Naruhina : The Cry Of The Sun

By Hamnari19

40.9K 3.2K 358

Aku telah melupakannya kumohon padamu untuk tetap disisiku. -Naruto Pergilah, dia yang selama ini kau cinta j... More

Bagian 1
Bagian 2
Bagian 3
Bagian 4
Bagian 5
Bagian 6
Bagian 7
Bagian 8
Bagian 9
Bagian 10
Bagian 11
Bagian 12
Bagian 13
Bagian 14
PENGUMUMAN+PROMOSI
Bagian 15
Bagian 16
Bagian 17
Bagian 18
Bagian 19
Bagian 20
Bagain 22
Bagian 23
Bagian 24
Tamat

Bagian 21

698 96 12
By Hamnari19

Hinata memalingkan wajah dengan kasar saat Kiba hendak mengecupnya kembali. Hati Kiba terasa tercubit karena hal itu, rasanya sakit dan kecewa. Seakan tertampar kuat oleh kenyataan bahwa Hinata tidak menginginkannya. ia pun menyadari jika hal ini murni karena hanya napsunya semata.

Penolakan Hinata cukup menyadarkannya bahwa sampai kapanpun wanita itu tidak akan menjadi miliknya. Bayangan tentang perjuangannya selama ini terasa hanya sia-sia. Ia mencoba menyadarkan sepernuhnya bahwa cinta Hinata baginya hanyalah semu. Terasa sulit tergapai dan tak akan bisa tergapai. Ia sadar akan hal itu, tak akan lagi ia mengikuti ego yang mungkin nanti akan menyiksa batinnya sendiri.

"Pergilah, dia yang selama ini kau cinta ... jangan hiraukan aku, tinggalkan aku disini." Dengan tatapan sendu itu ia layangkan. Lirihnya ucapannya seakan menjelaskan betapa sakit hati dan perasaannya saat ini.

Dengan perlahan Kiba menjauh dan membalik tubuhnya membelakangi Hinata. Sungguh karena ini ia harus menahan malu karena telah berbuat hina seperti tadi. Entah apa yang akan ia lakukan jika harus bertemu dengan Hinata di kemudian hari. Merasa menjadi pria yang paling menjijikan, itulah yang ia rasakan saat ini.

"Maaf atas apa yang sudah ku lakakukan. Pergilah Hinata, temui dia ... bahagialah dengannya" ucapnya sendu.

Kiba melangkah keluar rumah dan memasuki mobilnya. Melajukan mobilnya dengan kecepatan penuh, namun di seberang jalan ia memilih untuk berhenti. Memarkirkan kendaraannya yang mesinnya belum di matikan. Tak dapat ia tahan air matanya mulai jatuh. Ia menangis tersedu, sungguh sakit semua ini. Entah kutukan apa yang telah di takdirkan untuk kisah cintanya yang menyedihkan ini.

****

Alkohol adalah pilihan yang tepat untuk menemani malamnya yang sepi, mungkin itu lah yang ada di pikiran pria bermarga Uzumaki ini. Ia telah menghabiskan berbotol-botol sake hanya untuk menghilangkan kegundahannya. Telah terlihat, pria itu mabuk dengan pandangan sayu.

Di apartemen pribadinya, ia sendiri di temani sunyi. Kejadian di depan kafe saat itu membuatnya kehilangan akal. Pasalnya ia baru mengetahui bahwa ada pria lain yang menginginkan gadisnya, walau belum ia pastikan bahwa Hiantapun demikian, namun sudah di pastikan rasa cemburu telah membakar hatinya.

Suasana hatinya kian menjadi buruk kala menghubungin Hinata namun tak mendapat jawaban, berkali-kali ia melakukan hal yang sama, namun hasil yang samapun ia dapatkan. "Hinata..." gumamnya sendu.

Memikirkan semua kejadian itu membuat kepalanya bertambah pusing. Dengan posisi duduk di lantai dan bersender di kaki-kaki sofa ia memjamkan matanya, mendongak ke atas seraya membayangkan wajah cantik Hinata. Lamunanya tak lama utuh saat mendengar suara bel berbunyi, entah siapa yang ingin bertamu di malam-malam begini. Yang jelas, orang itu telah merusak waktu senggangnya menikmati wajah cantik Hinata di khayalnya.

