Elemetal Foréa

By TitanPTY

112K 4.3K 362

Aku tidak percaya tentang ramalan seseorang. Tapi, takdir punya rencana lain. Karena entah kenapa, seluruh ke... More

Prolog
Reizen I - Osilon Village : Part 1
Reizen I : Part 2
Reizen I : Part 3
Reizen I : Part 4
Reizen I : Part 5 (Last part)
Reizen II - Vânt City : Part 1
Reizen II : Part 2
Reizen II : Part 3 (Last part)
Reizen III - Weldron Forest : Part 1
Reizen III : part 2
Reizen III : Part 3
Reizen III : part 4 (Last part)
Reizen IV - Aéra City : Part 1
Reizen IV : part 2
Reizen IV : part 3
Reizen IV : part 4 (last part)
Reizen V - Weldron Forest 2 : Part 1
Reizen V : part 2
Reizen V : part 3 (last part)
Reizen VI - Ravenos City : Part 1
Reizen VI : part 2 ( Kitrino's POV)
Reizen VI : part 3
Reizen VI : part 4
Reizen VI : part 5 (last part)
Reizen VII : part 1
Reizen VII : part 2
Reizen VII : part 3
Reizen VII : part 4
Reizen VII : part 5 (last part)
Reizen VIII : part 1
Reizen VIII : Part 2
Reizen VIII : part 3
Reizen VIII : part 4
Reizen VIII : part 5 ( last part)
Reizen IX :part 2
Reizen IX : part 3
Reizen IX ( Bonus Part: Lacie's POV)
Reizen IX : part 4
Reizen IX : part 5 (last part)
Reizen X : Duel of Destiny ( part 1)
Reizen X : part 2
Reizen X : part 3
Reizen X : Part 4
Reizen X : part 5 ( last part)
Reizen XI : Part 1
Reizen XI : part 2
Reizen XI : Part 3

Reizen IX : part 1

1.5K 75 4
By TitanPTY

Dua hari berikutnya tidak ada latihan bersama Lacie karena kakinya yang terkilir. Dia sudah memaksaku untuk memulai latihan pada hari kedua, tentu saja tidak ada latihan karena Kítrino melarang keras begitu tahu kaki Lacie terkilir. Tapi, sebagai gantinya aku tetap harus menemaninya di kastil. Entah kenapa sekarang aku merasa seperti pengasuh Lacie.

Selama dua hari itu, dia menanyakan hal - hal yang malas kuceritakan. Dari masalah kecil kenapa aku pindah ke kastil, hingga tentang mimpi - mimpiku. Dia juga menanyakan dengam rinci tentang fisikku yang berbeda dari Kaum Nadlis yang tertulis dibuku - buku. Aku hanya menjelaskan sebatas yang kutahu. Terlihat jelas di wajah Lacie kalau dia tidak puas dengan jawabanku, tapi dia tidak mengutarakannya.

Tinggal di kastil mengubah kebiasanku selama ini. Sekarang, mau tidak mau aku harus selalu tersenyum setiap para pelayan atau pengawal menyapaku. Tadinya aku susah beradaptasi dengan hal itu, tapi sekarang sudah mulai terbiasa untuk tersenyum jika disapa. Kepala pelayan kastil, Margareth juga selalu mencerewetiku tentang bersikap yang sopan dan penampilanku. Menurutnya tidak pantas seorang tamu kerajaan yang tinggal di kastil hanya memakai tunik biasa.

Tadinya, dia hampir menggunting rambutku saat aku sedang berjalan. Untung saja Kítrino lewat dan memberitahunya agar tidak memaksaku merapikan rambutku. Terlebih dipotongkan olehnya. Aku sangat berterima kasih untuk itu kepada Kítrino. Agar tidak membuat nenek sihir itu mencerewetiku lagi, aku merapikan rambutku di hari ke duaku tinggal di kastil.

Hari berikutnya tidak berbeda jauh dengan hari - hari sebelumnya. Kegiatanku dimulai dari tengah malam, latihanku bersama Néir. Setelah itu, tugasku untuk mengajarkan Lacie dari pagi hari hingga siang hari. Kegiatanku dari siang hari hingga malam tidak menentu dari tidur, bertemu Gin dan Téchoun hingga menemani Lacie keliling kota melaksanakan tugasnya sebagai putri.

