Dosenku Suamiku (TAMAT)...

By kepojanganberlebihan

56.7M 3.3M 873K

Telah terbit di Penerbit Romancious. Cerita ini tidak di revisi, jadi masih berantakan. Kalau mau baca yang l... More

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
DS
55
56
58
59
60
61
62
63
64
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
86
Plagiat
EXTRA-PART
Info Novel DS
Novel DS
info lagiiiii!
GIVEAWAY NOVEL DS!
VOTE CAST
PO NOVEL DS MAKIN DEKAT!
PAKET & BONUS NOVEL DS
VOTE COVER!
CARA BELI NOVEL DS
GIVEAWAY LAGII
DOORPRIZE DS!
H-3 PO NOVEL DS
BESOK PRE-ORDER DS!
PO KEDUA SUDAH DIBUKA!
Info cerita Dosenku Suamiku 2!
DOSENKU SUAMIKU 2!
DOSENKU SUAMIKU 2 SUDAH PUBLISH!
DS!

65

589K 44.3K 23.2K
By kepojanganberlebihan

HAIHAIHAIII!🖤
APA KABAAAAR?
JANGAN LUPA VOTE AND COMMENT!

MAKASIH ATAS SUPPORTNYAA!🖤

MONMAAP GAADA FAKECHATNYA:).

SEMUA SALAMNYA, WAALAIKUMSALAM. EHEQ.

CIEE BANYAK TEMEN DARI BERBAGAI BELAHAN BUMI WKWKW.

HAYUU LEBARAN KE RUMAH AUTHOR WKWKKW.

HAPPY BIRTHDAY YANG ULTAH!

HAPPY READING!

     Dira berlari memasuki kamar, ia melanjutkan langkahnya dan masuk ke dalam kamar mandi.

Dira menutup pintu kamar mandi, menguncinya dan ia segera duduk di kloset.

Dira menangis tanpa suara, tangannya menggenggam erat sapu tangan milik Rey.

"Hiks.."

Dira berdiri menyalakan keran wastafel, menyembunyikan suara isakannya.

Tubuh Dira kemudian tersandar di bagian dinding toilet, kedua telapak tangannya menutup wajahnya.

Dira perlahan terduduk di lantai. "Hiks.."

Untuk sesaat, Dira menangis sejadi-jadinya.

"Hiks.. gue.. gue ga bisa gini, hiks.." gumam Dira di sela isakannya. "Hiks.. Dir, nangis.. hiks.. ga akan nyelesein masalah, lo.. hiks.."

Dira menelungkupkan wajahnya di kedua lututnya. "Gue ga bisa.. bunda, hiks.."

"Dira pengen balik ke rumah bunda, hiks.."

Dira kemudian membuka telapak tangannya dari wajahnya, ia menatap sapu tangan milik Rey.

Dira meneguk salivanya. "Hiks.. gue benci lo," gumamnya.

Dira kembali menangis sejadi-jadinya, hingga kedua matanya membengkak.

30 menit berlalu..

Ceklek..

Dira keluar dari kamar mandi, ia sudah selesai mandi dan dirinya sudah mulai tenang. Walaupun, matanya masih sangat bengkak.

Dira kemudian melangkahkan kakinya menuju pintu kamar, ia turun ke lantai dasar.

Sedangkan Rey, ia hanya melirik ke arah Dira sekilas.

Beginilah jika masing-masing gengsi untuk mengalah.

Ruang TV
      Dira duduk di sofa, menyalakan TV tapi pandangannya ke arah lain. Dira melamun sembari menekuk kedua kakinya dan memeluknya. Ia tersandar di sofa.

Tatapan Dira kosong.

Kalau biasanya Dira bisa mencairkan suasana, sekarang tidak.

Rasanya sekarang mengucapkan satu kata pun mungkin Dira enggan.

Bibir Dira masih tertutup rapat, matanya masih memerah.

Drrt.. Drrt..

Handphone Dira bergetar, satu panggilan video masuk.

Dira beralih menatap layar handphonenya, tertera nama kontak Vita.

🌆
Vita Lambe
Calling..

Dira segera menolak panggilan video dari Vita.

Tut.. Tut..

Ting!

Dira kembali menatap layar handphonenya, dua pesan dari Vita.

