakannya membuat raut wajahnya semakin masam dan kusut.

"Kenapa kalian menertawakanku?!!" Jungkook mendengus. Kemudian netra matanya menatap Seokjin yang hanya menatap malas padanya. "Hyung! Lihat! Mereka menertawakanku!" adunya pada Seokjin.

Matanya memejam. Menghela nafas dan menatap Jungkook kemudian. "Kau yang membuat mereka tertawa," sahut Seokjin.

"Kenapa bisa?"

Soobin terkekeh kecil. "Bibir cemberutmu yang membuat kami menertawakanmu, sebab kau menggemaskan." jawabnya terkekeh kecil.

Lagi - lagi Jungkook memanyunkan bibirnya dan membuat seisi Apartemen Seokjin tertawa penuh kehangatan. Sedangkan Seokjin hanya tersenyum tipis melihatnya.

[Flashback Off]

Soobin menertawakan kelucuan Jungkook kemarin dan berusaha sedikit menahannya. Ia masih merasa lucu dengan ekspresi Jungkook yang seperti 'bocah' itu.

"Kekanakan sekali.." gemas Soobin terkekeh.

"Siapa yang kekakanan?" celetuk si manusia es, Yoongi.

Yang sudah berdiri tepat di samping meja makan, seraya meletakkan sarapan untuk Soobin dan dirinya. Menatap malas wajah pucat Soobin.

Lelaki jangkung itu berjengit kaget. Ia mendongak, namun mulut terkatup rapat. Masih ada perasaan takut kala ia melihat raut wajah Yoongi yang selalu datar. Seperti Seokjin.

Kening Yoongi mengernyit. "Kenapa diam? Punya mulut bukan?" sarkasnya.

Soobin hanya mengangguk kaku. Sarkasnya pertanyaan Yoongi membuat bibir Soobin kelu dan takut untuk menjawab. Ia sedikit menunduk dan menatap makanannya. Sambil tangan bermain - main dengan sendoknya di piringnya. Memainkan sup yang masih hangat itu sampai Yoongi geram melihatnya.

Yang lebih tua menghela nafas kasar dan segera mendudukkan diri di kursi hadapan Soobin. "Makanan itu bukan untuk dibuat mainan, tapi di makan. Untung masih hangat. Aku tidak mau Seokjin marah padaku karena tidak mampu menjaga dan merawatmu. Bisa - bisa aku diusir dari Apartemen ini." dengusnya.

"M-mian H-hyung..." ucapnya terbata, yang dibalas dengan anggukan malas tanpa menatap Soobin.

Pada akhirnya, kedua lelaki berbeda usia ini memakan sarapan mereka dalam ketenangan yang berasa sangat canggung. Lebih tepatnya Soobin yang merasa seperti itu. Bahkan netranya terus melirik terus pada Yoongi yang makan dengan tenang sekali.

'Bagaimana caranya aku bisa mengakrabkan diri dengan Yoongi Hyung? Dia sangat sulit untuk didekati.' dengusnya dalam hati.

Tak mau memikirkannya lagi, Soobin memilih memakan sarapannya dengan bibir cemberut. Sedangkan Yoongi makan dengan tenang.

Sementara di tempat lain...

Sudah semalaman ini Seokjin tidak pulang ke Apartemen. Ia juga tidak tahu kalau kelima sahabatnya berkunjung ke Apartemen, tanpa mengetahui keberadaannya sekarang. Sengaja sebenarnya. Seokjin ingin menyendiri. Banyak pikiran yang membuatnya merasa terbebani dan hidupnya begitu berat. Ingin rasanya ia pergi dari dunia ini, meninggalkan semua orang yang membuatnya pusing tujuh keliling. Namun ia tidak bisa. Masih ada tanggung jawab besar yang harus ia lakukan sebelum pergi jauh. Seokjun dan Minyoung. Ia harus menjaga mereka. Sampai masalah ini benar - benar selesai.

Awalnya Seokjin ingin tetap berdiam diri di Sungai Han, namun ia lebih memilih menyendiri di Basecamp tempat Bangtan berkumpul. Karena memang akhir - akhir ini tempat itu tidak digunakan dan lebih memilih berkumpul di Apartemennya. Maka dari itu, Seokjin memilih berdiam diri di sini.

Tidak berdiam diri merenung seperti orang depresi atau stress. Malah justru anak itu tidur di bangku yang biasa ia gunakan untuk berbaring. Tapi kenapa Seokjin tidak memilih masuk ke rumah kecil itu? Daripada harus tertidur di bangku dan kedinginan semalaman.