Sekarang aku benar - benar menjadi semacam pengasuh sekaligus pengawal Lacie. Seperti kata Kítrino, Lacie akan lebih memilih bersamaku ketimbang bersama para pengawalnya walaupun jumlah pengawalnya sekarang hanya tinggal 2. Derrich dan Édouard. Terkadang dia juga masih kabur - kabur dari pengawalnya. Membuatku harus membantu Derrich dan Édouard mencarinya. Aku berterima kasih kepada Rezer karena berkatnya aku tidak membutuhkan waktu yang lama untuk menemukannya.

Hari - hari berlalu dengan cepat. Tak terasa sekarang sudah memasuki musim gugur. Beberapa pohon sudah mulai berubah wana menjadi coklat. Siap untuk menanggalkan daunnya. Diantara semua pohon yang kulihat di kota ini hanya pohon Legidösse yang daunnya tetap berwarna hijau cerah. Besok, pada hari ke 7 setelah memasuki musim gugur, akan diselanggarakan festival Vosień.

Sebuah festival yang diselanggarakan sebagai tanda syukur karena panen tahun ini memuaskan. Hasil panen yang berlebih akan dimasak ramai - ramai untuk dimakan bersama oleh satu kota. Ini juga merupakan satu - satunya acara dimana keluarga kerajaan dan kaum bangsawan bisa berinteraksi secara langsung dengan seluruh masyarakat kota tanpa terkecuali. Tentu saja Kítrino dan Lacie akan menghadiri pesta yang dilaksanakan di alun - alun kota itu. Walaupun kepastian tahta raja belum jelas, Kítrino dan Lacie masih tetap keluarga kerajaan dengan hak - hak istimewanya.

Seiring mendekatnya hari dimana duel akan dilaksanakan, semakin banyak para penguntit yang berdatangan. Selama 2 minggu ini, aku sudah membereskan 3 penguntit Lacie. Dan hanya aku yang menyadari para penguntit itu. Derrich dan Édouard tidak menyadari sama sekali keberadaan mereka. Padahal aura para penguntit itu tidak terlalu disembunyikan dengan baik. Walaupun para penguntit itu tidak kuat, tetap saja menyebalkan karena hanya aku yang bekerja seperti pengawal melindungi Lacie dari para penguntit – penguntit itu. Tapi, aku tidak membereskan mereka semuanya. Yang aku bereskan hanya yang sudah bertindak terlalu jauh.

Hari ini adalah hari festival Vosień dan hari ini tidak ada latihan. Baik latihanku bersama Néir atau Lacie. Néir sibuk menemani Kítrino entah kemana. Dan Lacie juga harus menjalankan tugasnya untuk memeriksa apakah semua persiapan festival berjalan dengan lancar. Festival dimulai pada sore hari dan berakhir pada tengah malam. Tapi, dari pagi masyarakat sudah bersiap – siap. Dari peralatan masak dan bahan – bahan apakah mencukupi atau tidak. Dan pada siang hari masyarakat berkumpul di alun – alun kota dan bersiap – siap untuk pembukaan festival oleh Kítrino.

Untuk itu, aku diminta Kítrino untuk menemani Lacie pada pagi harinya. Kali ini aku dengan senang hati menemaninya. Karena aku punya perasaan tidak enak tentang festival ini dan Lacie. Aku memilih untuk mengikuti perasaanku karena selama ini setiap aku mengingkari perasaanku, selalu terjadi sesuatu yang sangat tidak kuinginkan.

Kali ini, hanya aku dan Lacie. Derrich dan Édouard sedang sibuk bersama para pengawal lainnya untuk mempersiapkan festival. Begitu pula Gin dan Téchoun. Sepertinya memang hanya aku yang tidak sibuk.

Inspeksi Lacie dimulai dari persiapan peralatan dan bahan – bahan makanan. Semuanya berjalan dengan baik sejauh ini. Semuanya sudah dipersiapkan sebaik – sebaiklah. Bahan makanan dikumpulkan di tengah – tengah alun – alun kota. Lacie menghampiri beberapa orang yang bertanggung jawab dalam kesiapan bahan makanan. Setiap orang disana bertanggung jawab untuk satu jenis buah – buahan atau sayur – sayuran.

Akan tetapi, seiring melangkah bersama Lacie untuk menanyakan kepada orang – orang itu, perasaanku semakin tidak enak. Setelah, memastikan pada penanggung jawab terakhir dan semuanya berjalan sesuai rencana kami kembali ke kastil. Bersiap – siap untuk melakukan iring – iringan kecil dari kasil menuju alun – alun kota oleh keluarga kerajaan. Walaupun begitu, perasaan tidak enakku masih terus menggerogotiku.