Vita Lambe
Online

Dirrrrr!!
Oiiiii

Knp?✓

•Ikut kumpul gakk?
•Kita lagi ngumpul rame-rame nih

Siapa-siapa?✓

Ramee makanya tadi mau vc
•Vc aja yukk

Ga ah✓

•Kenapa sih??

Gue burik pengen muntah liat muka sendiri✓

•Dih??
•Bunting apa gimana??🤣

Bunting cacing

•Astagfirullah Diraaa
•Wkwkw jadi ikut kaga??

Engga✓

•Kenapa sih??

Udah malem✓

Ciahh ga diizinin bapak suami yaa🤪🤣

Dih✓

•Ywdh deh kita ngumpul duluu
•Ntar kalo ada waktu lu harus ikut pokonya! Oke bye!

Gak✓

What's app off.

Dira menatap handphonenya dengan datar. "Gara-gara lo, gue harus nikah sama dia."

"Gara-gara lo, gue ga boleh tinggal di rumah bunda lagi." ucap Dira sembari tersenyum. "Gue harus tinggal disini, gue harus bisa masak, gue harus ikut kemana pun dia tinggal, gue ga bebas, gue ga boleh salah, jalan hidup gue ga sesuai keinginan gue lagi, hidup gue langsung berubah gara-gara lo! Semua gara-gara lo, gue benci! Gue benci, gue ga pernah berharap hidup gue jadi gini! Gue benci!"

Dira menggenggam handphonenya dengan erat. "Gue ga pernah berharap hidup gue gini, lo ngehancurin masa depan gue! Gue ga pernah berharap buat jatuh cinta sama dia, lo ngeganggu hidup gue!"

"Gue benci lo!"

Dira langsung melemparkan handphonenya dengan sekuat tenaganya ke lantai.

Parrrrrr!

Dalam sekejap, handphone Dira hancur.

Rey yang baru saja keluar kamar, langsung berlari turun mendekati Dira dengan perasaan terkejut.

Tap.

Rey menghentikan langkahnya, tepat di hadapan Dira yang masih terisak.

"Dira!"

Dira tersentak, ia menatap Rey dengan tajam.

Rey kemudian duduk di hadapan Dira, menatap mata Dira dengan tajam.

"Sekarang puas?" ucap Rey dengan dingin.

Dira semakin terisak. "Hiks.. gue benci lo!"

Rey memelototi Dira, ia segera menarik Dira ke dalam pelukannya.

Rey memejamkan matanya sejenak, mengatur emosinya. "Ngomong apa tadi?"

Dira memukul-mukul dada Rey dengan sedikit kuat, mengekspresikan kemarahannya.

"Gue benci Pak Rey! Hiks.. gue benci!" gumam Dira dengan isakannya. "Kenapa.. kenapa gue harus peduli sama Pak Rey! Hiks.. kenapa dunia gak adil?!"

"Dunia adil sama kamu," ucap Rey dengan pelan.

"Enggak! Hiks.. dunia gak adil! Kenapa cuma Dira yang jatuh cinta, kenapa Pak Rey enggak?!" pekik Dira dengan penuh emosi.

Rey membuka matanya, ia membeku.

Ucapan Dira tidak benar.

"Kenapa.. hiks.. kenapa Pak Rey ga bisa ngehargain saya?! Saya, hiks.. saya berusaha peduli!"

Rey meneguk salivanya. "Dira.."

"Hiks.. Dira benci Pak Rey," ucap Dira dengan isakannya.

Rey terdiam.

Dira segera melepaskan pelukan Rey pada tubuhnya, ia segera beranjak dari duduknya dan mulai melangkahkan kakinya dengan cepat menuju kamar.

Skip..

KAMIS, 06.50 Wib.
      Dira sudah selesai bersiap-siap untuk magang, ia melirik sejenak ke arah Rey yang masih terlelap di kasur.

Maklum, tadi malam Rey begadang mengerjakan pekerjaannya hingga jam tiga subuh.

Dira mengalihkan pandangannya, ia perlahan-lahan menghela nafasnya.

Dira segera melangkahkan kakinya keluar dari kamar, hari ini ia akan pergi ke kantor menggunakan taksi.

Dira memakai kacamata yang cukup gelap, menutupi matanya yang bengkak.

30 menit berlalu..