Seokjin memang tidak perduli dengan cuaca malam hari yang terasa dingin menurutnya.

Sinar matahari sudah menjulang tinggi di atas dan menyinari wajah tampan seorang Kim Seokjin yang masih tertidur di bangku itu. Akibatnya ia sedikit terusik dan berusaha membuka matanya. Tangannya berusaha memblokir sinar matahari yang terasa silau di matanya.

Dengan malas ia bangun dan terduduk di bangku. Menguap sejenak dan merenggangkan ototnya karena pegal. Tidur di bangku yang terbuat dari kayu itu memang sangat menyakitkan. Otomatis punggungnya sedikit sakit dan pegal - pegal. Ia sedikit menguap dan mengambil ponselnya yang masih di dalam saku celana.

"Jam 7.30." gumam Seokjin.

Seokjin menghela nafas panjang. Lalu kepala terangkat dan memandang sekitar. Terlebih dirinya tiba - tiba berhenti mengitari sekitar dan menatap di satu titik di arah jam 2. Di mana dirinya melihat seorang wanita tengah berduaan dengan seorang pria yang begitu tak asing di matanya. Berdiri di balkon Rumah mewah yang berada di seberang sana. Namun tak berhadapan dengan Basecamp Bangtan.

Dirinya turun dari bangku dan melangkah maju. Ingin melihat lebih jelas lagi aktivitas dua orang itu di sana. Namun sayangnya, tangannya langsung mengepal ketika dirinya memandang kegiatan yang sungguh tak enak dipandang. Kedua orang dewasa di sana sedang bercumbu dan anehnya orang - orang sekitar tak memperdulikannya.

"Jadi ini kegiatanmu di luar Rumah? Bermain panas dengan wanita jalang dan bercumbu di balkon? Kau liar sekali, Tuan Kim. Sepertinya Nana sudah tidak mampu memuaskan hasrat dan nafsumu, sehingga kau memilih wanita lain untuk bermain. Aku tebak... Wanita itu seusia denganmu?" gumam Seokjin. Lantas berdecih dan tersenyum miring setelahnya. "Sepertinya perlu kuberi kejutan yang sangat spesial untukmu?" kekehnya.

Tak ingin berlama - lama, Seokjin langsung mengangkat tangannya yang masih menggengam benda pipih berwarna hitam itu. Kedua ibu jarinya tampak lihai di layar ponsel. Mengetikkan sesuatu dan mengirimnya pada seseorang. Tidak tahu siapa orangnya. Yang pasti orang itu adalah bawahan tersembunyi yang sangat di percaya Seokjin.

Senyum smirk tak pernah luntur dari bibir tebal seorang Kim Seokjin. "Kita lihat. Apakah kau siap menerima kejutan yang kuberikan ini?" gumamnya. Lantas berdecih. "Kuharap kau bisa kabur dari mereka." tutur Seokjin seraya berlalu dari Basecamp.

Pukul 11.00 KST

"Jieun-a," panggil sang Suami.

Suara deheman terdengar sebagai balasan. Jieun tidak mungkin menoleh di saat dirinya sedang mengiring sayuran untuk sarapan mereka berdua.

"Apa yang sedang kau masak, sayang? Perlu aku bantu hm?" tanya Jingoo dengan kedua tangan merengkuh pinggang kecil sang Istri.

Sedikit risih, Jieun melepas kedua tangan sang Suami yang memeluk perutnya. "Oppa, hentikan ini. Aku sedang memasak dan Oppa menggangguku." ujarnya sedikit mengomel.

"Aigoo... Aku sedang merindukan Istriku ini. Memang tidak boleh?" tanyanya.

Jieun mendengus. "Boleh, tapi setelah aku memasak!" kesalnya.

"Sireo. Oppa maunya sekarang."

"Oppa... Aku mohon. Kalau Oppa menggangguku terus menerus, sarapan untuk kita tidak akan jadi!" omel Jieun.

Bukannya melepas Jingoo semakin mengeratkan pelukannya pada perut sang Istri. Justru membuat Jieun pasrah dan mendiamkan Suaminya yang manja seperti ini.

Keduanya diam. Jieun sibuk memasak dan Jingoo sibuk memeluk mesra sang Istri. Risih sebenarnya. Tapi mau bagaimana lagi, Jieun tidak bisa menolaknya.

