Apart to come | Jaeyong [✓]

By shnaxxya

685K 123K 35.3K

[ DIBUKUKAN - PART LENGKAP ] "Si apatis Jaehyun, yang bertemu dengan bocah lelaki menggemaskan yang ia tak ta... More

Boy from nowhere
01 : Castel Lee
02 : Brotherhood
03 : Apathetic boy
04 : Si licik
05 : He's different
07 : Opia
08 : How beautiful he's
09 : Bastard Jung!
10 : Its ok, im here
11 : Jaehyun, hidungku!
12 : Lee, kau cantik
13 : Fros dan Anne
14 : Thank you
15 : Rival?
16 : Khawatir
17 : Jaehyun aku takut
18 : Ellipsism
19 : Do you remember?
20 : Bilik pengakuan dosa
21 : Aku masih abu
22 : Taeyong sakit
23 : Bitterlife
24 : I got you, Hyung!
25 : Jangan sok tau
26 : Aku mencintaimu, Lee Taeyong
27 : Beri aku reward!
28 : Kecupan senja
30 : LEE TAEYONG!!!
31 : Change color hair
32 : Jaehyun fighting
33 : Something wrong..
34 : The truth (1/2)
35 : The truth ( 2/2)
36 : Master?
37 : How to apologize
38 : Kejutan untuk si penyihir
39 : Sirius di matamu
40 - End - Mimpi yang nyata
OPEN PRE-ORDER

06 : Matter of time

18.6K 3.5K 1.4K
By shnaxxya

Apa sih humorku

***

Taeyong tersenyum.

Kepala ia sandarkan di meja. Manik jelaga lucu miliknya menatap sosok Jaehyun yang sibuk menulis.

"Jaehyun, kamu tampan. Aku ingin memakanmu."

Jaehyun menoleh sejenak, kegiatan terganggu sesaat namun ia kembali ke kesadaran, menulis lagi apa yang ada di papan.

Ia berusaha menahan, segala ulah Taeyong yang membuatnya terganggu.

Sungguh, ia ingin sekali menendang Taeyong.

"Jae..." Taeyong mengangkat kepala, mengambil tangan kiri Jaehyun membuat sang empu tersentak.

"Ku makan ya?" Taeyong membuka mulut mungilnya, mendekatkan jari Jaehyun untuk ia gigit.

Segera Jaehyun menyentak kasar, membuat kedua tangan si mungil Lee itu terhempas.

Gila.

Anarkis.

Siapa dia sebenarnya?

Dan apa yang dia inginkan?

Lihat matanya yang membulat itu.

Ingin kucolok.

"Diam." Jaehyun menatap Taeyong yang pipinya sudah menggembung sebal.

Pelajaran fisika serasa sulit bagi Jaehyun. Guru yang menerangkan panjang lebar di depan kelas, serasa tak dipahaminya.

Tak biasanya ia begini.

Tuk tuk tuk tuk

Seolah tak bosan mengganggu Jaehyun, Taeyong yang tak mendengarkan pelajaran memilih untuk mengetuk-ngetuk mejanya, membuat bunyi bising.

Tak hanya itu, kedua kaki mungilnya dibawah ia gerakkan, bergetar. Membuat mejanya bergeser, meja Jaehyun juga.

"Ck, bisa kau diam?"

"Tidak, aku bosan. Karena Jaehyun tidak mengajakku ngobrol sama sekali." Jawab Lee Taeyong enteng.

Lihat kepala pinknya itu.

Ingin ku botaki.

Membuang tatap, Jaehyun menutup sebelah wajahnya, enggan berhadapan dengan bocah licik itu.

"Jaehyun.. apa kau benar-benar tidak mengingatku?"

Pertanyaan itu sudah dilontarkan Taeyong lebih dari seribu kali. Jaehyun sampai bosan, masalahnya-apa dia pernah bertemu dengan Taeyong sebelumnya?

Jaehyun juga tak terlalu mengindahkan ucapan melantur Taeyong yang mengatakan kalau ia rela pindah sekolah demi bertemu dengan Jaehyun.

"Jaehyun, coba ingat aku. Kita pernah bertemu dulu." Taeyong masih ngotot.

Cukup.

Aku sudah muak.

"Lee, diam." Jaehyun berucap, nada bicaranya halus, suara husky begitu merdu, Taeyong hampir mimisan.

Sejenak, si mungil membeku.

Tatapan Jaehyun.

Dia tampan.

Ah, aku ingin memakannya.

Gila saja, tatapan Jaehyun tadi benar-benar sesuatu. Dingin, angkuh, dan hangat disaat yang bersamaan. Taeyong seperti dihipnotis, ia seketika menurut dan diam.

Manik lucunya mengerjap beberapa kali, sebelum kemudian ia mengangguk, "baik Jaehyun, aku akan diam."

Taeyong menenggalamkan kepala di atas meja.

Dasar aneh.