Dira berada di meja kerjanya, menelungkupkan wajahnya di kedua tangannya.

Perut Dira sakit, ia belum makan dari tadi malam.

Uni menghampiri Dira, ia memegang bahu Dira. "Dir?"

Dira tersentak, ia kemudian menegakkan tubuhnya sembari membenarkan posisi kacamatanya.

Uni mengerutkan dahinya. "Kok Dira pake kacamata?"

"Ehm.. lagi sakit mata," ucap Dira sembari tersenyum canggung.

"Sakit mata?" ucap Uni sembari menaikkan kedua alisnya.

Dira menganggukan kepalanya. "Iya," ucapnya.

"Coba liat," ucap Uni.

Dira segera menggelengkan kepalanya. "Ga boleh," ucapnya dengan cepat.

"Kenapa?" ucap Uni.

"E.. kata nyokap, kalo orang sakit mata ga boleh di liat matanya. Ntar nular loh, mau?" ucap Dira.

Uni mengerjapkan matanya, ia kemudian menggelengkan kepalanya. "Ga jadi," ucapnya sembari menampilkan gigi ratanya.

Dira menganggukan kepalanya, dari tadi kek.

"Eh, ini.. tadi aku ada beli roti, tapi kelebihan dua. Satunya buat Rio tadi, Dira mau gak?" ucap Uni sembari menyodorkan satu roti kepada Dira.

Dira meneguk salivanya, emang rejeki ga kemanaa.

"Boleh, makasih ya." ucap Dira, ia menerima roti tersebut sembari tersenyum.

Uni menganggukan kepalanya sembari tersenyum. "Sama-sama, aku balik ke meja ku dulu."

Dira menganggukan kepalanya. "Iya," ucapnya.

Uni mulai melangkahkan kakinya menuju meja kerjanya.

Selang beberapa detik, Dira membuka bungkus rotinya dan mulai melahapnya.

Dira mengunyah rotinya. "Inget, Dir.. galau boleh, laper jangan."

Dira menyandarkan punggungnya di sandaran kursi, ia mengacak-acak rambutnya dengan kesal.

"Tapi hp gue ancur, gue ga bisa nge- go food lagi dong." gumam Dira menyesali perbuatannya. "Lagian, Pak Rey juga. Kalo dia ga bikin gue marah kan ga mungkin gue lempar hp gue!"

"Ancur lagi, ntar kalo minta beliin di suruh nikah lagi. Ya kali, tiap gue di beliin hp gue harus nikah." gumam Dira dengan kesal. "Ntar suami gue rame," lanjutnya.

"Eh, tapi.." gumam Dira sembari berpikir. "Kalo gue punya banyak suami, ntar kalo mau mantap-mantap gimana? Masa tiap hari?"

"Eh, tapi gue sama Pak Rey belum pernah kok. Jadi aman dong," gumam Dira sembari tersenyum.

Selang beberapa detik, Dira mengerjapkan matanya. "Heh, gue mikirin apa sih! Gue beneran nikah lagi nih?"

Dira bergidik sembari menggelengkan kepalanya. "Mampus Dir kalo lu nikah lagi, liat noh.. satu aja ribetnya ngalahin ngurus taman ragunan."

Tiba-tiba, terlihat Rey berjalan menuju ruangannya. Banyak pasang mata menatap Rey dengan kagum, seperti biasa.

Dira mendengus saat melihat Rey masuk ke dalam ruangannya.

"Dih," gumam Dira. "Lagu lu pd cakep kali lu, anjrit muka lo tuh anjrit."

Selang beberapa menit, Tyas masuk ke dalam ruangan Rey.

Dira meneguk salivanya. "Mampus, Tyas maapin gue ya. Gila.. panjang umur, sehat selalu Tyas." ucap Dira, "gue ga ada ngasi tau nama lo kok."

Dira kembali menggigit rotinya dengan geram. "Masalah gitu doang kok ngajak-ngajak sekretaris sih, kalo ga mau di peduliin yaudah. Tapi, Tyas kan ga salah. Dia cuma.. uhuk!"

Dira tersedak, akibat memakan roti sembari berbicara.

Uhuk-uhuk!

"Aer!" pekik Dira, ia kemudian berlari menuju pantry untuk mengambil air.