Selang beberapa menit sebuah dering ponsel mengejutkan Jingoo. Mendengus setelah tahu bahwa ternyata ponselnya yang berbunyi. Terdapat nama Adik Iparnya terpampang di layar ponselnya. Lantas ia melepas pelukan itu.

"Sebentar ya sayang. Oppa angkat dulu," Jieun hanya mengangguk sebagai jawabannya.

Secepatnya Jingoo menekan tombol hijau guna menerima panggilan dari Seokjin. Adik iparnya.

"Yeob--"

"Aku ingin bertemu dengan Hyung." potong Seokjin.

Jingoo mendengus. "Kau suka sekali memotong pembicaraan orang yang lebih tua darimu, Seokjin-a." protesnya.

Jieun otomatis menoleh ketika mendengar nama Adiknya disebut. Raut wajahnya berubah serius dan menatap lekat pada sang Suami.

Diseberang sana mendengus. "Berhenti bergurau, Hyung." ketus Seokjin.

"Kau ini terlalu kaku," dengusnya. Jingoo lantas menghela nafas pasrah. "Baiklah. Katakan padaku, kenapa kau ingin bertemu dengan Hyung?" tanyanya.

"Kita harus membicarakan masalah yang kita hadapi saat ini. Aku sudah menjebak pria sialan iru di rumah wanita yang entah aku tidak tahu siapa namanya. Dia sudah di sekap oleh bawahanku di suatu tempat yang tidak diketahui oleh siapapun." terang Seokjin.

Jingoo tersenyum senang mendengarnya. "Itu berarti kita hanya perlu menjebak orang yang bekerja sama dengannya?" tanyanya.

"Ya, dan aku lupa memberitahukan ini padamu dan Noona."

Netra Jingoo melirik sekilas pada sang Istri yang ternyata ikut mendengarkan. Lantas ia me-loadspeaker sambungannya agar Jieun mendengarnya juga. "Katakan. Hyung sudah me-loadspeaker sambungan ini. Jieun juga akan mendengarnya." ujarnya.

"Pria tua bangka itu sudah mendapatkan surat kepemilikan Perusahaan Abeoji yang sudah di cap tanda tangan asli." jelasnya.

(Fyi. Jadi di cerita ini, tanda tangan asli Ayah Seokjin dibuat Cap dan cuma satu aja. Seperti di drama - drama kolosal. Kerajaan kan biasanya menggunakan cap untuk menjadi identitas Kerajaan. Nah, di sini aku juga buat idenya hampir sama persis kayak di drama Korea kolosal. Intinya seperti itu.)

"MWO?! Bagaimana bisa?!" teriak Jingoo dan Jieun bersamaan.

Seokjin lagi - lagi mendengus. "Kalian ini! Jangan berteriak bisa tidak?!" omelnya.

"Mian. Lalu kita akan bertemu di mana?" tanya Jingoo.

"Di Cafe XX. Aku tunggu dan jangan lupa bawa Jieun Noona bersamamu."

Jingoo mengangguk meski tak bisa dilihat oleh sang lawan bicara. "Baiklah. Hyung dan Noona akan ke sana 15 menit lagi." ucapnya.

Bip

Panggilan diputus sepihak oleh Seokjin. Sudah di bilang anak itu memang tidak ada sopan santunnya sama sekali. Sukanya membuat lawan bicaranya kesal dengannya. Termasuk Kakak iparnya ini.

"Ck! Anak itu! Selalu saja memutus panggilan sepihak. Tidak sopan!" decaknya sebal.

Jieun terkekeh dibuatnya. "Oppa tahu sendiri, Seokjin memang seperti itu," gemasnya. "Seperti tidak tahu Seokjin saja." tawa Jieun meledak kemudian.

Sang Suami menghembus nafas pasrah dan menatap penuh arti pada sang Istri. "Segeralah bersiap. Oppa tunggu di depan," titahnya yang diangguki Jieun tentunya.

Keduanya berpisah di ruang tengah Penthouse Hotel. Jieun ke lantai atas sedangkan sang Suami keluar Penthouse mereka.

Bergegas bersiap - siap agar tidak terlambat dan menyebabkan Seokjin menunggu. Karena Jieun tahu bahwa Adik kesayangannya ini tak menyukai yang namanya menunggu. Maka ia menggunakan pakaian senyamannya dan membawa tas simple. Lantas dirinya keluar kamar dan segera menyusul Suaminya ke depan.