Jaehyun menautkan alis, seperti bingung dengan sikap Taeyong yang absurd. Menghela nafas, ia pun menulis rumus yang belum sempat ia selesaikan.

Setidaknya Taeyong sudah diam dan tidak mengganggunya lagi.

***

Mark, bocah itu bersandar di motor sport milik Hanbin yang terparkir di depan sekolah Taeyong.

Satu jam yang lalu, Taeyong menelponnya menggunakan ponsel Jaehyun untuk meminta jemput.

Ia bisa mendengar, riuh suara murid yang mulai terdengar keras. Mungkin sudah waktunya pulang.

"Mark!"

Yang dipanggil menoleh, matanya sedikit memicing, menangkap bayangan lelaki mungil dengan seragam barunya, berlari ke arah Mark.

Taeyong rupanya.

"Bagaimana hari hyung hari ini?" Mark kemudian mengambil helm dengan stiker bebek, memasangkannya dengan lembut pada Taeyong yang lebih pendek darinya.

"Woah, gila Mark. Kau tau? Aku tadi ditatap Jaehyun." Taeyong mengoceh saat Mark memasangkan helm pada kepalanya.

"Lalu?"

"Sepertinya Jaehyun suka padaku."

Mark melotot, sedetik kemudian ia tertawa. Suara tawanya seperti ayam sesak nafas.

"Mark kau ketawa?"

Bocah itu kemudian memegangi perutnya, "ah sebentar hyung. Perutku sakit, sungguh jiwa halumu benar-benar berbahaya."

Taeyong merengut kesal, memukul punggung Mark.

PLAK!

"Kenapa kau tertawa bodoh, ini fakta. Dia menatapku karena dia suka padaku!"

"Jika kau membuat teori seperti itu, bisa-bisa kambing yang menatapmu kau kira juga sedang menyukaimu."

Taeyong berdecak sebal. Mengapa sih Mark tidak bisa membiarkan ia bahagia sedikit saja?

"Btw Mark, apa helmku mengkerut? Kepalaku sesak." Taeyong membenarkan posisi helmnya yang membuat aliran darahnya serasa terhenti.

Wajahnya serasa diremas dan pipinya ditarik, merasakan helmnya yang kekecilan.

"Kau yang bertambah gendut, pakai segala menyalahkan helmnya."

"MARK~"

"Tae hyung."

"Apa?"

"Itu.."

"Apa?"

Mark menunjuk seseorang dengan dagunya, membuat Taeyong refleks menoleh ke belakang.

Itu Jaehyun.

Dia berjalan sendirian.

"Jaehyun! Kau mau pulang?"

"Tidak hyung, dia mau terjun payung." Mark menyauti dari belakang.

Yang ditanyai hanya memandang sekilas dari kejauhan, sebelum kemudian melangkahkan kaki lagi, berjalan keluar dari gerbang sekolah.

Taeyong melengkungkan bibir sedih. Lagi-lagi ia tak dipedulikan.

"Itu yang katanya mencintaimu?" Mark mengejek.

"MARK KAU MENYEBALKAN! KAU YANG MEMBUAT MOOD KU TURUN KARENA HELM SIALAN INI! TIDAK! INI BUKAN HELM! INI GAYUNG MILIK ALBERTO YANG KAU TARUH DI KEPALAKU!!!!!"

Dan lagi-lagi, Mark yang selalu jadi bahan pelampiasan Taeyong saat sedang marah.

"Sungguh, aku benar-benar ingin menggelandang lagi."

***

Hari sudah beranjak sore. Kedua kaki jenjang dengan sepatu usang itu, menapaki trotoar jalan di pinggir kota dengan langkah panjang.

Cuaca cukup bagus, tidak seperti biasanya yang mendung.

Sudah menjadi jadwal tetap bagi Jaehyun, setiap pulang sekolah, ia menjadi pegawai paruh waktu di sebuah minimarket, bekerja sebagai penjaga kasir disana.

"Sore Jaehyun."

Sapaan hangat segera diterima Jaehyun, begitu ia membuka pintu minimarket itu.

Kun namanya. Pemilik minimarket yang berbaik hati menjadikan Jaehyun sebagai pekerja paruh waktunya. Usahanya tak begitu ramai, namun Kun tau kalau Jaehyun melamar padanya bukan tanpa sebab- karena Jaehyun, adalah seorang piatu yang ditelantarkan ayahnya.

Yah, sejauh ini, hanya itulah yang Kun tau tentang Jaehyun. Selebihnya, Kun tidak ingin terlalu bertanya menyelidik, karena ia takut akan membuat Jaehyun tersinggung.

"Bagaimana sekolahmu, lancar?" Kun melepas rompi minimarketnya, keluar dari himpitan meja kasir.

"Ya, begitulah." Jaehyun adalah tipe orang yang diajak berbicara, namun tak menatap lawan bicaranya.