Beberapa orang yang merasa terganggu menoleh ke arah Dira yang sedang berlari, menatap Dira dengan kesal.

Gleg.. gleg..

"Huft.. alhamdulillah, tenggorokan gue aman." gumam Dira, "lagian makan sambil gibah sih."

Dira menghela nafasnya. "Tapi seru juga, sih. Gila.. gue jadi julid."

Setelah beberapa lama, Dira kembali berjalan menuju meja kerjanya.

Terlihat Tyas baru saja keluar dari ruangan Rey, dan Dira segera melangkahkan kakinya mendekati Tyas yang sudah duduk di kursinya.

Dira menghentikan langkahnya tepat di hadapan Tyas. "Mbak Tyas," ucap Dira.

Tyas menegakkan kepalanya, menatap Dira dengan wajah ramahnya. "Iya?"

"Tadi.. Pak Rey ada ngomelin mbak Tyas?" ucap Dira dengan pelan.

Tyas tersenyum. "Saya ga boleh bahas hal pribadi sama orang lain saat jam kerja."

Dira mengerutkan dahinya. "Saya cuma pengen tau," ucapnya.

Tyas menggelengkan kepalanya, enggan merespon ucapan Dira.

Dira menghela nafasnya. "Pak Rey ngomelin mbak Tyas, iya ato nggak?"

Tringg.. Tringg..

Telepon yang berada di meja Tyas berdering, Tyas menerima panggilan tersebut.

"Halo, Pak?" ucap Tyas dengan nada ramah.

Dira mengerutkan dahinya, jangan bilang Pak Rey lagi?

"Kamu masih ingat perintah saya, kan?" ucap Rey di dalam telepon.

"Masih, Pak."

Dira memutar kedua bola matanya, ganggu banget sih!

"Jadi, jangan kasi tau apa pun ke siapa pun. Kecuali saya," ucap Rey.

"Dih, lu ga penting." gumam Dira.

"Baik, Pak."

"Kasi telponnya ke dia." ucap Rey.

"Baik, Pak." ucap Tyas. "Ini, Dira." lanjutnya sembari menyodorkan telepon tersebut kepada Dira.

Dira mengerutkan dahinya. "Ngapain?"

"Pak Rey mau ngomong," ucap Tyas.

Dira mengambil telepon tersebut dan menempelkan di telinganya.

"Ngapain kamu di situ?"

Dira melirik ke arah jendela ruangan Rey, terlihat Rey menatap dirinya dari meja kerjanya. "Terserah saya," ucapnya.

"Kamu ga ada kerjaan lain?"

"Bukan urusan Anda," ucap Dira.

"Ngapain kamu pake kacamata?"

"Ga penting," ucap Dira.

"Anindira Maheswari," ucap Rey sembari menatap Dira dengan tajam.

"Abraham Reynand."

Rey mengerutkan dahinya. "Dira!"

"Rey," ucap Dira.

"Masuk ke ruangan saya," ucap Rey.

"Gak!"

"Dira!"

Dira segera mengembalikan telepon tersebut kepada Tyas, ia kemudian melangkahkan kakinya dan mengabaikan tatapan tajam Rey.

Tyas hanya menatap Dira dengan tak percaya, selama ini tidak ada yang berani berlaku seperti itu kepada seorang Abraham Reynand.

Skip..

16.00 Wib.
       Dira, Uni, Rio, dan dua orang karyawan lainnya berkumpul di meja yang ada di Pantry sembari menikmati segelas kopi. Menunggu jam pulang kantor.

Dira sudah tidak memakai kacamata lagi, karna matanya sudah tidak bengkak.

"Mata kamu udah ga sakit, Dir?" ucap Uni.

Dira menganggukan kepalanya sembari tersenyum. "Ehm.. iya," ucapnya.

"Kok bisa sakit? Apa jangan-jangan Dira ngintip orang mandi?" ucap Rio.

"Itu bintitan, astagfirullah." ucap Andi sembari terkekeh geli.

"Enggak sih, Dira ga ngintip. Cuma neropong aja," ucap Dira dan di sambut tawa ringan empat orang di hadapannya.

"Hahahahah."

"Eh, mau liat keahlian terpendam gue gak?" ucap Fahri.

"Emang punya keahlian apa?" ucap Uni penasaran.