Mendengar suara pintu terbuka Jingoo menoleh ke belakang. "Kita berangkat sekarang?" tanyanya ketika melihat sang Istri sudah siap dengan pakaian rapinya. Sedangkan sang Istri mengangguk dengan senyum manisnya. "Lebih cepat lebih baik." jawabnya.

"Kajja." ajaknya seraya menggandeng tangan sang Istri sayang.

Eunghh...

Sebuah suara lenguhan dari seseorang yang baru saja sadar dari pingsannya terdengar lirih dan pelan. Ia berada di dalam sebuah ruangan sedikit remang - remang, gelap dengan bau yang tidak sedap jika dihirup. Terlihat seperti sebuah gudang terbengkalau dan kumuh. Sepertinya jauh dari perkotaan?

Pria berusia 50an lebih ini mendongak dan kepalanya masih sedikit pusing. Seperti habis kena hantam di kepalanya. Namun matanya terbelalak kemudian. Ia merasakan tangan dan kakinya sedang diikat. Siapa yang melakukan ini padanya?

Pria itu mengedarkan pandangannya ke segala arah. Gelap dan hanya ada satu cahaya dari jendela di belakangnya. Terlihat dirinya berada di tengah - tengah ruangan tersebut. Menggerakkan tubuhnya ke kanan dan ke kiri, berusaha untuk melepas tali pengikat yang melilit tubuhnya. Pun dengan kakinya.

"Di mana ini? Kenapa aku ada di sini?" monolognya bingung. Sekali lagi ia berusaha bergerak agar terlepas dari tali di tubuhnya. "Bukankah tadi aku ada di rumah Hyekyo? Kenapa sekarang aku ada di sini? Siapa yang membawaku ke tempat gelap ini?!"

Sekali lagi Pria itu bermonolog sendirian di dalam ruangan yang entah pintunya terkunci atau tidak. Pria itu akan selalu berusaha bergerak sebanyak mungkin untuk melepas tali yang melekat di tubuhnya.

"YAK! SIAPAPUN YANG ADA DI LUAR! TOLONG LEPASKAN DAN KELUARKAN AKU DARI SINI! JANGAN BERMAIN - MAIN DENGANKU!"

Rahangnya mengeras, kentara sekali amarahnya sedang memuncak saat ini. Emosi karena tiba - tiba dirinya ada di sebuah tempat yang tidak ia tahu dan gelap seperti ini. Deru nafasnya tak beraturan, dadanya naik turun tak terkontrol.

"YAK!! SIAPAPUN YANG ADA DI LUAR SANA!! LEPASKAN AKU SIALAN!!"

Tiba - tiba terdengar suara kekehan remeh yang sepertinya tertuju padanya di luar tempat gelap itu. "Tidak perlu berteriak seperti itu, Tuan Kim. Berdiam dirilah di sini dan nikmatilah kesengsaraanmu sampai entah kapan kekekee..."

Kedua tangan yang terikat ke belakang terkepal erat. Ia sama sekali tidak mengenal suara itu. Bahkan tidak bisa menebaknya. "SIAPA KAU?! KAU MENCARI MATI DENGANKU?! KALAU BERANI MASUKLAH KE DALAM DAN TUNJUKKAN DIRIMU DI DEPANKU!!" teriaknya lagi.

Tidak ada jawaban dari orang itu. Namun setelahnya terdengarlah suara pintu gudang terbuka. Anehnya, ia sama sekali tak bisa melihat wujud seseorang yang saat ini berdiri di ambang pintu gudang. Karena gelapnya gudang tersebut dan cahaya yang masuk dari belakang tubuh orang itu. Sehingga dirinya tak bisa dengan jelas melihat rupa orang itu.

"Annyeong Kim Changryuk-ssi. Oraemani.."

Deg

===============

To be Continue

Continue Reading

You'll Also Like

127K 14.9K 57
SEMI FIKSI LOKAL BTS ••• Jeon Jungkook • Arsyi Syazalia ÷÷÷ Kira-kira semanis apa Jeon Jungkook menjaga gadis ini? ...
75.3K 6.9K 12
Atur saja hidupku, aku tidak apa.
129K 10K 87
Kisah fiksi mengenai kehidupan pernikahan seorang Mayor Teddy, Abdi Negara. Yang menikahi seseorang demi memenuhi keinginan keluarganya dan meneruska...
73.6K 5K 59
Trauma menyukai seorang lelaki pada saat umurnya masih 17 tahun membuat Alexandra Permata Adinata, wanita 26 tahun enggan berhubungan lagi dengan law...