Kun menghela nafas, "kau lapar? Ada mi instant di gudang, kau bisa memakannya."

"Ya, nanti saja."

"Apa kau butuh mandi? Biar aku menjaga kasir selagi kau mandi."

"Tidak."

"Jaehyun."

"Hm?"

"Kau tau aku seperti apa sekarang ini ketika berbicara denganmu?"

Jaehyun menggeleng.

"Aku seperti seorang pacar yang berusaha mencari topik pembicaraan pada kekasihnya yang dingin, kau tau itu?"

"Tidak."

Kun mengeraskan rahang, "setidaknya tanyakan balik. Kau bagaimana? Apa kau sudah makan? Kau baik-baik saja?"

"Ada cup mi disini, ku pikir kau sudah makan, jadi untuk apa aku bertanya?"

Kun mengeraskan rahang, kedua tangan berniat ingin meremas kepala Jaehyun namun ia tahan.

"Baiklah, aku pulang kalau begitu." Kun enggan berdebat lebih jauh dengan Jaehyun.

"Hyung."

Langkah Kun tertahan, "hm?"

"Hati-hati."

Tak bisa Kun pungkiri, sedingin-dinginnya Jaehyun, ia tau bahwa lelaki itu masih mempunyai sisi hangat yang tak ingin Jaehyun tunjukkan.

"Jae," Kun menepuk bahu Jaehyun sebelah, "carilah pasangan, laki ataupun perempuan itu terserahmu. Setidaknya kau butuh seseorang untuk melunakkan hatimu."

Jaehyun terkesiap.

Tak biasanya Kun berbicara seintim ini.

Pasangan ya?

Yang melunakkan hatiku?

Apa aku sekeras itu?

Jika aku mencari

Apa ada?

Siapa itu?

Apa ada yang mau denganku?

***

"AKU!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!"

"MARK AKU SAJA YA YA?!"

"AHH MARK BIAR AKU SAJA IH!"

"Tidak hyung, biar aku saja tidak apa-apa."

Kedua adam itu bergelut sendiri. Di taman belakang Castel Lee tepatnya. Taeyong dengan kaus putih dan celana pendek, berniat untuk mengambil alih tugas Mark untuk menyirami bunga di taman.

Mark tidak akan membiarkan Taeyong melakukan hal itu. Terakhir kali ia mengizinkan, bunga-bunga di taman mendadak rusak karena diinjak Taeyong.

"Mark, aku ini hyung mu!"

"Tidak, aku tidak menganggapmu hyung, aku kan babu disini."

Mark memegang selang , sesekali menaikkan benda panjang itu agar Taeyong tak memegangnya.

"MARK!"

Taeyong menghentak kakinya kesal. Ia pun berjalan masuk ke dalam dengan langkah yang ia keraskan.

"Aku marah padamu! Aku tidak mau dijemput olehmu lagi! Jangan membersihkan kotoran Alberto!Aku tidak mau merepotkanmu lagi pokoknya!"

Mark menggelengkan kepala, "marahnya orang bodoh benar-benar berbeda dari yang lain." Ucapnya mendengar teriakan taeyong dari dalam.

"Oh iya, ponselnya," Mark merogoh celana levis yang ia pakai, menyadari kalau ponsel Taeyong masih ada padanya.

Satu detik, dua detik, tiga detik.

Seringai menyungging, ide licik tercipta. Untuk kesenangannya, dan untuk mengerjai Taeyong-nya.

Mark kemudian membuka ponsel Taeyong, menekan aplikasi sns dan mengirimkan sesuatu pada seseorang.

"Maaf hyung, tapi aku ingin menggodamu sekali saja."

Dan pesan berbentuk media itu terkirim pada kontak bernama, Jaehyun.

***

Hai Jaehyun apa kau suka jika aku memberimu foto seperti ini?

Aku sungguh seksi kan?

Jawab aku Jaehyun!

Atau kau akan ku bunuh!

Tidak aku tidak akan membunuhmu

Sebelum aku mencicipimu

WUAHAHAHAHAH!

Read

***




Continue Reading

You'll Also Like

1.2M 105K 58
Ziel adalah candu. Tawanya Candanya Aroma tubuhnya Senyum manisnya Suara merajuknya dan Umpatannya. . . . "Ngeri bang." - Ziel "Wake up, Zainka."...
1.3M 18.4K 46
ON GOING SAMBIL DI REVISI PELAN-PELAN. Start 18 November 2023. End? Cerita bertema 🔞, Kalau gak cocok bisa cari cerita yang lain terimakasih. Mars...
152K 26K 29
Semua orang pasti memiliki idola di hidup mereka, sama halnya dengan Lalisa yang begitu mengidolakan penyanyi asal Korea Selatan bernama Jennie. Sepe...
160K 13.9K 79
"Jadi, saya jatuh dan cinta sendirian ya?" Disclaimer! Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya di dunia nyata, tolong bijak dalam membaca dan berkomentar...