Di perjalanan kembali menuju kastil, dua orang anak kecil berumur kira – kira 5 tahun menghampiri kami. Yang satu anak perempuan yang memakai gaun berwarna cream dengan tudung berwarna coklat muda. Sementara yang satunya adalah anak laki – laki yang memakai tunik. Keduanya nampak siap untuk mengikuti Festival. Anak yang laki – laki membawa sebuah bouquet bunga berbagai warna. Dari ungu, kuning, hingga putih. Anak laki – laki itu menyodorkan bouquet bunga itu kepada Lacie. Lacie langsung berjongkok di depan kedua anak kecil itu.

“ Hallo, manis. Ini untukku?” Tanya Lacie sambil memandang kedua anak kecil itu diiringi sebuah tersenyum manis kepada dua anak itu.

Kedua anak itu tersenyum senang. “ Iya Tuan Putli! Ini kami bawakan untukmu!” Jawab si anak perempuan yang terdengar sedikit cadel.

Lacie menerima bouquet bunga itu. Aku memandang bouquet bunga itu. Aku mengenali beberapa jenis bunga yang ada di dalam bouquet itu dari Camillia. Yang ungu adalah bunga Lavender kesukaan Ann.Yang kuning adalah bunga Aconite. Dan bunga – bunga lainnya. Tapi, ada dua bunga yang menggangguku. Yang berwarna merah muda dan berwarna putih. Wangi kedua bunga itu serupa. Wangi yang sangat manis. Aku pernah melihat kedua bunga itu dan yakin pernah dijelaskan sesuatu oleh Camillia. Tapi aku lupa apa penjelasannya.

" Terima kasih.. Um, siapa nama kalian berdua?" Tanya Lacie sambil menerima bouquet bunga dari si anak laki - laki.

" Aku Fedora!" Jawab si anak perempuan dengan semangat. Di telingaku, nama Fedoranya jadi terdengar 'Fedola' karena suaranya yang cadel.

" Kalau aku Xander!" Sahut si anak lelaki sama bersemangatnya dengan si anak perempuan.

" Terima kasih atas bunganya, Fedora dan Xander." Lacie mengacak rambut kedua anak itu. Lalu mendekatkan Bouquet itu kemukanya. " Bunga ini sangat harum. Terima kasih sayang."

Xander? Nama itu mengingatkanku pada sesuatu. Apa ya? Dan benar bunga itu berbau manis.

Manis?

" Bunga ini cantik dan berbau sangat manis." Kataku sambil mencium bunga berwarna putih kekuningan.

Camillia segera menghampiriku dan merampas ikatan bunga putih kekuningan itu. " Kau sudah menghirup bunga ini?!" Tanyanya panik.

" Sedikit. Memangnya kenapa? Wangi bunga ini manis." Aku bangkit dari posisiku yang berlutut dekat tanaman itu.

" Bunga ini bernama Oleander. Kurirku keliru dengan membawakan bunga ini. Bunga ini salah satu dari 7 bunga paling beracun. Kalau terlalu lama mencium aroma manisnya, lama kelamaan racun bunga ini bisa memperlambat detak jantungmu dan membuatmu mati secara perlahan. Aku akan segera mengubur bunga ini. Berhati - hatilah atas aroma manis yang memikat dari bunga ini." Camillia mendecakkan lidah dan pergi ke belakang tokonya.

Setelah ingatan sepintas itu, aku langsung merampas bouquet bunga itu dari tangan Lacie. Aku merasa marah karena ada yang memberikan bunga beracun itu kepada Lacie. Lacie menatapku dengan paras tidak percaya.

" Jangan hirup bau manis itu terlalu lama." Gumamku pelan menatap Lacie. Lalu aku ikut berjongkok disebelah Lacie. " Dari mana kalian mendapatkan bunga ini? Hm, Fedora? Xander?" Tanyaku selembut mungkin.

" Kami mendapatkannya dari seorang paman bertudung diujung jalan sana. Katanya kami akan mendapatkan permen dari Tuan Putri kalau memberi bunga itu padanya. Uh, apakah bunganya jelek sir?" jawab si anak perempuan dengan nada sedih.

" Tidak. Bunganya sangat indah. Terima kasih karena sudah mengantarkan bunga ini kepada kami. Dan ini permen yang dijanjikan paman itu." Aku tersenyum ramah dan merogoh ke kantung celanaku. Mengambil beberapa coklat yang tadi mau kuberikan pada Rezer dan memberikannya kepada dua anak itu.