Dengan langkah gontai, Naruto mendekati pintu apartemennya. Dengan rasa malas ia membuka knop pintu. Dan saat itu pula ia tak percaya karena yang ia lihat adalah orang yang tak ia harapkan untuk menemuinya.

"Shion, untuk apa kau kesini?"

"Kenapa? Kau tak suka? Aku kesini karena kesepian, kau tahu ... suamiku jarang pulang dan lebih memilih tidur di lain tempat" Shion menuturkan semua keluh kesahnya. Saat itu pula wanita itu menerobos masuk dan menyenggol tubuh lemas Naruto.

"Tentu aku masih ingat alamat apartemenmu, ternyata tidak banyak berubah" Shion mengedarkan pandangan ke seluruh sisi ruangan.

Seketika kepala Naruto menjadi pening. Ia tak kuasa menahan efek mabuknya. Ia pun tak menghiraukan Shion lagi, tak lama matanya terpejam dengan masih berdiri mempertahankan kesadarannya.

"Kau mabuk berat rupanya." Ia menemukan banyak botol yang berserakan di meja.

Shion kembali menatap Naruto yang terlihat mulai Hilang sadaran karena mabuk. Ia pun menangkap tubuh tegap Naruto yang hampir jatuh ke lantai. Ia menahannya namun tubuhnyapun tak kuasan menahan beban tubuh Naruto, alhasil ia terduduk dengan Naruto bersandar di pundaknya.

Seraya membelai rahang Naruto yang berada di pelukannya, ia pun kembali teringat saat tak sengaja melihat kejadian tadi siang. Ia mengamati dan memahami apa yang terjadi di sana saat itu. Itu hanyalah sebuah kebutulan dimana ia yang berniat ke kafe namun yang ia temukan adalah sebuah kesempatan untuk kembali mendekati Naruto.

"Tenanglah Naruto, kini kau milikku." ucapnya dengan tatapan menggoda.

"Hinata..." lirihnya dengan mata terpejam.

****

Di perjalanan menggunakan taksi, setelah mengganti pakaian yang layak. Tentunya penampilannya saat ini tak sekacau sebelumnya, dengan mata sembab juga baju yang robek di bagian bahu. Kini Hinata sedang menuju apartemen Naruto, tentu ia tahu alamatnya karena ia pernah bekerja bersama pria itu beberapa bulan. Walau kenyataannya tak pernah sekalipun ia datang ke kediaman pria itu.

Selama perjalanan Hinata telah menyiapakan segalanya untuk di jelaskan kepada Naruto. Ia berharap pria itu mau mendengarkan dan menerima apapun yang ia katakan. Hanya saja ia sedikit takut Naruto tak bisa melakukan semua itu.

Kegelisahannya kian menjadi saat menghubungi Naruto namun tak mendapat respon, berkali-kali ia menghubungi namun tak mendapat jawaban. Ia khawatir tapi ia juga berpikir bahwa ini mungkin karena Naruto marah padanya karena meninggalkannya di kafe siang tadi.

Saat untuk yang terkahir ia mencoba menghubungi sebelum ia benar-benar fokus pada tujuannya, kali ini pun Naruto mengangkat panggilannya, ia tenang bahkan sangat tenang. Hinata bernapas lega sebelum ia mendengar Naruto berbicara. Namun kenyataannya berbeda, bukannya mendengar suara Naruto ia malah mendengar suara wanita di seberang sana.

"Halo?"

"K-kau siapa?" ucapnya terkejut saat mendengar suara wanita yang seperti tak asing baginya.

Hinata pun mencoba memastikan dengan melihat layar ponselnya, apakah ia salah menghubungi atau memang benar kontak kekasihnya yang ia hubungi.

"Siapa kau? Dimana Naruto-kun? Kenapa ponselnya ada padamu?"