"Gue bisa baca garis tangan yang kek di tv, mau nyoba?" ucap Fahri.

"Coba liat," ucap Uni.

Fahri mengulurkan telapak tangannya. "Sini, garis tangan siapa mau di baca?"

"Gue?" ucap Rio menawarkan diri.

"Gak, Dira aja." ucap Fahri.

Dira menaikkan kedua alisnya, ia kemudian meletakkan tangannya di telapak tangan Fahri.

Fahri menarik tangan Dira, ia mulai memperhatikan garis tangan Dira.

"Hm.. menurut penerawangan gue, Dira ini makannya banyak tapi ga gendut-gendut. Iya, kan?" ucap Fahri.

Dira menganggukan kepalanya sembari terkekeh. "Dih.. bener," ucapnya.

"Mau tau alesannya?" ucap Fahri sembari menatap empat orang di hadapannya secara bergilir.

Mereka menganggukan kepalanya. "Apa?"

Fahri menutup matanya sejenak, ia berulang kali menghela nafasnya. Seperti peramal professional.

"Ehm.. sebenernya isi tubuh Dira tuh udah penuh, cuma emang ga bisa bikin gemuk." ucap Fahri, ia perlahan membuka matanya.

Empat orang di hadapan Fahri mengerutkan dahinya.

"Kok bisa? Emang isinya apa?" ucap Dira penasaran, diikuti anggukan tiga orang lainnya.

"Mau tau isinya?" ucap Fahri.

Mereka kembali menganggukan kepalanya.

"Dosa," ucap Fahri dan langsung tertawa.

Dira segera menarik tangannya. "Dih," ucapnya sembari ikut tertawa.

"Hahahahah."

"Ga ada akhlak lu," ucap Andi diselingi tawanya.

"Weh.. ga salah, kan? Emang banyak dosa kan, Dira? Hahahah," ucap Fahri sembari tertawa.

Selang beberapa detik, tawa mereka mulai reda.

"Sini tangannya, Dir." ucap Fahri kembali mengulurkan tangannya.

"Ngapain lagi?" ucap Dira.

"Sini aja," ucap Fahri.

Dira kembali meletakkan telapak tangannya di telapak tangan Fahri.

"Hm.. ini, mau tau cara ngurangin dosanya?" ucap Fahri.

"Gimana?" ucap mereka berempat dengan serentak.

"Ini khusus Dira aja sih," ucap Fahri.

"Emang gimana?" ucap Dira.

"Ehm.. taaruf sama gue, eaak. Hahahah," ucap Fahri diakhiri tawanya.

"Dih.. itu sih mau lu," ucap Rio, Uni, dan Andi.

Dira terkekeh melihat tingkah empat orang tersebut.

"Ett.. mau kan, Dir?" ucap Fahri menggoda Dira sambil terkekeh.

"Aku sih yes, hahahah." ucap Uni dengan tawanya.

"Nah kan," ucap Fahri.

"Itu yang mau Uni, bukan Dira." ucap Rio meledek Fahri.

"Di wakilin," ucap Fahri.

"Gak, gue gak setuju. Mana ada bidadari nikah sama dajjal," ucap Andi sembari terkekeh.

"Iri bilang bos," ucap Fahri sembari tertawa.

Dira ikut tertawa, ia mengalihkan pandangannya dari teman-temannya sejenak.

Dira menoleh ke arah pintu masuk Pantry, terlihat Rey berdiri sembari mendengarkan obrolan mereka.

Dira membelalakkan kedua bola matanya, ia segera menarik tangannya dari telapak tangan Fahri.

Dira kembali menatap teman-temannya, dan mendapat tatapan kebingungan dari empat temannya.

Dira memberikan kode kepada teman-temannya lewat lirikan matanya, ia melirik sekilas ke arah Rey.

Empat orang teman Dira langsung menoleh ke arah pintu masuk, mata mereka terbelalak.

Dengan serentak, mereka berempat berdiri dan menundukkan kepalanya. "Sore, Pak."

Dira mengerutkan dahinya, ia ikut beranjak dari duduknya.

GUE HARUS NGAPAIN?

"Jam kerja udah abis?" ucap Rey dengan dingin.

Mereka berempat menggelengkan kepalanya. "Belum," ucap mereka serentak.

Dira hanya diam, tak menanggapi ucapan Rey.