Wajah mereka berdua kembali cerah ketika menerima coklat dariku. " Terima kasih Sir!" Kata kedua anak itu berbarengan.

" Sama - sama. Selamat menikmati festival , Fedora, Xander." Balasku sambil mengacak rambut kedua anak itu sambil tetap menjauhkan bouquet bunga ini dari mereka dan Lacie.

Mereka tersenyum sekali lagi dan berlari kearah alun - alun kota. Aku berdiri - diikuti Lacie - dan menunggu mereka menghilang di balik gang sebelum menatap Lacie. Saat aku menolehkan wajahku ke Lacie, aku mendapati dia menatapku dengan pandangan heran.

" Kenapa kau merampas bouquet bunga itu dariku? Dan aku tidak tahu kau bisa bersikap seramah itu pada orang. Selama ini hanya diam dan sesekali tersenyum." Tanyanya. Aku mendengarkan pertanyaannya sambil berjalan ke arah tempat sampah terdekat dan membuang bouquet bunga itu. " Hei! Kau mendengarkanku Vanir? Dan sekarang kenapa kau membuang bouquet bunga itu?" Tuntutnya.

Aku berbalik menghadapnya. " Karena bunga itu beracun percaya atau tidak." Matanya yang bulat membesar tidak percaya. " Dan kenapa aku seperti tadi, karena aku tidak mungkin bertanya dengan kasar dengan anak kecil. Sekarang lebih baik kita pulang ke kastil." Balasku sambil menarik tangan Lacie untuk segera kembali ke kastil karena dia berdiri mematung di depanku.

Aku ingin segera mengantarkan Lacie dengan selamat ke kastil lalu memburu pria tadi yang mengirimkan bunga Oleander itu. Aku sudah merasakan aura orang itu dipojok jalan. Sekarang aku sudah bisa membedakan aura setiap orang. Dan setiap orang punya aura yang berbeda dari yang lain. Tidak akan sulit melacak aura orang itu. Lacie mengikutiku dalam diam hingga kami sampai kekastil. Aku segera melepaskan pegangan tanganku dari tangan Lacie saat sudah sampai digerbang Kastil. Lacie menatapku dengan paras cemas.

" Sekarang, bersiaplah untuk iring - iringannya Lacie. Aku harus melakukan sesuatu." Lacie masih memasang wajah cemasnya. " Jangan memasang wajah seperti itu. Kau akan bertemu rakyatmu, bukan? Berikanlah senyum terbaikmu pada mereka, Tuan Putriku. Semuanya akan baik - baik saja." Aku menyentuh pipinya sebentar dan langsung menarik tanganku lagi ketika para pengawal menghampiri kami. Aku tidak tahu kenapa aku berkata seperti itu dan kenapa tanganku bergerak seperti itu.

" Tapi, Vanir..."

" Oh, tidak ada tapi - tapian untuk kali ini Tuan Putri. Nah, Derrich sudah datang. Sudah saatnya kau pergi untuk bersiap - siap."

Dia tidak membantahku untuk kali ini. Dia hanya memandangku sebentar lalu berbalik memasuki gerbang yang sudah dari tadi terbuka bersama Derrich. Aku harap dia tidak kabur dari pengawasan Derrich kali ini. Aku merasa sangat cemas sekarang. Tunggu.

Kenapa aku merapa cemas karenanya? Bukankah ini tugas Derrich untuk melindungi Lacie? Lalu, kenapa jadi aku yang harus repot seperti ini? Dan kenapa juga aku harus merasa marah ketika tahu bunga itu beracun? Aneh. Aku terlalu sering bersamanya hingga menghawatirkannya seperti ini. Aku menjauhkan perasaan itu dari otakku. Aku harus berkonsentrasi untuk memusatkan pikiranku melacak aura pria itu.

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Akhirnya Festival juga ~ sebentar lagi duelnya loh! Ada yang udah ga sabar? >.<

Continue Reading

You'll Also Like

517K 2K 7
kumpulan cerita dewasa berbagai tema
3.5M 357K 58
Bukannya pergi ke alam baka setelah insiden penembakan yang ia alami, namun pada saat membuka mata, pemandangan yang pertama kali dilihatnya adalah w...
430K 29K 28
Kanara menyadari dirinya memasuki dunia novel dan lebih parahnya lagi Kanara berperan sebagai selingkuhan teman protagonis pria yang berujung di camp...
422K 29.4K 42
menikah dengan duke Arviant adalah hal yang paling Selena syukuri sepanjang hidupnya, ia bahkan melakukan segala cara demi bisa di lirik oleh Duke Ar...