"Kau tidak perlu khawatir dia sedang bersamaku" ucapnya menggoda.

****

Dengan langkah tergesa-gesa ia menyusuri lorong apartemen Naruto. Jantungnya berdegup kencang, perasaanya menjadi tak karuan. Berada pada jarak dekat dengan pintu apartemen Naruto ia pun menghentikan langkah cepatnya. Hinata menggigit jarinya gugup, setelah teleponnya dengan wanita tadi membuatnya berpikiran yang tidak-tidak. Ia melangkah perlahan mendekat ke depan pintu. Jantungnya semakin berdegup tak karuan saat menyentuh bel pintu. Dan saat itu pula ia mendapat pesan dari Naruto yang berpesan untuk membuka pintu karena tak di konci. Hinata semakin tak mengerti, entah Naruto atau wanita yang di telpon tadi yang melakukan semua ini. Kenapa juga Naruto membiarkan ponselnya di pegang oleh orang lain. Kalau pun demikian, kenapa Naruto tega membiarkan dirinya di serang rasa gelisah serta cemburu saat bicara dengan wanita itu di telpon tadi.

Mengenyahkan semua dugaan buruk tentang kekasihnya, ia memilih segera masuk dan melihat apa yang sebenarnya terjadi. Namun yang ia temukan hanyalah apartemen mewah yang sepi, ia menyusuri seluruh isi apartemen dengan pandangannya, barangkali melihat Naruto di sana, namun yang ia temukan tidak ada seorang pun di sana. Bunyi notifikasi pesan kembali berbunyi, ia membuka pesan dari Naruto dan isinya kembali memberinya arahan. Kali ini arahan untuknya masuk ke dalam kamar.

Hinata semakin bertanya-tanya tentang semuanya. "Ada apa sebenarnya?"

Ia mencari ruangan yang di maksud dan menemukan sebuah pintu yang ia yakini adalah kamar Naruto. Ia mendekat dan menyentuh knop pintu. Memejamkan mata sesaat dan membukanya seraya menghela napas. Jantungnya berdegup semakin kencang.

Krieeet

Perlahan pintu itu terbuka, menampakan sesuatu yang meremas kuat jantungnya. Jantungnya serasa berhenti berdetak, napasnya sesak dengan bola mata menahan linangan air mata, hingga tak mampu lagi menahan dan jatuh membasahi pipinya.

"Sssstt jangan berisik" ucap Shion setengah berbisik. Wanita itu menatap Hinata dengan senyum kemenangan seraya membelai rambut Naruto dengan lembut.

Dua manusia itu berada di atas ranjang dengan posisi intim. Dapat Hinata lihat dengan jelas walau dengan air mata yang menghalangi pandangannya. Wanita itu memeluk tubuh Naruto yang tertidur lelap. Pria itu bertelanjang dada dan tubuhnya di tutupi oleh selimut tebal berwarna putih. Selimu yang juga menutupi tubuh Shion yang Hinata yakini sama polosnya dengan Naruto.

Hinata memundurkan langkahnya dengan gemetar.
"Tidak mungkin" ucapnya parau.

TbC

.
.
.

Selamat malam, semoga sehat selalu...

03 oktober 2020

Continue Reading

You'll Also Like

1.6M 22.6K 25
Mature Content || 21+ Varo sudah berhenti memikirkan pernikahan saat usianya memasuki kepala 4, karena ia selalu merasa cintanya sudah habis oleh per...
2.7M 292K 49
Bertunangan karena hutang nyawa. Athena terjerat perjanjian dengan keluarga pesohor sebab kesalahan sang Ibu. Han Jean Atmaja, lelaki minim ekspresi...
2.7M 136K 60
Mari buat orang yang mengabaikan mu menyesali perbuatannya _𝐇𝐞𝐥𝐞𝐧𝐚 𝐀𝐝𝐞𝐥𝐚𝐢𝐝𝐞
1.2M 121K 48
Kehidupan Dinar Tjakra Wirawan berubah, setelah Ayah dan kakak laki-lakinya meninggal. Impiannya yang ingin menjadi seorang News anchor harus kandas...