"Kenapa ngumpul disini?" ucap Rey.

Mereka berempat menganggukan kepalanya. "Permisi, Pak."

Mereka mulai melangkahkan kakinya meninggalkan Pantry.

Yang tersisa hanya Dira dan Rey.

Dira membelalakkan kedua bola matanya, teman-temannya meninggalkan dirinya.

Sedangkan Rey, ia menatap Dira dengan tatapan dingin.

Rey mulai melangkahkan kakinya mendekati Dira, membuat Dira menundukkan kepalanya.

Tap.

Rey menghentikan langkahnya tepat di hadapan Dira.

Dira meneguk salivanya. "Saya permisi dulu."

Dira mulai melangkahkan kakinya, tapi tangannya segera di genggam erat oleh Rey.

Dira berusaha melepaskan genggaman tangan Rey pada lengannya. "Saya masih ada tugas," ucapnya.

Rey langsung menarik lengan Dira, mengepung tubuh Dira di antara meja dan dirinya.

Dira membelalakkan kedua bola matanya. "Bapak mau ngapain?!"

"Udah puas kumpul sama gebetan kamu?" ucap Rey.

Dira mengerutkan dahinya. "Maksud bapak apa?!"

"Kamu ga tau, atau pura-pura ga tau?" ucap Rey.

"Saya ga ngerti maksud bapak," ucap Dira sembari menahan emosinya.

Rey meletakkan kedua telapak tangannya di atas meja, ia mendekatkan wajahnya ke wajah Dira.

Dira memundurkan kepalanya, menghindari wajah Rey yang mendekati wajahnya.

"Pak, tolong. Kita di kantor, kalo ada yang liat nanti mereka salah paham." ucap Dira cemas.

"Kamu takut temen-temen kamu tadi liat? Takut salah paham, atau takut mereka cemburu?" ucap Rey.

"Bapak ngomong apa sih!" ucap Dira dengan emosi.

Rey memajukan wajahnya, hendak mencium bibir Dira.

Tapi, Dira segera menoleh ke arah lain sembari menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya.

Rey menghela nafasnya, ia kemudian melangkah mundur dan membuat tubuh Dira bebas.

Dira melirik ke arah Rey, ia merasa takut. Apakah Rey akan marah besar padanya?

Rey mengulurkan tangannya kepada Dira. "Ikut saya," ucapnya dengan pelan.

Dira meneguk salivanya, tangannya perlahan membuka wajahnya.

Tubuh Dira bergetar. "Bapak marah?"

Rey hanya diam, tak menggubris ucapan Dira.

Dira menundukkan kepalanya. "Maaf," ucapnya dengan pelan.

"Ayo," ucap Rey.

Dira menganggukan kepalanya dengan ragu, ia kemudian mengulurkan tangannya kepada Rey.

Rey segera menggenggam tangan Dira, ia kemudian melangkahkan kakinya dan menarik Dira agar mengikuti langkahnya.

HAIHAIHAIII!
JANGAN LUPA VOTE AND COMMENT!

GIMANA PART INI?

WADDAWW KONFLIKNYA GIMANA NIH?

ADA YANG NANGIS GA??

PART INI 2500+ KATA WOII:).

JANGAN LUPA BACA JUGA MHIME 1 & 2!><

JANGAN BOSEN, YA!

SEE U!

Continue Reading

You'll Also Like

468K 27.1K 48
Saat ingin memberi makan seekor kucing dipinggir jalan,Gavin tertabrak motor sehingga para warga membawanya kerumah sakit. saat terbangun,dia dibuat...
6.6K 357 35
β€’ ini tentang kisah dua insan berada di dua persimpangan yang berbeda. Aku yang mencintaimu dan kamu tidak. β€’ "takdir telah memisahkan kita, takdir...
2.3M 143K 30
Romance-Komedi Cover by: @Novianti_nv 24/01/2022: Rank #1 on indonesiamembaca 18/1/2021: Rank #50 on lucu 18/1/2021: Rank #455 on cinta 18/1/2021: Ra...
3.2K 664 67
Kisah Gadis yang memasuki Dunia Roleplayer atau biasa di sebut RP. Dunia perhaluan anak anak dunia maya, dimana mereka mentokohkan(Chara) sang Idol n...